9. YOUR HEART IS STILL MINE

2.3K 164 1
                                    

LISA POV 

Dan itulah kenapa aku membenci diriku sendiri karena begitu lemah terhadap Jennie.

Satu sentuhan, satu gagasan manis darinya dan puf! Aku bodoh sekali lagi.

Mendengar dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia masih mencintaiku entah bagaimana membuatku nyaman.

Aku tidak tahu apa itu hanya buah dari kebodohan ku tapi ya, aku kira kalian akan benar-benar menjadi seperti ini ketika jatuh cinta.

Kami berdua tertidur tadi malam dan memeluknya benar-benar terasa sangat menyenangkan.

Aku terjaga cukup lama sekarang namun aku menolak untuk bergerak sedikit pun untuk tidak mengganggu putriku yang tersayang tidur dengan damai di atasku, dengan kepalanya meringkuk erat di leherku dan lenganku melingkari tubuh seksinya.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau akan meninggalkanku, Love." Bisikku sambil perlahan membelai rambut coklatnya yang lembut.

"Itu tidak akan pernah terjadi, Sayang." Aku terkejut ketika Jennie tiba-tiba menjawab dengan suara kamar tidurnya yang seksi dan meringkuk lebih dekat ke leherku dan mempererat pelukannya kepadaku.

Senyum ku secara otomatis terbentuk di bibirku dan jantungku berdetak kencang.

"Good morning dear." Kataku dan mencium puncak kepalanya.

"Good morning." Jawab Jennie sambil mengangkat kepalanya dan memberikan ciuman lembut namun manis di bibirku yang aku balas dengan cepat.

Aku sangat suka saat bibirnya menyentuh bibirku, rasanya seperti dikirim ke cloud9 dan membuatku ingin tinggal di sana selamanya.

Beberapa detik berlalu dan kami berdua berpisah dari ciuman itu senyum puas di wajah kami.

"Will you give me a date with you today, Ms. Manoban?" Jennie tiba-tiba bertanya padaku dengannya

the famous gummy smile, still lying on top of me.

Jantungku berdegup kencang di dalam dadaku.

"Hmm, aku punya banyak dokumen di kantor daddy dan kantorku, lalu aku punya daftar panjang perjalanan bisnis yang tertunda dan Sana sudah mengeluh karena selalu menjadi wakil dalam rapat yang seharusnya aku hadiri, jadi..." Aku mencoba bergurau dengannya dan bertindak seolah-olah aku benar-benar berpikir.

Wajah Jennie kemudian merengut dan berdiri dari atasku dan berjalan ke sofa yang kumiliki di kamarku. Dia duduk di sana dan menyilangkan lengannya, tidak melirikku.

Dalam hati aku menertawakan tindakannya.

Aku tidak pernah sekali pun menolak permintaannya dariku, apalagi kencan makanya aku mengerti kenapa dia jadi seperti ini.

Aku berdiri dari tempat tidurku dan berjalan ke arahnya. Dia masih memalingkan muka dariku.

kemudian duduk di depannya dan meletakkan kedua tangan ku di kaki telanjangnya yang terbuka lalu menyandarkan dagu ku di atasnya.

"Sayang..." Aku memanggilnya dengan manis tapi dia masih tidak menatapku.

"Nini..." Aku mencoba sekali lagi tapi tetap tidak berhasil. Sebuah ide jahat kemudian muncul di benak ku.

Aku duduk di sampingnya di sofa dan aku mendorongnya dan membuatnya duduk di pangkuanku, menghadapku.

"Lalisa!" Dia berseru dan menampar lenganku lalu memalingkan muka dariku lagi yang membuatku tertawa.

"Sayang, lihat aku." Kata ku atau lebih seperti menuntut.

"Tidak. Pergi saja dan mendengkur semua waktu dan perhatianmu pada pekerjaanmu." Jennie menjawab dan menyilangkan tangannya sekali lagi.

LIES-TRUTH | JENLISA ADAPTATION ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang