☆1. Sean dan Kenyataan ☆

337 83 281
                                    

✿.。.* ☆ Selamat datang di Astrophile Series Pertama! ☆*.。.✿

Semoga kalian suka, jangan lupa vote dan komen untuk apresiasi cerita ini yaa ^^

Semoga kalian suka, jangan lupa vote dan komen untuk apresiasi cerita ini yaa ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jago merah berkobar besar, melahap apapun yang dilalui. Beribu-ribu manusia berteriak kepanasan, merasakan mala yang maha dahsyat. Sosok pemuda asing di sana tak merasakan apapun selain gamang yang membuncah. Dia ketakutan dan tidak tahu harus apa.

Dia tidak kepanasan, tidak pula dapat dilihat. Namun, justru itulah yang membuatnya sengsara. Dia ingin menggapai, menolong seseorang, setidaknya dia melakukan sesuatu dan bukan hanya terdiam kaku.

"Reano, pergi!"

Teriakan itu membuat sang pemuda menoleh. Dia menemukan seseorang yang sedang terduduk dengan seseorang lain yang tubuhnya bersimbah darah, matanya terpejam tanda nyawa tak lagi dalam raga. Lalu ada dua orang lagi yang berdiri di depannya, memasang posisi siaga untuk melindungi orang itu. Dan terakhir, dua orang lain yang bertarung melawan--

Tunggu, serigala? Tidak, itu adalah anjing. Akan tetapi tubuhnya besar dan matanya merah darah, di lehernya terdapat cincin besar yang bersinar terang. Tingginya melebihi ruko berlantai dua yang berjejer rapi di sepanjang jalan.

"Kamu harus tetap hidup, Reano. Kamu adalah manusia, dan keluargamu masih perlu dengan kehadiranmu," kata seorang laki-laki.

Laki-laki lain yang memangku mayat temannya itu menggeleng, dia menangis. "Aku juga bagian dari kalian. Setidaknya, aku ingin melihat kalian selamat dengan mata kepala--"

"Kami akan hidup. Justru kamulah yang akan mati jika terus di sini," timpal yang lain.

Pemuda tak terlihat itu mengamati dalam diam. Dia tidak mengerti mengapa kejadian tidak masuk akal ini menariknya untuk datang.

"Daripada kami, Asean dan Sagara lebih membutuhkanmu sebagai ayahnya."

Apa?

🌌🌌🌌

"Arghh!"

Pemuda yang baru saja menginjak usia remaja itu menggeram, pening melanda kepalanya saat dia baru saja bangun dari tidurnya. Mengerjap, dia menyadari bahwa akhirnya dia bangun dari mimpi tidak masuk akal itu. Hal seperti ini sudah biasa dan menjadi rutinitasnya setelah bangun tidur.

Bermimpi aneh, kepalanya pening, dan dia melupakan sebagian besar dari mimpinya. Hanya tersisa kepingan-kepingan kecil tentang api dan seekor hewan, tapi dia tidak tahu pasti itu apa.

"Mimpi buruk lagi?" Seorang pemuda lain yang memiliki wajah hampir sama sepertinya bertanya, dengan raut muka datar seperti biasa.

"Saga, boleh aku minta air?" Bukannya menjawab, pemuda itu justru meminta hal lain. Dia tidak ingin terlalu memikirkan mimpi itu, baginya menceritakan mimpi itu hanya akan membuatnya terlihat gila.

Sean and the Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang