15. Hukuman

2.7K 110 4
                                    

Tak pernah terbayangkan oleh Aruna jika Chris yang ia kenal kini telah berubah total. Yang Aruna rasa kini hanyalah rasa sakit yang mendalam, bahkan lebih sakit dari waktu ketika ia diputuskan. Chris yang ia kenal berubah bak monster yang siap menerkam mangsanya kapan saja.

Aruna dengan tangan terikat kebelakang mencoba untuk bangkit akibat dorongan yang diberikan Chris. Namun saat ingin duduk, Chris kembali menjatuhkannya lagi ke lantai yang dingin. Berakhir dengan Aruna yang meringis karena harus berbenturan dengan lantai. Dapat Aruna rasakan jika Chris pergi menjauh keluar dari kamarnya, entah kemana ia pergi namun Aruna berharap bahwa Chris lenyap begitu saja.

Sedangkan Chris, lelaki itu pergi menuju kamarnya yang berada di ujung lantai dua ini. Laki-laki itu membuka salah satu pintu yang ada didalam kamarnya, pintu rahasia yang sengaja ia buat dan hanya dirinyalah yang tahu apa isi dari ruangan tersebut. Ruangan yang gelap menyambut kedatangan Chris, ketika menghidupkan lampu yang dapat Chris lihat adalah sebuah kamar pada umumnya, namun terdapat banyak lemari transparan yang jika dilihat merupakan alat-alat untuk menghukum siapa saja yang berani mengganggunya. Chris berjalan ke tengah ruangan yang terdapat ranjang berukuran besar dengan warna merah pekat, pandangannya menelisik alat apa yang akan ia gunakan untuk menghukum gadisnya yang pembangkang. Lalu pilihannya jatuh pada sebuah tali panjang berwarna hitam. Tanpa pikir panjang Chris mengambil tali tersebut dan kembali berjalan menuju kamar Aruna dengan langkah yang tegap.

Ketika sampai pada kamar gadisnya, Chris kebingungan mendapati bahwa Aruna sudah tidak ada ditempatnya. Senyumannya muncul bersamaan dengan suaranya yang keras meneriaki nama Aruna.

"Aruna! Dimana kau, Aruna? Kau ingin kita bermain petak umpet heh?"

Sementara Aruna yang kini bersembunyi di dalam kamar mandi terkejut mendengar Chris berteriak. Aruna semakin merapatkan tubuhnya pada sudut dinding kamar mandi, sudut yang setidaknya dapat menyembunyikan tubuh Aruna dari jangkauan Chris. Meski kemungkinannya hanyalah sedikit.

"Aruna! Aku sedang tidak ingin bermain hari ini! Keluar sekarang atau aku akan mendobrak kamar mandinya?"

Aruna menggigil, dinginnya kamar mandi serta keringat yang sudah membasahi wajahnya menambah ketakutan Aruna. Dan seperti yang Chris katakan, kini pintu kamar mandi sudah tidak bernilai karena didobrak oleh Chris. Suara tapak kaki terdengar menggema di dinginnya kamar mandi. Suaranya bagai lonceng untuk Aruna agar segera lari.

"Kau ingin aku berpura-pura untuk tidak melihatmu terlebih dahulu, sayang?"

Chris melihatnya, jelas tidak ada tempat yang benar-benar menyembunyikan tubuh Aruna yang kecil. Bahkan ketika mengedarkan tatapan pun, tubuhnya dapat terlihat dengan mudah. Chris berjalan perlahan menuju tempat dimana Aruna terduduk, gadis itu beringsut mundur meski usahanya sia-sia. Ketika sampai didepan gadisnya, Chris berjongkok guna menyamakan tinggi mereka. Tatapannya menilik wajah Aruna yang kini memohon lewat tatapannya. Tatapan itu membuat Chris merasa bahwa kini ia telah menang. Membawa seluruh egonya yang jauh terbuang untuk kembali dan semakin tinggi. Membuat hati Chris berteriak bahwa hanya dirinya yang dapat memiliki Aruna sepenuhnya.

"Chris.. Aku mohon.."

Memiringkan sedikit kepalanya, Chris tersenyum pada Aruna. Senyuman yang dulu sangatlah manis kini berubah menjadi senyuman maut untuk Aruna.

"Kau ingin aku membebaskanmu, Aruna? Tentu ketika aku sudah puas menghukummu." dengan satu tarikan, Chris menjambak rambut Aruna dan membawanya keluar dari kamar mandi menuju ranjang. Dibantingnya tubuh Aruna hingga rintihan terdengar dari bibir Aruna. Dengan gerakan cepat Chris membalikkan tubuh Aruna dan tangannya mencengkram erat rambut Aruna yang sudah berantakan hingga membuat Aruna terdongak dengan tatapan menyipit menahan sakit.

The BulletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang