Disclaimer!
• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.Cerita ini diketik 6596 kata.
Happy Reading!
***
Suara dentingan alat makan di ruangan ini begitu nyaring terdengar. Namun, ruang makan hanya terisi satu sosok sang pemilik rumah. Dulu, ruang makan ini selalu terisi celotehan-celotehan lucu dari Leon, tapi sekarang semuanya terasa sangat hampa.
“Sayang? Kamu kok sarapannya gak nunggu aku dulu?”
Tatapan Alvaro begitu dingin pada Zora yang baru saja datang dan mencium pipi kirinya. Zora segera duduk di hadapan Alvaro dan menunggu jawaban pria itu.
“Saya ada meeting pagi ini, maaf tidak sempat membangunkan kamu.”
Zora tersenyum manis, lalu mengusap perut buncitnya dengan lembut. “Hari ini jadwalnya baby A untuk USG, kamu gak penasaran jenis kelamin anak kita?”
“Zora kita belum menikah,” ujar Alvaro.
Zora menghela napasnya berat, “Ya udah, kalau begitu nikahin aku. Buat pesta pernikahan paling meriah, bahkan kalau bisa lebih meriah dari pernikahan kamu yang pertama sama mantan istri kamu.”
“Tolong tidak usah bahas masa lalu saya,” selanya.
“Apa kamu gak mau ngeresmiin hubungan kita? Buat apa aku pindah kesini, kalau status kita aja masih gak jelas?!”
Alvaro rasa, Zora salah berbicara. Bukankah rencananya masuk ke dalam rumah ini untuk menjadi nyonya Derovano dan menghancurkan Alvaro sampai ke akar sedari awal? Tapi kenapa Zora semakin berusaha untuk mengambil perhatian Alvaro dan menuntut pria itu untuk memperjelas hubungan keduanya?
“Kepergian papa saya belum lama ini, bisa tolong mengerti keadaan saya?!” pinta Alvaro.
Zora mendecih pelan seraya membanting alat makannya hingga menimbulkan bunyi yang nyaring, “Mau sampai kapan?! Sampai anak kita lahir?!”
Rahang Alvaro mengeras, tangannya mengepal lalu memukul meja dengan sangat amat keras hingga Zora benar-benar terkejut karena suara tersebut. Namun, suara tawa keras Alvaro kini justru semakin membuat kedua matanya memanas. Zora meremat ujung gaunnya ketika melihat mata Alvaro itu kini menatapnya dengan tajam.
“Diam dan jalankan saja sandiwaramu untuk menusuk saya dari belakang, atau saya tidak akan pernah membiarkan kamu dan bayi sialan itu keluar dari rumah ini secara hidup-hidup.”
Bibir Zora gemetar hebat, ia sama sekali tidak pernah melihat tatapan Alvaro setajam itu. Zora menelan salivanya susah payah hingga air mata yang sedari tadi sudah bergumul di pelupuk matanya terjatuh juga.
“Kenapa, kamu bingung?” Alvaro tertawa, kemudian pria itu beranjak dari kursi lalu menghampiri Zora dan berdiri di hadapan wanita itu dengan senyuman yang bahkan Zora tak pernah lihat sebelumnya.
Tangan Alvaro mengusap air mata Zora dengan perlahan sambil tersenyum, “Kamu akan lebih terkejut lagi setelah ini. Bukannya kamu tau, siapa saya sebenarnya? Sayang sekali, Arlan salah besar karena telah menunjuk kamu sebagai pion utamanya untuk menghancurkan saya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara 3
Romance[Sequel Aldara] [Follow sebelum membaca] Cover by Sridewi [Instagram: @/sartgraphic_] (Nama, karakter, tempat dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi) Perpisahan adalah kata paling tidak memungkinkan jika terjadi pada keluarganya. Tapi Dara meng...