Aruna sebenarnya bingung apakah ia harus ikut duduk disamping Chris di ruang makan atau apakah ia akan menunggu Chris menyuruhnya. Semuanya terasa berbeda saat ini, apalagi ketika melihat langsung bagaimana perilaku Chris terhadap pelayannya tadi. Sejauh mana Chris berubah? Sejauh mana hal yang tidak ia ketahui sampai saat ini? Pertanyaan itu silih berganti dan berputar untuk kapasitas otaknya yang rata-rata itu.
"Chris dimana aku harus memasak? Bukan kah tadi kau bilang aku yang akan memasak?" akhirnya setelah beberapa menit ia termenung ada dua kalimat yang keluar dari bibir manisnya.
"Memasak? Kau akan memasak dengan tangan kecilmu itu? Duduk. Aku hanya ingin membawamu tadi dan aku tidak ingin mengambil resiko jika kau terluka nanti. Duduk disampingku dan tunggu makanannya datang."
Lagi, Aruna kembali menurut atas pernyataan yang lebih seperti perintah dari Chris. Apakah perasaannya tengah buruk hari ini? Atau memang Chris seperti ini dari dulu? Mengingat apa yang dikatakan oleh Chris tadi, sepertinya rasanya berbeda. Jika dulu saat mengatakannya, ia akan mendapati ribuan kupu-kupu diperut, namun kini ketika mendengarnya saja sudah membuat ia diam tak berkutik.
Ditengah lamunannya itu, tanpa sadar Chris tengah memperhatikannya. Memperhatikan setiap jengkal wajah pujaan hatinya. Wajah yang dapat membuat semua tubuhnya diam, wajah yang membuat ia tenggelam dalam rasa obsesi yang ia buat sendiri. Kenapa baru terlintas saat ini untuk membawa Aruna tinggal di rumahnya?
Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing hingga makanan yang disajikan para pelayan datang. Mereka mulai menyajikan makanan itu ke piring Aruna dan Chris secara bergantian. Lagi, melihat cara para pelayan menaruh makanan membuat Aruna berpikir bahwa ini semua sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Kemana saja ia kemarin?
Chris memberikan tatapan yang sulit diartikan ketika Aruna menoleh padanya, lalu dengan gerakan dagu Chris seolah-olah memberikan perintah untuk segera makan. Tanpa disuruh mereka berdua pun makan dengan tenang, yang ada hanya suara dentingan sendok dan garpu dengan piring. Setelah sekitar lima belas menit mereka makan, para pelayan kembali membersihkan meja makan. Lalu datang kembali pelayan berikutnya yang sepertinya membawa makanan penutup. Dan benar dugaan Aruna bahwa mereka membawa makanan penutup.
Sesi makan siang itu ditutup dengan Aruna memakan buah melon dan Chris yang meminum kopi buatan para koki. Entah mengapa keadaan semakin canggung, Aruna yang memang sedari awal bertemu dengan Chris pendiam jadi semakin diam melihat perilaku Chris yang tidak seperti biasanya.
"Kau sedang tidak baik, Chris?"
Chris menoleh lalu terdiam sebentar sebelum akhirnya menyunggingkan senyumannya yang tampan pada Aruna, "Ya sepertinya tidak begitu, ada beberapa pekerjaan yang membuat aku suntuk beberapa hari ini, namun ketika kau duduk disampingku sudah cukup membuatku membaik."
Apa kalian dapat melihat bahwa wajah Aruna sekarang seperti tomat merah? Oh ayolah, itu hanya sekedar kalimat penenang bagi Aruna, namun sepertinya dapat membuat telinganya berdenging karena menahan rasa senang. Semua itu tidak luput dari penglihatan Chris, ia menyaksikan bagaimana pupil mata Aruna membesar dan bagaimana wajahnya yang semula putih menjadi merah.
Chris terkekeh, "Aku akan mengambil beberapa dokumen di kamar untuk dibawa ke kantor. Kau akan menunggu disini atau ikut denganku ke atas?"
Aruna dengan segera memalingkan wajahnya ketika ketahuan memerah, "Aku akan menunggu disini, kau ambil saja dokumennya,"
"Baiklah baiklah, tunggu disini ya Run."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bullets
RomanceAruna pikir pertemuannya kembali dengan mantan kekasih sekaligus temannya itu tidak akan menimbulkan bekas apapun. Niat hati hanya ingin menemui sahabatnya yang kebetulan juga mantan dari Chris, mantannya, berujung petaka bagi Aruna. Tatapan cinta y...