02. Aruna Latania

4.8K 223 0
                                    

Chris memajukan laju mobilnya dengan kecepatan sedang, ia melaju dengan tenang diantara ratusan mobil yang sedang berpacu untuk sampai ke tempat tujuannya masing-masing. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk setir mobil seiringan dengan lagu yang ia putar. Chris menikmati perjalanannya dengan hati yang bisa dibilang senang, oh tunggu mungkin bisa dikategorikan sangat senang.

Senyumnya tidak pernah luntur sebagaimana pikirannya yang terus melayang pada kejadian tadi siang didalam restoran. Mengingatnya saja sudah membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak, meminta untuk segera dikeluarkan. Rasa yang memenuhi hatinya ingin cepat ia sampaikan. Chris lagi-lagi tersenyum mengingat bagaimana wajah Aruna ketika ia melayangkan pertanyaan yang sudah jelas seperti apa jawabannya.

"Aruna, kau mau mencoba menciumku lagi?"

Mata gadis didepannya ini langsung membulat terkejut begitu mendengar pertanyaan dari Chris. Aruna langsung memundurkan tubuhnya begitu mendapati pertanyaan aneh dari Chris. Pikirannya langsung berkelana, matanya bahkan tidak dapat fokus untuk melihat kedepan, yang ada hanya tatapan gelap dari Chris yang tertuju padanya.

"Aku bercanda, Run. Tapi jika kau memang mau, aku akan menyanggupinya dengan senang hati." lanjut Chris diakhiri dengan kekehan yang sialnya terlihat sangat tampan dimata Aruna.

"Kau sedang sakit, Chris? Sepertinya dirimu membutuhkan penanganan dokter spesialis kali ini," kini kekehan itu terdengar dari bibir Aruna. Setelah mengatakan itu buru-buru Aruna mengambil minumannya dan langsung meminumnya tanpa berpikir bahwa gerakannya itu bisa menimbulkan efek bagi dirinya sendiri nanti.

"Aku masih menunggumu, Aruna. Selalu."

Ah Chris yang malang. Bagaimana bisa hanya dengan melihat cara Aruna minum saja ia ingin langsung menerkamnya? Chris pikir ia sudah gila. Ya, gila karena mantan kekasihnya itu yang sialnya masih bersarang jauh di lubuk hati Chris.

Tanpa sadar mobilnya sudah berjalan sekitar 2 jam dari pusat kota, melaju menuju satu rumah yang sudah lama ia bangun. Rumah yang ia datangi ketika merasa lelah atau mungkin ketika merindukan seseorang?

Gerbang pintu masuk dibuka oleh satpam yang sudah bersiap ketika Chris pulang. Ia akhirnya menempatkan mobilnya di garasi rumahnya dan langsung disambut oleh asistennya yang ia tempatkan di rumah ini.

"Bagaimana pertemuan anda dengannya hari ini, Tuan?" pertanyaan itu keluar begitu apik dari asistennya seakan memang menunggu sangat tuan rumah pulang untuk menanyakan harinya dengan sang gadis pujaan.

Chris mengangguk-anggukkan kepalanya, "Berjalan dengan lancar, aku sudah tidak sabar ingin membawanya kemari dan memperkenalkannya dengan kalian semua." ada sedikit penekanan ketika ia mengucapkannya. Chris kembali tersenyum, entah ke berapa kali ia tersenyum hari ini. Seakan takdir membuatnya terus tersenyum hari ini.

"Bagaimana dengan perpustakaan yang sudah kau janjikan itu, An?" Andi, nama asistennya itu.

"Semua berjalan sesuai rencana, Tuan. Saya dan yang lainnya sudah menyiapkan banyak buku novel dari berbagai genre yang bisa dibaca olehnya, Tuan." jawaban dari Andi membuat senyum Chris semakin melebar.

"Bagus, gadisku sangat suka membaca. Bagaimana dengan kolam ikan dan kebun bunganya? Kau sudah menyiapkannya juga kan?"

Andi mengangguk, "Sudah, tuan. Mungkin hanya tinggal sedikit lagi udah menyempurnakan kolam ikan dan kebun bunga."

Chris paham, "Bagus, semuanya harus berjalan sesuai rencana. Gadisku sangat suka ketenangan, raut wajahnya akan sangat damai ketika membaca buku di tempat itu. Kau bisa kembali pada pekerjaanmu, Andi."

Andi membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat pada sang tuan. Setelah itu Andi bergegas untuk kembali pada pekerjaannya yang sempat tertunda karena tuannya yang sudah pulang.

Sedangkan Chris berjalan memasuki ruang kerja pribadinya yang ada di rumahnya, Chris berjalan santai sembari melepas jas yang ia kenakan. Rasanya sangat melelahkan sehingga ia berpikir bahwa dengan memeluk gadisnya akan menghilangkan rasa lelah dirinya. Chris menduduki kursinya dan dengan segera memejamkan matanya guna mengusir rasa lelahnya. Pikirannya kembali ketika ia melihat gadisnya, wanginya bahkan masih bisa Chris cium padahal ia sudah berada di rumah.

Seketika Chris langsung membuka matanya, menatap langit-langit di ruangan itu, matanya menatap tajam pada setiap objek yang ia pandang. Lalu tanpa aba-aba Chris menegakkan duduknya dan membuka laci mejanya yang terdapat sebuah bingkai dengan foto gadisnya yang ada di sana. Diambilnya bingkai foto itu, tatapannya langsung berubah menjadi sedikit lembut ketika ia melihat foto gadisnya. Jarinya mengusap wajah yang ada di dalam foto itu lalu tangannya membalikkan bingkai yang ada di genggamannya.

Aruna Latania.

Nama gadis itu yang masih tersimpan rapi dalam hati Chris. Bahkan mengingat namanya saja sudah membuat Chris kebingungan seperti orang linglung yang membutuhkan obatnya.

Sudah berapa lama ia dan Aruna berhubungan? Dua tahun? Empat tahun? Atau enam tahun? Jika Chris ingat lagi, ia dan Aruna bertemu ketika masih duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Kala itu, Chris yang merupakan murid baru tengah berkenalan dengan teman sekelasnya. Lalu datanglah Aruna yang memberinya sebotol air mineral dan mengatakan bahwa air mineral sangat baik untuk tubuhnya. Dan sejak saat itu perasaan yang tidak pernah Chris pikirkan perlahan-lahan muncul.

Awalnya, ia dan Aruna berteman dekat, pergi selalu bersama, ke kantin selalu bersama, bahkan jika Aruna belum dijemput oleh papanya, Chris akan dengan senang menunggu sambil berbincang dengan Aruna. Memasuki tahun kedua kuliah, Chris mencoba untuk menyatakan perasaannya pada Aruna dan betapa bahagianya ia hari itu mengetahui bahwa Aruna juga memiliki perasaan yang sama padanya. Hubungan sepasang kekasihnya dengan Aruna ternyata hanya berjalan dua tahun, ya Chris memutuskan Aruna dengan alasan tugas akhir yang akan segera ia kerjakan. Terdengar konyol? Chris juga mengakuinya.

Setelah mengakhiri hubungan, Chris dan Aruna masih berteman. Bahkan seringkali Aruna selalu memintanya untuk menemaninya pergi melepas rasa bosannya. Namun itu tidak bertahan lama sampai Aruna mulai menjauhinya. Chris menyadarinya dan Chris tau bahwa ia sangat bodoh. Ia dan sahabatnya dekatnya Aruna menjalin kasih. Chris tau ia bodoh dan jahat pada Aruna. Namun Chris pikir, saat itu Aruna akan baik-baik saja karena saat itu mereka kembali berteman. Ternyata ia salah, salah besar. Aruna menjauhinya, terkadang gadis itu hanya akan membalas beberapa kali chat yang ia layangkan. Untuk bertemu juga sangat sulit.

Jadi, setelah lulus kuliah, Chris mengakhiri hubungannya dengan Kinasih dan pergi keluar negeri untuk memulai pekerjaannya kecilnya. Setelah lima tahun berada di negeri orang itu, Chris kembali ke negera asalnya dan kembali memulai semuanya dari awal. Dimulai ia mencari pekerjaan Aruna, dimana gadis itu tinggal, siapa saja yang ada didekatnya dan apa saja yang sudah gadis itu lakukan selama penglihatan Chris tidak melihatnya. Mungkin Chris sudah kurang ajar, namun ia juga sudah mengetahui siapa saja yang pernah menjadi kekasih Aruna setelah dirinya. Chris melakukan itu semua semata-mata agar ia bisa kembali mendapatkan Aruna.

Lelaki itu menggenggam erat bingkai foto yang ia pegang. Matanya menatap tajam foto dihadapannya seakan-akan siap untuk menerkamnya. Lalu senyuman miring terlihat dengan jelas di wajahnya dan matanya kian menggelap membayangkan bagaimana ketika tangannya sudah berhasil menggenggam tangan milik Aruna. Membayangkannya saja sudah membuat ia senang.

"Aruna.. Aruna, tunggu aku. Akan kupastikan tidak ada siapapun yang dapat menggenggam tanganmu selain aku, bahkan sahabat dekatmu itu sekalipun."

---

Hai Hai, kembali lagi bersama aku! Ini chapter nya masih sedikit sedikit ya, nanti seiring berjalan chapter nya bakalan lebih panjang.

Oh iya jangan lupa buat dukung aku dengan like sama komen yaa cinta! Sama kalo ada typo jangan lupa kasih tau aja, okay? 😋

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~

The BulletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang