Saga memejamkan mata, mengatur napasnya yang memburu menahan amarah. Mencoba mengontrol emosinya yang tidak stabil agar tidak kehilangan kendali.
"Lo kenapa? Sakit?" Salah satu teman laki-laki yang duduk di sampingnya bertanya dengan raut penasaran.
"Nggak." Saga membalas acuh, suaranya terdengar dingin.
"Kalau lo sakit, ke UKS aja, Ga. Jangan pernah maksain diri, nggak baik," kata seorang gadis yang duduk di depan Saga, dia menoleh ke belakang untuk melihat keadaan teman dekatnya. "Katanya lo mau jagain Sean, jadi lo juga harus jaga kesehatan sendiri."
Saga membuang napas berat. Menatap tajam gadis di depannya. "Itu urusan gue, Cher, lo nggak usah ikut campur."
"Gue cuma––"
"Lo cuma temen, nggak berhak buat ngatur kehidupan gue."
Mungkin karena efek emosi, Saga secara tidak sadar berkata sinis pada teman yang mengkhawatirkan sikapnya. Entahlah, pikiran Saga benar-benar berkelit sekarang.
Baru saja, ketika Saga diam-diam membuka ponsel saat jam pelajaran berlangsung, sang ayah mengiriminya pesan. Di mana isi pesan itu mengatakan bahwa Sean yang semalam tubuhnya tiba-tiba lemah dan pingsan, pagi ini sudah tidak ada di kamar inapnya. Bahkan hilangnya Sean sampai membuat pihak rumah sakit panik dan turun tangan, karena CCTV sama sekali tidak merekam adanya tanda-tanda kepergian Sean.
Jelas hal ini membuat Saga khawatir sekaligus marah.
Dari sekian banyak orang di rumah sakit, bagaimana bisa tidak ada satupun yang tahu kepergiannya Sean?
Cherly yang paham raut wajah Saga menghela napas. Dia yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Sean sehingga suasana hati temannya itu memburuk.
"Mau ke rumah sakit nggak? Biar gue yang kasih surat izin ke guru nanti," tawar gadis itu.
Saga mengernyit, saat hendak membalas, Cherly lebih dulu memotong.
"Lo udah kaya bocah tantrum karna ditinggal ortu pergi. Gue yakin pasti Sean kenapa-kenapa di RS, apalagi tadi lo baru aja bilang kalau kemarin dia kritis. So, nggak ada salahnya sekarang lo bolos dan ketemu Sean. Lagipun, bolos sekali nggak bakal bikin lo bego."
Dimas, cowok yang duduk di sebelah Saga memandang takjub pada Cherly yang dengan santainya membujuk Saga agar meninggalkan sekolah. Dan hebatnya lagi, Saga langsung pergi dari sana menuruti tanpa ada sebuah kalimat bantahan dari mulutnya.
Maka, begitu Saga sudah keluar, Dimas langsung mendekat pada Cherly. "Baru kali ini gue liat orang yang nyesatin gebetannya."
"Maksud lo?" sinis Cherly tersinggung.
"Ya itu, biasanya kan cewek kalau suka orang nih malah nyuruh orangnya jadi anak teladan. Ini lo malah nyuruh Saga bol—–"
"Kata siapa gue suka Saga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean and the Miracle
Fantasyᴀsᴛʀᴏᴘʜɪʟᴇ sᴇʀɪᴇs 𝟷 𝓢𝓲𝓷𝓸𝓹𝓼𝓲𝓼 : Asean Dwilingga hanyalah anak remaja yang tidak bisa berperilaku seperti anak seusianya. Tepat di ulang tahunnya yang ke-15, sang ayah memberinya hadiah sebuah cincin perak. Dia pikir itu hanyalah cincin biasa...