10. PENASARAN

486 37 17
                                        

"Oh, jadi Keynara itu pacar lo?" Rega tersenyum jahil menatap Kaivan.

"Bukan urusan lo. Gue kesini cuma mau ngomong itu aja, kemaren kemaren gue lupa mau mampir." Balas Kaivan acuh tak acuh.

Rega mengangguk. "Gue pikir dia sakit karena hampir seminggu nggak masuk kerja. Eh ternyata pawangnya marah dia kerja disini."

Kaivan menyipitkan matanya, "pawang pawang mata lo!"

Rega terkekeh. Jarang-jarang dia bisa mengobrol dengan Kaivan seperti ini. Memang, Kaivan sering mampir ke kelabnya tapi sepupunya itu seolah menjaga jarak dengannya. Atau lebih tepatnya menjauhinya.

"Oh iya Kai, Kakek kangen tau sama lo. Katanya lo jarang mampir kerumahnya ya?"

"Gue lagi sibuk akhir-akhir ini. Kakek baik-baik aja kan?"

"Iya sih, tapi belakangan ini Kakek sering marah-marah nggak jelas sama pegawainya. Lo tau sendiri kan kalau Kakek punya riwayat penyakit jantung? Gue khawatir penyakitnya tiba-tiba kumat." Rega tertawa pelan.

Kaivan menghela nafas panjang, "hmm orangtua satu itu emang suka marah-marah, susah di bilangin pula."

Rega menepuk pundak Kaivan. "Lo cucu kesayangannya Kai, besok jenguk kakek ya?"

Kaivan mengangguk.

***

Keynara segera mendatangi ruang kepala sekolah karena namanya baru saja dipanggil menggunakan pengeras suara.

Setelah mengetuk pintu dengan sopan, perempuan itu masuk ke dalam. Disana, Pak Bayu–kepala sekolahnya, sedang duduk di kursi kebesarannya dan melemparkan senyum tipis pada Keynara.

"Silahkan duduk." Ucap Pak Bayu.

Keynara mengangguk.

"Jadi, saya memanggil kamu kemari ingin membahas perihal uang sekolah."

Keynara meremas jari-jarinya dibalik meja. "Saya tahu pak, waktu yang diberikan bapak sudah hampir habis, tapi saya minta maaf— saya belum bisa membayar uang sekolah saya."

"Saya bukan membahas itu Keynara. Saya hanya memberitahu kalau salah satu teman kamu sudah membantu melunasi uang sekolah kamu."

Keynara tertegun, dia menatap Pak Bayu dengan bingung, "kalau boleh tahu, siapa Pak?"

"Kaivan. Dia sudah melunasi semua uang sekolah kamu."

Keynara terdiam kaku di tempatnya. Jadi, Kaivan benar-benar melakukannya?

"Kalau begitu kamu boleh kembali ke kelas, Keynara. Selamat belajar." Ucap pria berumur empat puluh tahun itu dengan lembut.

"I-iya pak. Kalau begitu saya permisi."

***

Kaivan menaikkan sebelah alisnya saat melihat Keynara berdiri di depan pintu apartmentnya.

"Ngapain lo disini?"

"Eh anu... aku..."

"Kalau ngomong itu yang jelas!"

Keynara menarik nafas panjang, "aku mau berterimakasih sama kamu. Ini aku bawa kue buatanku."

Kaivan menatap kotak makanan yang di sodorkan padanya dengan menyelidik, laki-laki itu akhirnya menerima pemberian Keynara. "Masuk."

Keynara mengangguk. Perempuan itu masuk ke dalam apartemen Kaivan untuk kedua kalinya.

"Kaivan..."

"Hmm."

DEVIL OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang