¤¤¤
2000 kata, chapter terpanjang💃🏻
¤¤¤Hari-hari berlalu, Gema juga tak jarang main ke kost Pandu. Begitupun dengan Jovan, anak itu tak jarang malam-malam datang ke kost Pandu saat pikirannya runyam. Ngobrol bersama Pandu dengan batangan rokok ternyata bukan hal buruk pikir Jovan.
Hari ini siang begitu panas sekali, matahari seolah membakar kulit. Kelas Gema kini tengah damai karena ada guru yang tengah mengajar, hanya suara Bu guru yang terdengar.
"Gem kenapa?" Tanya Sion saat memperhatikan Gema yang sejak tadi terlihat lesu.
Gema menggeleng sambil tersenyum tipis, mengatakan jika ia baik-baik saja.
Padahal sejak malam tadi badannya memang panas, namun mendingan saat Jovan memberinya obat. Tapi seusai pelajaran pertama tadi tubuhnya kembali terasa tak nyaman, terlebih area dadanya terasa sedikit sesak.
"Kalau ada apa-apa bilang ya" Bisik Sion, dibalas Gema dengan mengangguk pelan.
Sekitar lima belas menit berlalu, tapi Gema merasa bukannya membaik malah semakin tak karuan. Pandangan Gema berbayang, anak itu seolah tak lagi bisa melihat tulisan di papan dengan baik.
Gema linglung saat pandanganya mendadak hitam, tangan Gema mencoba meraih Sion. Namun Gema malah merasa tubuh luruh kesamping.
Dan yang terakhir Gema dengar adalah teriakan Sion yang penuh rasa khawatir. Sebelum semuanya gelap gulita.
•••
Pandu, Jovan dan Sion kini duduk di UKS, ketiganya memandang Gema yang terlelap. Wajah manis itu pucat dan lemah, Jovan jadi menyesal mengiyakan begitu saja, saat Gema memaksa berangkat tadi pagi. Memang pagi tadi demamnya benar-benar turun, tapi tak menyangka siang ini malah naik hingga tubuh mungil itu tumbang.
Apalagi saat Jovan mendengar penjelasan dokter jaga, beliau bilang Gema kekurangan darah dan oksigen dalam tubuhnya benar-benar kurang, itu sebabnya Gema sampai sesak dan pucat. Untung saja cepat di bawa ke UKS, sehingga anak itu mendapat oksigen yang cukup sebelum sesaknya parah, apalagi sampai di gejala hipoksia yang parah.
Jovan sadar penyebab ini semua, anak itu terlalu banyak kehilangan sel darah merah dalam jarak waktu yang dekat. Jovan tau jika hal ini diteruskan tubuh itu akan hancur seiring waktu, kali ini sesak dan pingsan, kedepannya Jovan bahkan bisa membayangkan organ dalam Gema yang ikut terganggu, membayangkannya saja membuat Jovan takut setengah mati. Tapi remaja itu masih terlalu bingung, bagaimana cara ia bisa menyelamatkan Gema dari Juanda yang brengsek.
Jika ia nekat, ayahnya itu pasti jauh lebih nekat darinya.
Di satu sisinya lagi Jovan rasanya merasa berat dengan beban ini, seolah dirinya butuh tempat untuk menumpahkan kegundahannya. Belum lagi rasa bersalah pada Pandu turut hadir, remaja yang dulu menjadi musuhnya itu, tak tahu menahu soal ini. Bagaimana jika Pandu tahu kelakuan bejat keluarganya, Pandu pasti akan murka dan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA [END]✔
General FictionGema punya keluarga tapi rasanya seperti tak punya. Gema masih punya orang tua tapi rasanya seperti yatim piatu. Gema punya rumah tapi ia malah di kirim ke panti asuhan. Bahkan suara pun ia tak punya. Gema memang hanya terlahir untuk semua lukanya...