6. langsung pada intinya

98 12 0
                                    

Intan tidak pernah terpikirkan sebelumnya, jika dia harus memiliki dua anak laki-laki. Awalnya dia menikah hanya karena keharusan, orangtuanya yang menjodohkannya. Sebab si bungsu yang belum kunjung menikah, dan hanya fokus pada karir nya.

Saat itu, dia yang terpaksa menikah dengan Roby sama-sama tidak bersungguh-sungguh dalam hubungan pernikahan diantara keduanya. Maka dari itu, ketika Intan yang memutuskan untuk tidak memiliki seorang anak. Justru memiliki dua anak sekaligus dari Roby.

Entah karena apa hal seperti itu bisa terjadi dengan mudah, dan juga kelahiran Nitran sebagai anak bungsu. Tanpa pernah menginginkannya. Intan tidak mudah untuk menerimanya, karena dari awal dia tidak menginginkan seorang anak. Untuk Natran dia masih bisa menerimanya. Tapi, setelah Nitran di lahirkan. Intan kehilangan perasaan, dia tidak bisa memperlakukannya sama seperti dia memperlakukan Natran.

Mungkin Intan melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dia menyadari akan hal itu, akan tetapi dia berusaha membela dirinya. Jika dia tidak melakukan kesalahan apapun.

Nitran saja yang seharusnya tidak dilahirkan. Dia menyebabkan banyak permasalahan, sifatnya juga buruk. Intan juga sering mendengar desas-desus tentang anak bungsunya itu, sebenarannya Intan merasa malu. Dia malu karena yang hanya bisa Nitran lakukan adalah kesalahan.

Banyak hal yang dilakukannya, sehingga orang-orang membicarakan tentang keburukannya. Dari banyaknya orang, mereka bahkan sampai mengatakan jika Nitran hanya beruntung, karena orangtuanya memiliki sebuah kehormatan.

Bisa dikatakan, Nitran berlindung dibalik jabatan kedua orangtuanya. Padahalkan Nitran bisa melakukan banyak hal karena dia berusaha, itu pun karena orangtuanya yang memintanya.

"Roby aku ingin membahas hal penting," kata Intan yang memasuki ruangan kerja Roby.

"Ya udah langsung aja ke intinya."

Seperti biasa, Roby terlihat sangat tenang sekali. Intan juga tidak tahan akan hubungan pernikahan ini, dia berkeinginan untuk bercerai. Tapi, dia masih memikirkan Natran nantinya, anak kesayangannya itu tidak ingin hubungan kedua orangtuanya berakhir.

Oleh sebab itu Intan berusaha mati-matian untuk mempertahankan hubungannya. Sekalipun sudah lama dia tidak mencintai Roby.

"Setelah Nitran lulus sekolah, kau harus mengirimkannya ke luar negri. Aku berkeinginan mengasingkannya, kau pastinya tahu alasanku," jelas Intan yang langsung pada intinya. Sesuai dengan apa yang Roby katakan.

Pria baya itu pun melepaskan kacamatanya, dia menatap ke arah Intan. Tersenyum tipis, dan menghela napasnya perlahan.

"Padahal kau seorang ibu, tapi ternyata kau ada niatan untuk mengasingkan anakmu. Kalau Nitran tahu, pastinya dia sedih sekali."

"Kau harus sadar diri, Roby. Kalau aja waktu itu kau enggak mabuk, aku juga enggak akan hamil. Gara-gara kau, aku harus melahirkan seorang anak. Bahkan ketika aku enggak mau lagi memiliki anak," sahut Intan tidak terima jika hanya dirinya saja yang salah.

"Baiklah kalau itu keinginanmu, setelah lulus SMA. Aku akan memintanya pergi ke Amerika. Mungkin akan lebih baik kalau dia di sana selamanya," tutur Roby yang tidak memikirkan bagaimana perasaan Nitran. Jika seandainya dia mendengar perkataan itu.

Bukan hanya orang-orang disekitarnya yang menghindari Nitran. Melainkan orangtuanya juga. Sebenarnya apa kesalahannya? Nitran tidak ingin diabaikan.

Bagaimana caranya agar dia diperlakukan dengan hangat, agar Nitran tidak menjadi seseorang yang terlihat kasar. Bahkan hanya dinilai dari keburukannya saja.

"Besok aku kembali bekerja, kau mengurus semua sisanya. Aku juga enggak mau tahu, dari awal Nitran tanggung jawabmu. Dia enggak mau dengerin aku, padahal aku ingin membuatnya lebih bisa dibanggakan. Agar aku bisa menerimanya."

Hidup Memiliki Tujuan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang