"Selamat datang,"
Aruna membeku ketika melihat siapa yang datang ke toko buku, Chris. Lelaki itu memasuki tempat kerjanya dengan santai seakan tidak terjadi apa-apa, tapi itu memang kenyataan yang Aruna ketahui. Sampai saat ini, Aruna belum mengetahui bahwa Chris selalu memperhatikan gerak-geriknya di dalam apartemen dengan kamera yang ia pasang.
Chris mendekat kearah dimana Aruna berdiri, tatapannya yang gelap membuat bulu kuduk Aruna seketika berdiri. Berdiri tepat di depan gadisnya, Chris mencodongkan badannya, menyejajarkan tingginya dengan Aruna lalu berkata, "Apa aku mengganggu waktu kerjamu, Ru?"
Aruna mengedipkan matanya, baru kali ini ia kembali sedekat ini dengan Chris. Ya, baru kali ini semenjak mereka memutuskan hubungan mereka dan rasanya masih sama, Aruna kembali merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Namun ketika kembali bertatapan dengan mata Chris, Aruna memundurkan langkahnya dengan mata was-was menatap Chris. Dan itu semua tidak luput dari penglihatan Chris. Lelaki itu tersenyum sangat tipis seakan menikmati kejadian ini didepan matanya. Melihat gadisnya yang ketakutan terhadapnya dengan matanya yang kecil itu, membuat Chris ingin dengan segera membawanya ke rumah pribadinya.
"Aku mengganggumu, ya?" kembali Chris bersuara, berharap mendapat balasan dari Aruna.
Aruna kembali mengerjap, berusaha untuk mengembalikan kesadarannya, "Ah tidak Chris, kebetulan memang toko hari ini sedang kosong. Ada apa?"
Chris tersenyum, memang sepertinya dunia selalu memihak kepadanya. Dengan keadaan toko yang sedang kosong, Chris bisa membuat alasan agar Arunanya mau ikut dengannya. Ah, Chris juga lupa untuk memikirkan kemana ia akan membawa Aruna. Ke rumahnya? Itu bukan ide yang buruk atau apakah Chris langsung saja membawanya ke ranjangnya? Memikirkan itu membuat Chris kembali tersenyum tipis.
"Bagaimana jika kau ikut denganku? Ini sudah masuk jam makan siang, kan? Kebetulan aku tengah lapar, bagaimana jika kita makan siang bersama?"
Aruna kembali mengerjap, sepertinya ini akan menjadi kegiatan favoritnya ketika sedang bersama dengan Chris, "Apa tidak apa jika aku ikut bersamamu?"
Chris hanya tersenyum, "Dimana pemilik tokonya? Aku akan berbicara langsung padanya,"
"Pemilik toko? Ah, sepertinya dia sedang ada di belakang, akan aku panggilkan dulu,"
Lalu setelahnya Aruna berbalik dan meninggalkan Chris sendirian. Lelaki itu memutar badannya, melihat bagaimana situasi toko yang menjadi tempat gadisnya bekerja. Aruna memang sangat menyukai buku, apa Chris beli saja semua buku disini dan menaruhnya di rumahnya nanti? Asik dengan pikirannya sendiri, Chris dikejutkan dengan seseorang yang menepuk bahunya.
"Kau mencariku, nak?"
Chris berbalik dan hanya melihat seorang ibu tengah berdiri dihadapannya tanpa melihat Aruna. Bagus, dengan begini maka ia akan mudah membawa gadis itu seharian penuh.
"Ah, betul bu, aku mencarimu. Aku lupa jika aku memiliki janji untuk mentraktir pegawaimu itu dan kebetulan aku baru saja kosong hari ini. Aku ingin meminta izin padamu untuk membawa Aruna hari ini," setelah mengatakan itu, Chris membuka dompetnya dan mengambil serta memberikannya pada pemilik toko kartu pengenalnya.
Ibu itu langsung melihat kartu yang diberikan Chris dan tersenyum ketika membaca siapa orang yang ada dihadapannya, "Tentu nak, kau boleh pergi dengannya hari ini, tapi ingat ia juga harus bekerja besok."
Chris mengangguk disertai dengan kedatangan Aruna yang sudah memakai tasnya itu, Chris memekik dalam hati, itu artinya memang dunia memihaknya ketika melihat Arunanya sudah dengan antusias ingin pergi bersamanya.
"Ibu maafkan aku hari ini, tapi aku janji akan pergi bekerja besok."
Ibu pemilik toko mengangguk lalu menepuk bahu Aruna, "Tak apa nak, pergilah."
Aruna tersenyum lalu melambaikan tangannya sambil berjalan keluar toko bersama dengan Chris. Aruna tidak tahu mengapa ia mengiyakan ajakan Chris untuk pergi bersamanya, padahal sudah jelas bahwa ia sedikit gemetar ketika bertatapan dengan Chris.
Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang Chris parkirkan dekat dengan toko buku, sesampainya disana, Chris langsung membukakan pintu mobil agar Aruna dengan mudah masuk. Tentu saja kejadian itu kembali membuat Aruna tersipu, lantas ia masuk disusul dengan Chris yang duduk di bangku kemudi. Lalu setelah itu Chris melakukan mobilnya dalam keheningan diantara Aruna.
Selama perjalanan tidak ada musik dan tidak ada obrolan di antara keduanya, sampai Aruna menyadari bahwa jalan yang dilalui sudah bukan lagi jalan raya melainkan jalan yang dikelilingi pohon-pohon besar yang nampak menjulang.
"Kita akan kemana, Chris?"
Chris menoleh, melihat bagaimana ekspresi ketakukan Aruna ketika tahu bahwa ia sudah membawa Aruna jauh sekali.
"Kita? Kita akan ke rumah pribadiku, Ru. Aku membeli banyak bahan makanan kemarin, jadi sayang kan jika bukan kau yang masakkan?"
"Aku? Rumah pribadimu? Mengapa harus kesana dan mengapa harus aku yang masakkan?" pertanyaan beruntun itu Aruna sampaikan langsung. Mendengar itu, Chris hanya tersenyum tanpa mau menjawabnya.
Aruna mematung di bangkunya, ini tidak benar. Mengapa ia harus menyetujui tawaran lelaki disampingnya? Meski tahu Chris tidak mungkin melakukan apapun, namun mereka dulu pernah menjalin kasih dan tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang dipikirkan Aruna akan terjadi.
"Kita sampai."
Dua kata itu sontak mengejutkan Aruna, dilihat sekelilingnya dan benar mereka sudah sampai dihalaman depan rumah pribadi milik Chris yang besar. Ini bahkan lebih besar dari rumah tetangganya yang kaya di kampung halamannya.
"Tunggu apa lagi, Aruna? Ayo turun."
Pertanyaan sekaligus perintah yang dilayangkan Chris benar-benar membuat Aruna tunduk, dengan mudah ia turun dari mobil, seolah-olah itu memang perintah yang tidak bisa Aruna bantah lagi. Aruna menoleh pada Chris yang kini tengah berjalan mendahuluinya, gadis itu berjalan terburu-buru menyejajarkan langkahnya dengan Chris.
Saat mereka berdua memasuki pintu utama, Aruna dibuat terperangah dengan para pelayan yang sudah berjajar sambil membungkukkan badan mereka. Mereka tunduk pada tuan mereka, Chris. Sedangkan Chris berjalan dengan Aruna dibelakangnya. Namun, belum sampai mereka ke jajaran paling akhir, Chris tiba-tiba berhenti.
"Mulai saat ini tundukkan kepala kalian ketika gadis disampingku tengah berada di rumah ini. Jangan buat ia tidak nyaman dengan sikap kalian, anggap saja dia juga tuan kalian. Paham?"
Aruna seketika dibuat tersinggung, apa maksud Chris memerintahkan para pelayannya untuk tunduk padanya?
"Chris apa maksudmu? Aku bukan pemilik rumah, lagipula mungkin aku akan jarang kesini,"
Mereka kembali berjalan, dengan tatapan gelap dan sengit Chris menoleh pada Aruna yang membuat gadis itu tersentak karena baru pertama kali mendapat tatapan seperti itu sekaligus.
"Apa susahnya untuk kau menurut, Aruna? Kau akan jarang kemari? Mustahil. Aku akan membawamu kemari." setelah itu Chris berjalan meninggalkan Aruna yang terdiam dengan para pelayan yang masih menundukkan kepala mereka.
"Run, tunggu apalagi? Bukannya kita kemari untuk makan siang bersama?"
Gadis itu terkesiap dan langsung berjalan mengikuti kemana arah Chris pergi.
---
Hai Hai! Maafin aku yang baru muncul lagi karena emang beneran buntu 😭👊🏻
Tapi aku janji habis ini gak akan ilang ilangan lagi dan bakal lanjutin ceritanya 😗
Jadi, jangan lupa buat pencet vote sama komen! Ketemu lagi di chapter berikutnya 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bullets
RomanceAruna pikir pertemuannya kembali dengan mantan kekasih sekaligus temannya itu tidak akan menimbulkan bekas apapun. Niat hati hanya ingin menemui sahabatnya yang kebetulan juga mantan dari Chris, mantannya, berujung petaka bagi Aruna. Tatapan cinta y...