☆ 10. Sean dan Cinta yang Berbeda ☆

89 41 170
                                    

Kicauan burung saling sahut-menyahut, angin dingin di pagi hari terbang menerpa tubuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung saling sahut-menyahut, angin dingin di pagi hari terbang menerpa tubuh. Tetesan embun di dedaunan menambah kesan, bahkan aromanya tercium dan menenangkan. Suasana kala itu begitu tenang dan membuat nyaman, yang tentu saja akan membuat siapa saja betah berada di sana. Tak terkecuali Sean.

Akan tetapi, ada yang salah.

Terakhir kali yang Sean ingat adalah dia dalam perjalanan dengan Rey, bukan di tengah hutan lebat seperti ini. Tentu hal itu membuatnya bingung, meski tak dapat dipungkiri dia merasa tenang ada di sana.

Suata tawa bahagia membuat Sean yang sedang berdiri di tengah hutan itu tersentak. Dia mengedarkan pandangan, mencari sumber suara. Kakinya melangkah perlahan untuk mengikuti suara tawa tersebut, seolah ada magnet tak kasat mata yang menariknya mendekat.

Hingga sampailah dia di pinggir sebuah kolam kecil yang ada di sana. Kolam itu begitu jernih, ikan dan rumput di dalamnya bahkan terlihat dari luar. Di seberangnya, dia bisa melihat ada dua insan yang sedang bercanda-ria.

"Astaga, kau ini manusia yang lucu!" kata seorang perempuan berambut pirang sepinggang seraya tertawa kecil. Wajahnya yang manis bertambah berkali-kali lipat karena rona wajahnya saat tersenyum.

Wah, bagaimana bisa seseorang bisa secantik itu?

"Delv, berhenti menggodaku!" Pria yang ada di dekatnya menampilkan wajah cemberut, meski tak menutupi fakta bahwa wajahnya memerah.

Ah, Sean ingin mendekat. Dia ingin melihat lebih interaksi manis kedua insan itu. Namun, kakinya tak bisa digerakkan, hanya bisa berdiri di tempat.

Dengan sisa tawanya, perempuan itu menyelipkan rambut ke belakang telinga dan berkata, "Kau tahu, aku selalu menyukai ekspresimu saat salah tingkah. Dimulai dari telinga, leher, lalu wajahmu akan memerah––"

"Hentikan, Delv!" kata si pria yang sudah merona hebat, dia menutupi wajah merahnya dengan telapak tangan. "Sungguh, baru kali ini aku mengenal Elf yang tidak menggambarkan kedewasaan. Kau ini terlalu banyak tingkah asal kau tahu."

Elf?

Sean tidak salah dengar, bukan? Pria itu bilang bahwa perempuan bernama Delv itu adalah elf?

"Aha~ itu artinya kau beruntung bertemu denganku. Aku satu-satunya elf yang bisa kau ajak membuat lelucon, benar?"

Meski tidak dikatakan secara langsung, Sean yakin bahwa pria itu menahan senyum.

Tiba-tiba, semuanya gelap.

Sean tidak tahu apa yang terjadi, yang dia tahu dia tidak bisa melakukan apa pun, hanya diam dan mengamati.

Tempatnya berubah. Bukan lagi sebuah hutan lebat yang indah dengan kolam jernih yang mendapat suasana hangat karena dua insan. Ini seperti rumah, tetapi nampak mewah meski hanya terbuat dari bahan dasar kayu dan tumbuhan.

Sean and the Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang