☆5. Sean dan Saga☆

104 36 56
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa

Saga pulang ke rumah lebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga pulang ke rumah lebih dahulu. Dia memang tidak diizinkan oleh Abi menemani Sean di rumah sakit. Alasannya karena dia masih perlu belajar di rumah untuk keperluan sekolahnya, juga karena peraturan rumah sakit yang hanya mengizinkan dua orang saja yang menginap untuk menjaga pasien.

Yah, lagipula sekarang memang sudah pagi dan dia perlu pergi ke sekolah.

"Saga, kamu mau makan apa?" tanya Abi seraya memakai celemek, hendak memasak sesuatu untuk anaknya.

Abi memang ikut pulang dengan Saga, namun hanya sebentar karena dia tetap harus menjaga Sean di rumah sakit. Sejak dahulu, Abi memang yang paling mengerti tentang kedua anaknya, sikapnya juga tidak terlihat lebih condong menyayangi salah satu anaknya.

Abi menyayangi Saga dan Sean, dan itu pada porsi yang sama meski dengan sikap yang berbeda. Jika dengan Sean, tentu dia menjadi ayah yang perhatian dan hangat. Lain dengan Saga, dia lebih condong menjadi sosok panutan yang berwibawa dan tegas, tapi dari sikapnya menunjukkan bahwa dia juga menjaga Saga sebagaimana mestinya.

Biasanya jika Sean dirawat, maka Saga akan tinggal di rumah sendiri, dan Abi yang akan membagi waktu antara di rumah sakit menjaga Sean dan di rumah untuk menjaga Saga.

"Terserah Ayah, aku mau siap-siap dulu," balas Saga yang langsung naik ke lantai atas, menuju kamarnya.

Abi yang paham lantas segera memeriksa isi kulkas. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, dia tahu makanan apa yang harus dia buat untuk memenuhi kebutuhan energi anaknya sebelum ke sekolah, karena kebetulan isi kulkas memang sedang bersahabat.

🌌🌌🌌

Saga berbohong pada Sean.

Abi tidak hanya memberikan sepatu futsal dan jarsey saat ulang tahunnya dengan Sean satu bulan lalu. Ayahnya itu juga memberi Saga sesuatu yang nilainya setara dengan cincin milik Sean.

Saga menatap kotak besar di sudut kamarnya dengan lamat. Kotak itu terkunci, tentu saja dia yang memegang kunci tersebut, karena benda itu adalah miliknya.

"Jadilah apa yang kamu inginkan, Saga. Hari ini kamu mungkin tidak tahu apa yang Ayah katakan, tapi yang perlu kamu ingat, kamu adalah kekuatan dari dunia."

"Tidak perlu berpikir untuk menjadi kuat, juga tidak perlu memaksakan diri untuk melindungi Sean dan Ibu. Masa depan kamu ada di genggamanmu, jangan pernah berporos pada sesuatu. Ketahuilah, kekuatanmu adalah dirimu sendiri."

"Tujuanmu adalah apa yang kamu sukai, Saga. Apapun pilihanmu, sebanyak apapun musuhmu, Ayah adalah orang pertama yang akan melindungi dan mendukungmu."

Sean and the Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang