12. Shatter

1.9K 171 40
                                    

Disclaimer!

• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.

Cerita ini diketik 8559 kata.

Happy Reading!

***

Kepalanya perlahan menoleh ke samping melihat betapa rindunya Dara akan momen langka seperti ini dimana Leon begitu nyaman terlelap dalam pelukan Alvaro. Diam-diam Dara mengabadikan momen tersebut lewat kamera ponselnya tanpa sepengetahuan Alvaro.

Dara mengubah posisinya menjadi miring ke kiri lalu mengusap kepala belakang Leon lembut, “Maafin mama ya sayang, kamu jadi susah dapat momen berdua sama papa kayak gini.”

Maaf karena mama selalu merenggut kebahagiaan kamu.

Leon, mama harap kamu gak membenci mama kelak.

Dara mengusap cairan bening pada sudut matanya. Rasa bersalahnya terhadap Leon kian membesar. Sebab, Leon semakin tidak memiliki waktu dengan papanya. Padahal di umur Leon sekarang, sangat amat membutuhkan perhatian orang tuanya.

Hembusan napas berat Dara menusuk telinga Alvaro, ia tahu jika Dara sudah bangun dan sedang menangis. Namun, ia tidak ingin mengacaukan tangisan Dara. Tapi kenapa rasanya begitu sakit, ketika telapak tangan yang dulunya dapat mengusap air mata di pipi Dara sekarang jadi terlihat tidak berguna lagi.

Alvaro merasakan Dara bangkit dari ranjang dan pergi keluar kamar, entah untuk apa, kini Alvaro memilih membuka matanya dan tersenyum tipis ketika melihat wajah Leon yang semakin mirip dengannya.

“Kamu mirip sekali dengan papa, Leonel,” gumamnya.

Tidak hanya Dara, rasa bersalah Alvaro jauh lebih besar dari itu. Meninggalkan Leon dan Dara adalah hal yang sangat amat paling disesalinya seumur hidup pria itu. Alvaro sepertinya memang selalu ditempatkan di situasi yang mengharuskannya untuk berada di pilihan yang sulit, menjauhkan anak istrinya dari mars bahaya, atau mempertahankan namun membahayakan keluarga kecilnya.

Ingin rasanya Alvaro memutar waktu dan kembali menggenggam Dara dan juga Leon lalu berjuang bersama-sama sampai akhir. Tapi semuanya sia-sia. Alvaro hanya-lah manusia biasa yang tidak bisa menghentikan atau bahkan memutar balikan waktu.

“Papa janji akan kembali lagi ke kamu dan juga mama, setelah semuanya selesai,” ucap Alvaro seraya mengecup kening Leon sambil mengusap puncak kepala putranya.

Papa egois, Leonel.

Papa orang yang  jahat.

Papa tidak bertanggung jawab atas hidup kamu dan mama.

Papa gagal, Leon.

Alvaro selalu menganggap dirinya gagal menjadi suami serta seorang ayah bagi Dara dan juga Leon. Kata gagal sudah tersemat pada namanya. Tetesan air mata jatuh begitu saja mengenai pipi Leon hingga membuat putranya terusik oleh cairan bening tersebut dan secara sadar melihat papanya menangis.

“Papa nanniss?”

“Hei? Kamu sudah bangun? Maaf papa gak sadar.”

Aldara 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang