☆2. Sean dan Pertemuan☆

204 84 505
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya🖤

"Aku bukan anak sekolah kamu lho, emang boleh bohong begini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bukan anak sekolah kamu lho, emang boleh bohong begini?"

Itu adalah kalimat sama yang sudah diucapkan oleh Sean untuk kelima kalinya. Bahkan Saga sampai merasa bosan membalas kalimat tersebut. Andaikan tega, dia ingin menyumpal mulut Sean dengan botol minum di saku tasnya. Beruntung sekali pemuda itu karena sesungguhnya Saga sangat peduli dan tidak tegaan jika terhadapnya.

"Pilih pakai seragamnya apa kamu nggak usah nonton aku tanding?" Saga membalas tak minat.

Kalimat Saga membuat Sean cemberut, dia dilema. Sejak kecil, dia tidak pernah berani berbohong pada orang lain karena takut ketahuan dan orang tuanya tidak lagi menyayanginya. Meski hanya pemikiran konyol anak kecil, tapi dia tetap tidak berani berbohong sampai sekarang. Kecuali jika itu hanya kebohongan kecil, terutama tentang makanan.

Dan mendengar hasutan Saga membuat Sean bingung. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan emas menonton Saga bermain futsal, tetapi dia takut kebohongannya terungkap. Bagaimana jika nanti dia dimarahi banyak orang?

Terlalu lama berpikir membuat Sean tidak menyadari bahwa kini mobil mereka sudah sampai di depan gerbang sekolahan Saga. Interupsi supir yang bertugas mengantar Saga ke sekolah itu membuat Sean tersadar. Dia menoleh ke arah kembarannya yang memakan sandwich terakhirnya dan menutup bekal. Tempat bekal yang sudah kosong itu Saga berikan pada supir agar dibawa pulang.

"Ayo, turun. Ngapain ngelihatin aku kayak gitu?" Saga menatap balik Sean yang masih terdiam.

"Beneran nggak pa-pa nih kalau aku bohong jadi anak murid sekolah ini?" tanya Sean memastikan.

Saga menghela napas. Memang susah mengajak Sean yang sejak kecil jarang berbohong untuk melakukan hal ini. Namun, tidak ada cara lain. "Kamu jadi mau lihat aku main nggak? Kalau nggak kamu pulang aja, jangan plin-plan gitu jadi orang," tegasnya.

Tanpa menunggu jawaban Sean, Saga langsung membuka pintu mobil dan keluar. Dia tidak akan terlalu memaksa kembarannya untuk masuk, karena dia tahu seberapa takutnya Sean jika berbohong. Anak itu terlalu dijaga ketat oleh orang tua mereka sehingga menjadi pribadi seperti sekarang.

Sesaat kemudian, Sean ikut turun dari mobil dan menghampiri Saga yang menatapnya datar. "Kamu jangan jauh-jauh, ya. Biar nanti kalau aku ketahuan kamu bisa langsung ajak aku kabur," katanya was-was.

Saga tersenyum tipis. Tanpa membalas ucapan kembarannya, dia langsung memasuki area sekolah dengan Sean yang mengekor di belakang.

🌌🌌🌌

Sean menggerutu sebal, merutuki teman-teman kembarannya yang seenak jidat menyuruhnya ke kantin untuk membeli minum. Saat kejadian itu Saga sedang pergi mengganti jarsey-nya karena pertandingan telah usai. Jadilah Sean tidak punya pilihan lain selain menurut, takutnya nanti kebohongannya akan terbongkar.

Sean and the Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang