Disclaimer!
• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.Cerita ini diketik 7445 kata.
Happy Reading!
***
Hari-harinya bagaikan neraka. Sebab sejak mendengar ketokan palu Hakim Ketua sebanyak tiga kali di dalam ruang sidang merupakan sebuah lonceng petaka bagi Alvaro. Tatapannya lurus ke depan menatap gedung-gedung tinggi pencakar langit dari ruang kerjanya.
Sudah dua bulan lamanya, Alvaro mengalami pemulihan pasca insiden penusukan itu di gedung pertemuan saat ia dan sepupu-sepupunya mengadakan pertemuan untuk membicarakan perihal surat wasiat kakek mereka yang dipalsukan dan bisa terdeteksi oleh sang notaris.
Ratusan artikel berhasil memenuhi portal berita selama satu bulan belakangan ini. Keputusannya untuk bercerai dengan sang istri menjadi topik hangat di kalangan dunia bisnis. Tapi Alvaro tahu, jika pada dasarnya para pebisnis tidak begitu menyorot dan mempermasalahkan soal statusnya yang sekarang sudah menduda.
Suara dering ponsel menyita perhatiannya, Alvaro merogoh ponselnya dan melihat nama Dara tertera di layar ponselnya sedang melakukan panggilan video. Tapi bukan nama wanita itu, melainkan kontak Dara masih Alvaro namai 'Istri<3'.
"Halo, papa? Papa udah cembuh?"
Alvaro tersenyum manis sekaligus cukup terharu akhirnya ia bisa kembali melihat dan mendengar suara Leon meskipun hanya via panggilan video.
"Hei, sayang? Kamu tau dari mana papa habis sakit dan sudah melewati masa pemulihan, huh?"
"Mama, Oma, Aunty Ghea, Om Felo, Pa. Leon kangennnn banet cama papa. Leon mau ketemu cama papa."
"Papa juga kangen banget sama kamu, malam ini nginep di rumah papa mau?" tanya Alvaro mengungkapkan rasa rindunya setengah mati pada sang anak.
Leon tampak menoleh ke samping dan berdiskusi dengan sang mama. "Papa, kata mama gak boleh, becok Leon halus cekolah."
Alvaro terkekeh kecil, "Ya sudah, hari sabtu aja nanti papa bilang mama, ya, supaya Leon bisa nginep di rumah papa."
Anggukan kecil Leon membuat Alvaro ikut gemas dengan tingkah laku putra kecilnya. Alvaro ingin memeluknya lagi dengan erat, ia ingin menyaksikan lagi Leon tertidur dengan lelap di sampingnya.
Alvaro jelas merindukan putra kecilnya.
"Papa, papa, lukanya besal ya? Coalnya cembuhnya lamaaa banet kata mama," tanya Leon.
Alvaro lagi-lagi terkekeh kecil lalu menunjukkan bekas luka sayatan di telapak tangannya, "Ini? Gak besar, sayang. Luka biasa."
"Itu cakit banet ya, Pa?"
"Enggak sayang, gak sakit. Kan papa sudah sembuh," balasnya.
"Papa jangan seling bohong ya, Leon gak cuka tauuu," Leon mencibirkan bibirnya membuat Alvaro semakin merindukan putranya.
"Sayang, udahan aja kali, papanya mau kerja kasian kamu ganggu."
Suara lembut itu pasti suara Dara. Alvaro benar-benar bersyukur dapat kembali mendengar suara wanita itu meskipun hanya sepintas.
"Mama, tapi kan Leon balu cebental telepon papanya."
"Iya mama tau, sayang. Tapi kalau papanya ada kerjaan gimana? Kasian papanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara 3
Romance[Sequel Aldara] [Follow sebelum membaca] Cover by Sridewi [Instagram: @/sartgraphic_] (Nama, karakter, tempat dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi) Perpisahan adalah kata paling tidak memungkinkan jika terjadi pada keluarganya. Tapi Dara meng...