Warn: R19+!
---
Chris tidak bisa berpikir jernih semenjak mengetahui fakta mengenai Aruna tadi siang. Fakta mengejutkan seperti petir di siang hari. Andi, asisten pribadinya ternyata merupakan adik kandung dari gadisnya sendiri. Chris tahu jika Aruna sangat tertutup mengenai keluarganya, namun tidak disangka jika salah satu anggota keluarganya bekerja padanya yang bahkan sudah menginjak tahun kelima bekerja. Bagaimana bisa ia tidak menyadarinya?
Chris menegak habis minuman beralkohol yang ada ditangannya, ia butuh pelampiasan atas kekesalan yang membendung dirinya. Entah bisa dibilang keberuntungan atau tidak, yang pasti Chris harus memastikan jika ini tidak ada sangkut pautnya antara pekerjaan dengan Andi. Tapi yang Chris bingungkan adalah mengapa asisten pribadinya itu menutupi bahwa ia adalah adik dari Aruna?
Chris membanting gelas yang sudah kosong itu dengan amarah yang tak kunjung reda.
"Arghh! Sialan!" lelaki itu tampak kacau, entah apa tujuan Andi hingga merahasiakan identitasnya, namun Chris yakin bahwa ini adalah pengkhianatan. Bagaimanapun ia sudah tidak bisa percaya lagi pada asisten pribadinya.
Mendudukkan dirinya dilantai, mata tajamnya terpejam, kepalanya berdenyut akibat pikiran yang silih berganti tanpa mau berhenti. Mungkin setelah ini Chris akan berbicara langsung pada Andi, meski pengkhianat, Andi telah banyak berjasa dalam membantu dirinya termasuk membangun rumah besar untuk gadisnya.
"Sialan! Bagaimana aku bisa kecolongan seperti ini? Dia mungkin tahu siapa Aruna, tapi dia menutupinya? Hah rencana apa yang dia pikirkan?" senyum miring tercetak jelas di wajahnya yang frustasi diiringi suara kekehan yang nyaring.
Chris bangkit dari duduknya, tujuannya sekarang adalah kamar gadisnya. Memeluk Aruna hingga pagi menjelang dan merasakan tatapan memohon yang gadis itu pancarkan. Langkahnya yang gontai mengiringi gelapnya malam di rumah itu, semua mungkin sudah terlelap mengingat ini sudah masuk jam malam. Chris membuka perlahan pintu kamar Aruna dan disambut dengan aroma khas bunga yang menguar. Menghampiri Aruna yang tertidur pulas dengan keadaan telentang. Chris menyusuri tubuh Aruna, katanya menatap setiap inci dari tubuh gadisnya yang hanya memakai pakaian tidur berlengan pendek. Chris menggeram pelan menyadari bahwa sisi lain dari dirinya meminta untuk dituntaskan.
Bergerak naik keatas ranjang, Chris menindih tubuh Aruna yang terlelap. Mensejajarkan tubuhnya dengan Aruna, tangannya ia jadikan tumpuan di kedua sisi kepala Aruna. Matanya mengabsen bentuk wajah Aruna, dimulai dari matanya dan bulu matanya yang lentik, lalu alisnya yang tipis, hidungnya yang kecil serta bibirnya yang berwarna merah muda. Tangan kanannya ia angkat, mencoba untuk menangkup wajah gadisnya yang mungkin akan dengan mudah ia remukkan. Chris tersenyum dalam gelapnya kamar, ia kemudian membawa wajahnya menuju ceruk leher Aruna yang terbuka. Menghirup aroma bunga dari wewangian yang gadisnya pakai, lalu dengan gemas Chris mengigit permukaan leher Aruna yang halus. Chris dapat merasakan Aruna bergidik kaget dalam tidurnya dan tanpa peringatan Chris menghisap lehernya hingga menimbulkan jejak kemerahan yang ia yakin tidak mudah hilang. Chris melakukan kegiatan itu secara berulang, dimulai menghirup, lalu menjilat, mengigit dan menghisapnya tanpa sadar bahwa ia telah menurunkan pakaian yang Aruna pakai hingga memperlihatkan bahunya yang putih.
Chris memberi jarak, melihat bagaimana kondisi Aruna saat ini. Rambutnya kini sudah tidak tertata rapi juga pakaiannya yang sudah terbuka. Chris kembali melakukan kegiatan yang ia buat, namun kini beralih pada bahu Aruna yang menganggur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bullets
Storie d'amoreAruna pikir pertemuannya kembali dengan mantan kekasih sekaligus temannya itu tidak akan menimbulkan bekas apapun. Niat hati hanya ingin menemui sahabatnya yang kebetulan juga mantan dari Chris, mantannya, berujung petaka bagi Aruna. Tatapan cinta y...