06. Blind Jealousy

1.8K 149 269
                                    

Disclaimer!

• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.

Cerita ini diketik 8897 kata.

Happy Reading!

***

Acara sarapan paginya kembali diisi oleh ocehan menggemaskan dari Leon yang hari ini sudah rapi mengenakan pakaian sekolahnya. Anak itu terlihat sangat senang karena Mba Anin memperlihatkannya foto-foto dirinya bersama para binatang di Bali Zoo kala itu lewat beberapa foto polaroid yang ada sambil sarapan.

Leon tertawa geli karena melihat fotonya bersama burung-burung disana. “Mba Anin, ini bulungnya lucu banett tapi Leon waktu itu hampil mau digigit kalena kacih makan bulungnya.”

Dara hanya terus memainkan sendok beserta garpunya sambil memperhatikan Leon. Lamunannya dikejutkan oleh Alvaro yang tiba-tiba datang sambil mencium keningnya dan segera duduk di sebelah sang istri.

Morning, Hun. Morning, jagoan papa!”

Leon terkekeh pelan, “Molning too, Papa! Kok papa lama cih, Leon udah mau celecai salapannya.”

“Oh ya? Hebat anak papa,” puji Alvaro membuat Leon tersenyum riang. “Maaf ya papa telat bangunnya.”

“Papa, emm kata Ms Kinan nanti ada acala ulang tahun cekolah. Telus Leon disuluh Ms Kinan tampil,” kata Leon.

Dara tersenyum lalu mencoba memberi informasi yang lebih jelas. “Minggu depan sekolahnya Leon ulang tahun, jadi beberapa murid perwakilan kelas itu disuruh tampil dan Leon dipilih sebagai perwakilan.”

Good boy, anak papa pintar. Nanti latihannya yang semangat biar penampilannya bagus, ya!”

Aight, Papa! Tapi papa janji halus datang ya nonton Leon tampil di cekolah,” pinta anaknya.

Jujur Dara juga tidak bisa lagi memberikan Leon kalimat penenang jika papanya lagi-lagi mengingkari janjinya. Sebab, ekspresi Alvaro benar-benar terlihat seperti terpaksa mengiyakan keinginan anaknya tanpa berpikir bahwa bisa saja kelak ia ingkar janji lagi.

“Emm sayang, nanti berangkat sama Mba Anin dan Om Ian dulu, ya? Mama harus kerja pagi,” kata Dara menyela pembicaraan Leon dengan sang papa.

“Iya, mama. Mama mama, Leon nanti mau beli es klim di cekolah, boleh? Coalnya temen-temen pada beli tapi Leon cuma liatin aja,” cibir Leon.

“Gak boleh,” tolak Alvaro.

Namun, secara bersamaan Dara juga menjawab, “Boleh, sayang. Beli es krim yang Leon suka, ya. Nanti mama kasih uangnya ke Mba Anin.”

“Yeayyy, makaci, mama.”

“Gak boleh, Leonel. Es krim gak bagus untuk kesehatan kamu. Papa gak ngizinin kamu beli es krim.” Jelas Alvaro menolak

Leon menunduk dan senyumnya menghilang dari wajah menggemaskannya. Dara menghela napas berat lalu tersenyum riang sambil menatap putranya.

“Hei, look at me,” titah Dara membuat Leon mendongak menatap mamanya. “Leon boleh beli es krim semau Leon, mama izinin kok.”

Tapi Leon sudah tak terlihat seceria sebelumnya karena teguran dari papanya membuat mood Leon pagi ini sudah sangat kacau. Alvaro sempat ingin menyangkal, namun Dara menyentuh paha suaminya tanda bahwa kali ini Alvaro tidak boleh melarang putranya.

Aldara 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang