LISA POV
"Pastikan saja surat-surat yang akan aku perlukan untuk pertemuan minggu depan sudah siap, Sana dan setelah itu kamu bisa pulang." Kata ku pada sana dan menjatuhkan tubuhku di kursi.
Aku melihat jam tangan ku dan 10:39 malam. Aku menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata dan memijat pelipisku dengan ringan.
Sudah seminggu sejak aku mengumumkan Mina adalah tunangan ku di depan tamu sepupu ku Chaeyoung, teman-teman kami, dan keluarga ku sendiri di pesta ulang tahunnya dan itu berarti sudah seminggu juga sejak aku menenggelamkan diri dengan pekerjaan. Berpasangan dengan sedikit tidur dan makanan.
Aku perlu mengubur diri ku untuk bekerja untuk mengeluarkan beberapa pemikiran yang tidak perlu dari pikiran ku seperti bagaimana aku tanpa malu-malu berbicara kembali kepada kakek tercinta ku.
Bukan niat ku untuk melakukan tindakan bodoh seperti itu terutama di depan banyak orang seperti itu, tetapi ada sesuatu yang menyala dalam diri ku ketika dia mulai berbicara buruk tentang Mina.
Aku tidak bisa membiarkan dia melakukan itu. Mina baru saja melakukan hal-hal baik kepadaku terutama ketika tidak ada yang pernah melakukannya dan aku harus dan rela melawan siapa pun atau apa pun yang akan menyakitinya dengan cara apa pun.
Tapi jawaban atas pertanyaannya, apa Mina benar-benar tunanganku?
Well, sort of?
Setelah mengantar Jennie ke rumahnya pada malam sebelum ulang tahun Chaeng, aku berkendara menuju rumah Mina karena aku tiba-tiba ingin hangout untuk menenangkan diri lagi dan kami kebetulan membahas topik tentang pesta sepupuku dan aku memutuskan untuk membawanya bersamaku yang mana dia rela setuju karena aku tahu bahwa teman-teman ku bahkan tidak akan berbicara atau melihat ku, terutama Jisoo atau bahkan keluargaku sendiri jadi setidaknya aku memiliki seseorang yang dekat dengan senang hati untuk menemani ku.
Tapi tepat sebelum aku pulang malam itu, Mina menunjukkan sebuah cincin. Dia mengatakan kalau aku memberikannya kepadanya ketika kami masih bersama saat itu, mengatakan kalau aku melamarnya dengan cincin itu jadi pada dasarnya aku adalah tunangannya.
Aku hanya menertawakannya tetapi Mina menyerahkan cincin itu kepadaku dan sejak saat itu, aku sudah tahu apa yang dia maksud. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengerti.
Namun aku tidak tahu apa yang merasuki ku malam itu aku menerima cincin itu dan meletakkannya di jarinya dengan senyum kecil sambil menatap matanya lalu membiarkan bibir aku bertemu dengannya dan menutup momen itu dengan ciuman.
Secara praktis aku tahu perasaan Mina terhadap ku karena dia sangat vokal tentang hal itu dan sejujurnya aku ingin mencobanya dengannya namun aku juga ingin bersikap adil kepadanya dengan memberikan semua ruang di hati ku kepadanya tetapi pada saat ini, aku tahu jauh di lubuk hati, masih ada orang lain yang memiliki sedikit darinya.
Jadi, itulah sejarah ku memiliki tunangan.
Tapi satu hal yang menggangguku sepanjang minggu juga dan aku benar-benar ingin keluar dari pikiranku adalah wajah menangis Jennie dan bagaimana dia praktis memohon di depanku.
Benar, aku sangat kesal dengan apa yang dia katakan malam itu tapi rasa sakit di matanya dengan kesal mengguncang dinding yang kubangun untuk menjaga hatiku dan aku sangat membencinya. Seperti, sangat sangat membencinya.
Dengan putus asa aku membuka mataku lagi dan duduk tegak.
"Fokus saja pada pekerjaanmu lagi, Lisa dan kamu akan melupakannya." Aku berkata pada diriku sendiri dan terus mengerjakan tumpukan dan tumpukan dokumen di mejaku.
Akhirnya, aku tidak menyadari waktu itu sudah pagi, belum sampai Sana menerobos masuk ke kantorku dengan secangkir kopi panas di tangannya.
"aku melihat mu tidak pulang lagi, Bos." Dia berkata dan meletakkan cangkir di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIES-TRUTH | JENLISA ADAPTATION ✔️
FanfictionTake Me Back To The Night We Met. . . . . . All credit in this story belongs to the original author BuggyBunny