¤¤¤
Sesuai dengan kesepakatan tadi pagi, yang direncanakan Pandu dan Sion. Kini Gema tengah berada di mobil yang sama dengan Sion. Gema juga sudah izin dan memberitahu supir yang biasa menjemputnya, agar tidak perlu menjemputnya siang ini.
Gema sejak tadi menautkan jari-jarinya karena ia tengah gugup, ia akan bertemu dengan ayahnya lagi. Jadi Gema gugup dengan respon apa yang akan ayahnya beri nanti. Sebelumnya sang ayah sudah bertemu dengannya, ingat waktu itu saat jam pulang sekolah. Tapi saat itu sang ayah seolah tak mengenalnya, Gema hanya takut hal itu kembali terulang.
Belum lagi membayangkan respon Widya untuknya, wanita itu begitu tak menyukainya. Gema masih ingat dulu sebelum ayahnya dan ibu tirinya menikah, wanita itu cukup sering berkunjung, untuk mengetahui bagaiman kehidupan Tama. Dan setiap Widya menatapnya, mata ibu tirinya itu seolah menusuknya. Terlihat jelas wanita itu tak suka padanya, Gema paham itu meski ia masih berusia delapan tahun saat itu. Karena tatapan ibu tirinya tak berbeda jauh dengan tatapan kebencian dari pihak keluarga ayah maupun ibu kandungnya.
Gema sadar ia tak pernah di sukai oleh siapapun dari keluarganya, ia hanya punya Bibi ART sebagai teman bicara dan membantunya mengurus diri. Meski ia anak kecil saat itu, tapi Gema sudah peka terhadap penolakan yang ia terima.
Dan sekarang Gema juga takut hal itu kembali terjadi. Meski Pandu dan Sion berada di pihaknya, tak sepenuhnya membuat rasa takut di hati Gema menghilang sepenuhnya begitu saja.
Sion meraih tangan yang lebih kecil dari miliknya itu, menggenggamnya dengan hangat, melempar senyum pada Gema.
"Gak usah segugup itu Gem" Ujar Sion.
Gema tersenyum tipis, wajah anak itu bahkan memucat saking gugupnya dia.
Tak lama mobil yang membawa keduanya terhenti di halaman rumah. Gema turun, memandang kagum pada bangunan di depannya. Rumah ini sedikit lebih besar dan mewah dari rumah milik keluarga angkatnya.
Gema pikir ayahnya pasti semakin sukses sekarang, hingga mempunyai rumah yang sebesar ini. Meski rumah lama juga besar tapi ini jauh lebih besar.
"Yuk masuk" Ajak Pandu yang tadinya tiba dengan motornya.
"Kayaknya udah pada pulang" Ujar Sion saat melihat mobil milik Tama dan Widya terparkir manis di atas carport rumah.
Pandu ikut melirik apa yang Sion pandang, remaja itu mengangguk meski ia pun tak beda jauh dengan Gema. Ia juga gugup, tapi tekatnya sudah bulat, bahkan ia sudah punya rencana lain jika ada keributan terjadi nantinya, tapi semoga saja berjalan lancar sesuai keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA [END]✔
General FictionGema punya keluarga tapi rasanya seperti tak punya. Gema masih punya orang tua tapi rasanya seperti yatim piatu. Gema punya rumah tapi ia malah di kirim ke panti asuhan. Bahkan suara pun ia tak punya. Gema memang hanya terlahir untuk semua lukanya...