12. ayo berjuang lagi

110 9 0
                                    

Seijan memang sudah dekat dengan Nitran, mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Terkadang juga Seijan akan mengajak Nitran untuk mampir ke rumahnya. Mereka memerankan peran sebagai seorang teman yang sempurna.

Bahkan orang-orang yang melihatnya pun akan mengira bahwa Seijan mengetahui banyak hal tentang Nitran. Karena dia selalu bersama anak itu. Sementara dengan kenyataannya, Seijan belum mengetahui begitu banyak.

Ada banyak hal yang Nitran sembunyikan, dan dia tidak mudah terbuka begitu saja. Seijan juga terlalu berhati-hati, dia takut jika terlalu masuk ke dalam privasi Nitran.

Tapi, sebenarnya Seijan telah melakukan kesalahan. Seharusnya dia yang sudah dipercaya oleh Nitran, dan di terima baik oleh anak itu. Melakukan beberapa hal yang membuat Nitran merasakan pertemanan yang nyata. Tidak ada salahnya jika Seijan menanyakan banyak hal, dan sampai mengetahui apa yang terjadi. Dengan begitu dia tahu, apa yang perlu dilakukannya untuk menyembuhkan luka Nitran.

Selama ini Seijan tidak mengetahui apa-apa. Dia tidak pernah bertanya, dan hanya berusaha selalu ada. Padahal Nitran selalu memberikan kesempatan untuknya menanyakan sesuatu, yang mungkin membuatnya merasa penasaran.

"Nitran kok gak ada di kelas ya?" tanya Hasar yang mendapati Seijan sendirian di dalam kelas.

Padahal di jam istirahat, pastinya Seijan akan makan bersama Nitran. Bahkan anak itu membicarakan beberapa hal seakan-akan mereka memang sedekat itu.

"Kau enggak sadar apa ya, padahal dari jam pertama Nitran enggak masuk kelas," jawab Seijan yang tertunduk lesu. Dia juga tidak tahu ke mana Nitran pergi, anak itu tidak memberitahunya sama sekali.

Kemudian Hasar pun menarik kursi di dekatnya, dia menatap ke arah Seijan. Dan menyentuh tangannya dengan lembut. "Kau pasti tahu Nitran ada di mana. Jadi kau cari dia sekarang, aku mengkhawatirkannya."

Seijan langsung menatap balik ke arah Hasar. Sebenarnya Hasar tidak mengatakan kesalahan, hanya saja Seijan merasa jika Hasar tidak seharusnya mengatakan hal itu. Apa yang telah dilihatnya selama ini, sebenarnya tidak seperti yang sebenarnya terjadi.

"Aku nggak sedekat itu lho, Sar. Aku memang selalu berusaha memahami Nitran, dan enggak mau berpikiran yang buruk tentang dia. Tapi, aku enggak pernah tahu Nitran pergi kemana. Biasanya dia memang menghabiskan waktunya buat tiduran di kelas kan. Dia juga bebas ngelakuin hal itu, dan aku bahkan enggak tahu apa-apa," ucap Seijan apa adanya.

Hasar tentunya terkejut mendengar pernyataan Seijan. Dia yang bersalah di sini, karena dia hanya menilai apa yang dilihatnya saja. Tanpa mencari tahu kenyataan yang ada. Pastinya Seijan merasa sangat bersalah, karena dia tidak mengetahui apapun tentang Nitran sekalipun dia berteman dekat dengannya.

Padahal Seijan sudah berusaha untuk menjadi orang paling dekat dengan Nitran. Dan dia pastinya berharap, jika Nitran mau terbuka padanya. Hanya saja, Nitran ternyata tetap diam. Dia tidak memberitahu apapun, dan tetap menyembunyikannya sendirian.

"Kita cari Nitran sekarang," ucap Frizar yang baru saja datang itu.

Dia lantas menarik tangan kedua temannya itu, dan tanpa tujuan yang pasti. Frizar akan menemukan keberadaan Nitran. Walaupun dia tidak pernah tahu kemana anak itu akan pergi.

Hasar dan Seijan tidak bertanya apapun, mereka berdua tetap mengikuti Frizar yang berjalan tanpa arah tujuan yang pasti. Setidaknya ada seseorang yang mau membawa mereka untuk mencari Nitran. Tidak peduli jika mereka sebenarnya tidak tahu apapun.

Karena setidaknya mereka sudah berusaha, jika tidak seperti itu. Mungkin saja mereka akan menyesalinya.

"Biasanya Nitran kemana ya, memang sudah nyariin dia. Apalagi dia kan selalu sendirian, aku pikir Seijan udah sedekat itu. Maaf ya, aku salah menilainya," kata Hasar yang tertunduk dalam. Dia menyesali perkataan beberapa saat yang lalu.

Hidup Memiliki Tujuan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang