3) Perasaan Masa Lalu yang Tidak Hilang

2.2K 178 12
                                    

Sorak-sorai para tamu yang berbahagia dalam pesta terdengar begitu keras sampai sesekali Yoichi akan mengintip, beberapa kali ia mengerutkan dahi lalu kembali berdiri di dekat pilar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorak-sorai para tamu yang berbahagia dalam pesta terdengar begitu keras sampai sesekali Yoichi akan mengintip, beberapa kali ia mengerutkan dahi lalu kembali berdiri di dekat pilar. Berdiri di luar terasa lebih baik ketimbang di dalam—dapat melihat bintang-bintang yang bersinar dengan tenang daripada harus melayani para tamu yang mabuk.

Yoichi memandang belenggu yang mengikat salah satu kakinya, belenggu itu sebenarnya tidak begitu kuat; Yoichi bisa dengan mudah melepaskan diri, tetapi tidak pernah sekali pun Yoichi berpikir demikian. Lagipula jika ia lari—tidak ada siapa pun di dunia ini yang akan menyambutnya, mereka semua telah pergi meninggalkan ia sendirian di tempat yang begitu asing dengan rasa penyesalan.

Seorang lelaki tua yang mabuk memandangi Yoichi dengan seringai mengerikan, pandangan mata tertuju pada belenggu yang mengikat kaki seorang pangeran yang kini telah menjadi hina seperti budak. Ia terkekeh sambil mengusap-ngusap janggut panjangnya. “Tidak menyangka jika kerajaan Red Peace yang Agung telah terguling tanpa harga diri. Aku pikir semua orang telah mati tetapi ternyata masih ada pangeran kecil yang terikat seperti domba,” komentarnya tetapi Yoichi tidak begitu peduli karena ia sudah mendengar beribu-ribu kata hina yang dilontarkan padanya dalam hidup ini terlebih setelah kerajaannya jatuh karena kalah dalam perang.

Melihat Yoichi yang tidak begitu peduli, lelaki tua itu sedikit geram tapi ia tidak akan tinggal diam. Ketika melihat Jyubei Aryu—putera menteri keuangan yang sangat suka dengan foya-foya, dia pula pendiri Blue Paradise yang telah berjalan selama bertahun-tahun ini. Penampilannya yang flamboyan tetapi elok menarik begitu banyak perhatian. Lelaki tua itu menyapa, lalu berbisik yang mendapat anggukan dari Jyubei seakan memberi persetujuan. Tidak lama kemudian ia memanggil beberapa pelayan untuk menarik paksa Yoichi, meski perlu bergulat tetapi Yoichi tetap terseret sampai ke dekat kereta kuda dan rantai belenggu kakinya diikatkan pada roda tentu saja kedua mata Yoichi membulat.

“Apa yang kau lakukan?!” tanya Yoichi panik.

Lelaki tua itu tertawa penuh kebahagian, ia melenggang masuk ke dalam kereta tanpa menjawab pertanyaan dari lelaki muda tersebut. Kereta kuda melaju otomatis kaki Yoichi ikut tertarik—tubuhnya terseret, seberapa usaha pun Yoichi melepaskan kaki dalam keadaan tubuhnya yang tergores bebatuan dan tanah; belenggu tersebut sulit terlepas. Rasa sakit dan perih menggores punggungnya, pakaian yang dikenakan juga telah robek karena gesekan yang begitu cepat.

Tidak hanya itu saja, bahkan setelah kembali ke istana Blue Lock siksaan berat masih menanti. Lelaki tua itu memerintahkan pelayan untuk memasukkannya pada sebuah karung besar dan selama dimasukkan ia ditendang berkali-kali.

“Rasakan itu! Manusia hina sepertimu layak mendapatkan dapatkan kehidupan penuh siksaan untuk menghapus dosa-dosa atas perbuatanmu di masa lalu!” teriak lelaki tua tersebut, beberapa orang yang datang ikut menonton seakan pemandangan siksaan di depan mereka bukanlah pemandangan yang aneh.

Yoichi beberapa kali mengerang kesakitan di dalam karung tetapi tidak ada satu pun orang yang peduli, semakin lama kesadarannya semakin lemah sehingga ia hanya bisa berharap untuk mati dan menyusul kedua orang tua, teman seperjuangan dan rakyatnya ke alam baka.

Blue Paradise | KaiSagi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang