Disclaimer!
• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Abaikan time stamp
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.Cerita ini diketik 9518 kata.
Happy Reading!
***
Suasana kediaman keluarga Derovano ini dapat membuat siapa saja iri. Pasalnya, tidak ada yang bisa mengalahkan keharmonisan keluarga kecilnya saat ini. Alvaro rasa sudah cukup ia merasakan hampir kehilangan separuh jiwanya karena kejadian memilukan itu.
“Papaaa...,” panggil seorang anak laki-laki berusia empat tahun.Leonel, namanya. Anak itu berhasil tumbuh dengan bahagia dan sehat berkat kasih sayang yang diberikan kedua orang tuanya.
“Apa sayang? Udah bangun? Kita mau mandi atau bangunin mama dulu?” tanya Alvaro kepada putranya.
“Bangunin mama, Pa.” Jawab Leon dengan sumringah.
Lalu dengan wajah khas bangun tidurnya, Alvaro dan Leon kembali menuju kamar utama dan keduanya tersenyum jahil karena melihat sang mama masih tertidur.
Alvaro duduk di tepi kasur dan Leon segera merangkak menghampiri mamanya. Ia tersenyum dalam hati, bagaimana bisa pemandangan seindah ini dapat ia lihat setiap paginya?
Rupa Dara yang benar-benar terlihat nyaris sempurna ini dapat membuat Alvaro jatuh cinta berkali-kali, hanya dengan memandang wajah cantik dan damai istrinya, hatinya kembali merasa hangat.
“Pelan-pelan ya bangunin mamanya, usap lembut pipinya, sayang.” Titah sang papa dan Leon mengangguk dengan gemasnya.
“Aight, Papa!”
Alvaro terkekeh kecil ketika melihat Leon mengusap lembut pipi Dara, mengecup pipinya dengan gemas. Entah hidupnya akan seperti apa jika Leon dan Dara tidak pernah hadir di dunia ini.
“Mamaaa, bangunnnn. Mamaaa ayo bangunnn,” usapan lembut tangan Leon membuat Dara tersenyum dan perlahan membuka kelopak matanya.
“Iya sayang, mama udah bangun. Kamu kok tumben udah bangun hm?”
Leon mengangguk antusias, “Papa tadi ke kamar Leon, terus Leon udah bangun juga deh. Terus Leon sama papa bangunin mama kesini.”
Penjelasan sang anak membuat Alvaro tertawa kecil dan mengusap puncak kepala Leon. Dara mengecup pipi Leon berkali-kali karena anaknya begitu menggemaskan.
“Anak mama lucu banget sih, hm?” Dara terus mengecupi pipi Leon hingga anak itu geli dan tertawa terbahak-bahak.
“Aku mandi dulu ya? Ada meeting pagi ini,” kata Alvaro.
Dara mengangguk, “Iya papa,” balas Dara dengan senyum manisnya. “Mau aku siapin air hangat gak?”
Alvaro mengecup bibir Dara sekilas lalu mengecup pipi Leon, “Gak usah, sayang. Aku mandi air dingin aja. Bye, jagoan, papa mandi duluan.”
“Heemmm,” jawab Leon gemas masih dengan bersandar pada tubuh Dara dan memainkan rambut mamanya.
“Mamaa, mamaa. Hari ini Leon mau diantar sama papa boleh?”
Dara tersenyum canggung, “Sama mama aja ya? Papa hari ini harus ke kantor lebih cepat dari biasanya sayang.”
Wajah murung Leon setiap pagi selalu menjadi tantangan tersendiri buat Dara. Pasalnya, ia harus berkali-kali menyiapkan alasan karena Alvaro terus menerus tidak bisa mengantar anaknya ke sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara 3
Roman d'amour[Sequel Aldara] [Follow sebelum membaca] Cover by Sridewi [Instagram: @/sartgraphic_] (Nama, karakter, tempat dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi) Perpisahan adalah kata paling tidak memungkinkan jika terjadi pada keluarganya. Tapi Dara meng...