☆6. Sean, Morgan, dan Cincin☆

81 22 28
                                    

Jangan lupa vote dan komen, guys!🖤

Seorang laki-laki berwajah tampan dengan pakaian mewah khas keluarga kerajaan Inggris di masa lampau itu terdiam menatap kosong ke arah taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki berwajah tampan dengan pakaian mewah khas keluarga kerajaan Inggris di masa lampau itu terdiam menatap kosong ke arah taman. Otaknya terus memikirkan satu hal, namun rasanya seperti berputar entah ke mana. Tidak terhitung jumlahnya, sudah berapa kali dia menghela napas berat. Seolah-olah beban di pundaknya terasa begitu berat.

"Pangeran Morgan?"

Suara seorang gadis membuat laki-laki itu kembali pada kenyataan. Senyumnya kontan merekah kala mengetahui suara itu berasal dari gadis berwajah cantik yang berpakaian khas kesatria dengan rambutnya dikuncir kuda, gadis yang kini menjadi salah satu ksatria pribadinya.

"Apa ada yang mengganggu pikiran Anda?" tanya gadis ksatria itu.

"Shareen ..." Morgan menatap gadis itu dalam, memperhatikan setiap inci wajah cantik itu yang selalu menenangkannya.

"Ya, Pangeran?"

"Menurutmu, apakah kejadian lima belas tahun lepas benar-benar telah berakhir?" tanya Morgan berusaha santai.

Shareen terdiam, memandang pangeran mahkota di hadapannya yang tampak gelisah dan tak tenang. Mungkin, ada sesuatu yang terjadi sehingga sang pengaran bertanya tentang masa lalu. Kejadian yang menimbulkan luka tak kasat mata di hati Morgan, karena kehilangan seseorang.

Dengan senyum tipis yang dipaksakan, Shareen menjawab, "Jika pemicu munculnya Abbys di setiap dunia ditemukan dan diadili oleh Mereka, maka kejadian itu benar-benar berakhir."

Helaan napas berat keluar dari mulut Morgan, sang pangeran yang dihormati seluruh kekaisaran itu tampak begitu lelah hari ini. Banyak hal yang dia pikirkan, sehingga itu menjadi beban berat yang membuatnya sulit untuk bernapas dengan tenang.

Dengan ragu, Shareen mengeluarkan sedikit mana penenang dari tubuhnya, hanya berniat untuk sekedar membantu Morgan merasa lebih baik.

Untungnya itu berhasil, karena kini sang pangeran tampak lebih rileks dari sebelumnya. Dia memejamkan mata, menikmati mana Shareen yang mengelilingi tubuhnya. Meski tak benar-benar membantu, tetapi itu cukup.

Morgan menatap Shareen dengan sudut bibir yang terangkat. "Kau tahu, Shareen ... aku selalu mengandalkanmu. Dalam situasi apa pun, hal yang kau lakukan selalu membuatku merasa lebih baik."

Shareen menunduk, menyembunyikan rona tipis di pipi dan seulas senyum malu yang terbit di bibirnya. Dengan sedikit gugup, dia membalas, "Sa-saya bersyukur itu membantu Anda, Pangeran."

"Lalu, apa pendapatmu jika kita menikah saja?"

"Huh?!" Sontak Shareen membulatkan mata dan menatap sang pangeran horor, namun begitu tersadar dia lantas menunduk hormat. "Saya yang rendahan ini tidak berani mengharapkan menjadi kekasih hati Anda, Yang Mulia," katanya sedikit kesal dengan ocehan aneh pangerannya.

Sean and the Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang