Semua berawal pada 11 tahun yang lalu saat Gracia mulai masuk ke sekolah menengah atas. Dia bangun pagi pagi untuk bersiap ke sekolah walaupun masih masa pengenalan tapi dia harus datang tepat waktu.
Disekolahnya ada satu siswa yang menarik perhatiannya wajahnya yang tampan dan tubuh yang atletis. Setelah masa pengenalan selesai dia masuk dalam kelas A.
Aku masuk kedalam kelasku alangkah terkejutnya aku dia sekelas denganku. Satu persatu murid maju kedepan kelas untuk memperkenalkan diri saat itulah aku mengetahui namanya dia adalah Rafael.
Hari berikutnya aku masuk seperti biasanya aku bahkan sangat bersemangat karena bisa melihat dia setiap hari. Tapi aku belum pernah berbicara dengannya aku terlalu malu untuk menyapanya.
Bel telah berbunyi jam pelajaran sudah selesai sekarang waktunya istirahat. Aku pergi ke kantin untuk membeli makanan. Saat aku hendak ke kursi untuk duduk aku tidak sengaja menginjak lantai yang licin hingga tergelincir dan menabrak Rafael hingga kami terjatuh bersama. Aku sangat malu dan sangat merasa bersalah kepadanya tapi karena itulah kami mulai dekat.
Dia meraih tanganku untuk membantuku berdiri.
"Terima kasih sudah membantuku. "
"Sama-sama."
"Tapi bajumu jadi kotor. "
"Tidak apa apa aku Rafael Ted, siapa namamu? "
"Gracia Isabella. "
"Senang bertemu denganmu, sampai nanti. "
Rafael pergi dengan temannya, sementara Gracia senyum senyum sendiri ,hingga temannya Muthia memanggilnya seperti orang gila. Bel berbunyi jam pulang sekolah tiba, Gracia berdiri didepan gerbang sekolah kemudian menelpon ibunya untuk menjemputnya.
Tapi ibunya tidak bisa datang karena adik Gracia jatuh sakit dan harus dibawa kerumah sakit. Sementara uang nya habis dia tidak bisa naik angkutan umum. Tapi ditengah keputusasaan nya Rafael datang memberinya tumpangan dengan sepedah motornya.
"Apa ini tidak merepotkanmu, bagaimana kalau pacarmu marah kamu mengantar wanita lain aku tidak ingin menyakiti hatinya."
"Kamu ini bicara apa aku ini tidak punya pacar. "
Rafael mengantarnya sampai didepan rumah, saat Gracia akan membuka pagar Rafael memanggilnya.
"Tunggu aku sebaiknya memanggilmu apa? "
"Terserah tapi apakah aku boleh memanggilmu dengan Rafa. "
"Boleh, dia diam sejenak aku punya ide bagaimana dengan Bella. "
"Bagus, teman temanku biasa memanggilku dengan nama depan tapi yang memanggilku dengan Bella hanya kau dengan kedua orang tuaku. "
"Berarti aku dan orang tuamu satu pemikiran, aku pulang dulu ya sampai nanti. "
Gracia membuka pintu rumah kemudian menekan tombol saklar untuk menyalakan lampu tapi dirumahnya hanya ada dia sendiri. Saat itulah dia menerima telpon.
"Halo Bella. "
"Ya ayah ada apa? "
"Maaf ayah ada lembur ayah tidak bisa pulang cepat, ayah dengar adikmu masuk rumah sakit maaf ayah tidak bisa menjenguknya kamu ada dimana. "
"Dirumah aku tidak kerumah sakit karena ada PR. "
"Bagus belajarlah yang rajin baiklah ayah kerja dulu bye. "
Setelah mengerjakan tugas aku bergegas ke kamarku untuk tidur tapi tiba tiba Handphone ku berbunyi ternyata aku menerima surel.
"Halo Bella kamu sudah tidur? "
"Belum ini siapa yah? "
"Rafa."
"Padahal kita belum tukeran nomor kamu dapat darimana? "
"Muthia, aku menanyakan nomormu. "
"Ada apa ini sudah malam Lho kamu tidak tidur Rafa?"
"Nanti saja aku belum menyelesaikan pekerjaan rumah ku lagian ini masih jam 21.30 apakah aku boleh menanyakan cara mengerjakannya aku tidak bisa matematika. "
"Boleh bagaimana kalau telpon lebih cepat dan paham daripada mengetik. "
Kami telponan sampai malam kira kira sampai jam 22.30.Saat aku terbangun kupikir ayahku akan pulang dan mengantarku pergi kesekolah ternyata aku salah dia mengirimkan surel bahwa dia pulang pukul 02.00 dan ayah langsung bergegas pergi ke rumah sakit.
Apa boleh buat aku berangkat sekolah sendiri saja mungkin aku akan menggunakan kendaraan umum. Aku mandi kemudian sarapan mie instan dan bersiap pergi kesekolah. Tapi ada yang mengetuk pintu rumahku ternyata itu adalah Rafa.
"Apakah aku boleh mengantarmu pergi kesekolah? "
"Rafa tidak usah repot repot aku bisa naik angkutan umum. "
"Tidak boleh jika kamu naik angkutan umum pasti akan ada yang menggodamu kamukan cantik Bella. "
"Kamu menggombal Rafa. "
"Aku menyusahkanmu tadi malam izinkanlah aku untuk membalas budi. "
"Baiklah Terimakasih. "
Mereka berangkat kesekolah bersama, sesampainya disekolah ada Muthia yang sedang berdiri di gerbang sekolah.
"Kalian sudah pacaran. " Ucapnya sambil tersenyum.
"Tidak ini hanya balas budi. "
"Sudahlah Cia jangan malu malu akui saja. "
"Baiklah terserah kau saja Mut. "
Sepulang sekolah Gracia mendapat telpon dari ibunya.
"Bella." Ucapnya sambil menangis.
"Ibu kenapa menangis. " Yang Gracia dengar hanyalah suaranya yang menangis sambil terisak isak.
"Ibu tenang dulu tarik nafas rileks baru setelah itu berbicara ada apa? "
"Datanglah ke rumah sakit kita bicarakan disini. "
"Baiklah."
Rafa mengajakku untuk pulang bersama lagi dan aku menerimanya. Tetapi aku tidak akan pulang ke rumah, aku meminta Rafa mengantarku ke rumah sakit.
"Siapa yang sakit Bel? "
"Adikku tapi aku tidak tahu dia sakit apa. "
Setelah sampai dirumah sakit aku dan Rafa bergegas masuk ke rumah sakit.
"Adikmu itu laki-laki atau perempuan? "
"Perempuan umurnya masih 13 tahun. "
Aku melihat orang tuaku berdiri didepan kamar adikku.
"Ayah, ibu bagaimana keadaan Tari, oh ya ini temanku Rafa dia ingin menjenguk Tari.
" Halo om, tante. "
Keadaaan adikku memburuk dia harus melakukan operasi karena jantungnya bermasalah, aku melihat adikku dibawa ke ruang operasi. Kami menunggu diluar dengan rasa cemas operasi adikku dimulai. Rafa pulang kerumahnya untuk ganti baju dia akan kesini lagi setelah operasi adikku selesai. Operasi begitu lama dari jam 17.30-20.00 setelah dokter keluar dia memberi tahu soal operasinya.
Dokter memberi tahu bahwa adikku tidak selamat dia sudah meninggal, aku tidak bisa menahan tangisku, Rafa datang untuk menjenguk adikku dengan membawa buah tangan.
"Kenapa kamu menangis Bella? "
Aku menangis sampai aku memeluk Rafa dan berkata adikku sudah tiada, aku hanya bisa menangis sambil memeluknya meskipun aku dan adikku sering bertengkar tetapi aku sangat sayang kepadanya.
Hari ini 7 Agustus hari ulang tahun sekaligus hari meninggal nya adikku. Aku mengantarnya hingga ketempat peristirahatan terakhirnya menabur bunga sekaligus mendoakannya. Ada banyak bunga menghiasi tempat peristirahatan terakhirnya ada begitu banyak orang yang sayang kepadanya.
1 bulan berlalu aku dan Rafa menjadi sangat akrab, kami berangkat ke sekolah bersama dan malamnya kami sering telponan.
Suatu hari Rafa mengajakku untuk pergi ketaman dia duduk disebelahku sembari memegang bunga mawar yang cantik.
"Bella maukah kau menjadi pacarku. "
Aku terdiam sejenak kemudian tersenyum. "Ya aku mau. "
Setelah itu Rafa mengajakku ke danau, tempat itu penuh dengan lampu lampu yang indah tempat ini sangat romantis tetapi angin malam terus berhembus kearahku. Dia memakaikan jaketnya kepadaku agar aku tidak kedinginan.
"Jangan pakai pakaian yang terlalu terbuka agar kamu tidak kedinginan. "
"Iya Terima kasih tapi nanti kamu kedinginan. "
"Tidak apa apa aku kuat terhadap angin malam. "
Setelah sampai rumah aku menerima surel darinya.
"Jangan bergadang besok sekolah hari senin, besok aku akan menjemputmu. "
Aku senang sekali dia orang yang sangat baik, perhatian, dan romantis. Setiap hari dia selalu mengantarku kami berpacaran selama dua tahun tapi hal yang tidak terduga terjadi. Orang tuaku mengalami tabrak lari dan Rafa memutus hubungan denganku.
Setelah lulus SMA aku tidak tahu harus kemana aku telah hidup sebatang kara, aku tidak tahu bahwa kedua orang tuaku memiliki hutang yang sangat banyak. Aku sudah menyerah dari cobaan ini kemudian aku mencoba untuk bunuh diri melompat ke sungai dari jembatan.
Tapi Rio menolongku dia mencoba menyadarkanku apa yang aku lakukan itu salah. Aku dan Rio menjadi teman yang akrab hingga satu tahun kemudian kami berpacaran dia selalu membantuku bahkan dia melunasi hutang ku dan membiayai kuliahku.
Hingga dua minggu yang lalu aku tidak sengaja bertemu dengan Rafa di sebuah restoran dia dalam keadaan mabuk mengakui bahwa dia dan temannya Ferdy mengemudikan mobil secara ugal-ugalan dulu dan tidak sengaja menabrak orang tuaku karena dia takut dia pun melarikan diri.
"Kau sudah puas Tn. Detektif ? " "Ya."
"Terima kasih Tn. Detektif tapi aku tidak pantas untuk hidup aku sudah membunuh seseorang. "
Dia mengambil pistol yang berada di meja lalu menodongkan nya ke kepalanya.
"Hey Nona itu berbahaya jangan lakukan itu dengarkan dulu penjelasanku, pelakunya bukan kau. "
"Tapi aku sudah menembaknya aku melihatnya sendiri dia terkalar. "
"Apakah kau tahu bahwa Ferdy juga tewas dan ada secarik kertas pada mayat Ferdy dan Rafael yang bertuliskan angka 4 dan 13 ? "
"Tidak, apa yang telah terjadi. "
"Maaf telah membohongimu pelakunya adalah orang dengan tato tengkorak di lengan kirinya. Itu adalah pacarmu Rio. Keluarlah aku tahu kau daritadi menguping pembicaraan kami. "
Orang itu membuka pintu tubuhnya sangat atletis dengan kulit kecoklatan dia mengambil pistol yang disimpan disakunya kemudian menodongkan nya kearahku.
"Apa yang kau lakukan Rio kau tidak punya motif untuk menghabisi mereka."
"Aku sangat mencintaimu Cia aku tidak akan membiarkan orang-orang seperti mereka menyakitimu dan membuat hidupmu hancur. "
"Kau sudah mengetahui semuanya. "
Dia menembak ku tepat ditangan kananku saat dia hendak menembak untuk yang kedua kalinya Gracia berdiri didepanku dan menghadangnya.
"Cia minggir setelah aku membereskannya tidak ada lagi serangga pengganggu kita bisa menikah dan bahagia selamanya. "
"Aku sangat menghargaimu kamu sudah banyak membantuku tapi setelah apa yang kamu lakukan itu tidak bisa dimaafkan, aku ingin kita putus. "
"Apa yang kamu katakan itu tidak benarkan? Hey katakan itu tidak benar."
Aku melihat disebelahku ada sebuah guci aku mengambilnya "Gracia menundukkan." Setelah Gracia menunduk aku melemparkan guci itu hingga tepat mengenai muka Rio hingga di pingsan.
"Hebat tapi bagaimana caranya kau mengetahui kalau pelakunya adalah Rio. "
"Rafael memberi tahuku lewat buku hariannya satu hari sebelum dia meninggal dia diikuti oleh pria dengan tato tengkorak di lengan kirinya bahkan orang itu sampai menembaknya tetapi meleset begitulah isi buku hariannya, oh iya Gracia sepertinya kau telah salah paham setelah Rafael menabrak orang tuamu dia sempat membawanya kerumah sakit karena dia takut kau akan marah dan kecewa kepadanya dia menyuruh seseorang untuk mengaku sebagai orang yang sudah membawa orang tuamu kerumah sakit. Setelah pulang dia mengirim surel kepadamu dan ingin menghilang dari kehidupanmu. "
"Kenapa Rafa tidak berterus terang kepadaku. "
"Dia tidak ingin melihat wajahmu menangis, dia sangat menyayangimu Gracia. "
"Hahhhh..... Rafa dari dulu kau memang tidak pernah berubah. Kau selalu memikirkan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. "
"Gracia bolehkah aku meminta tolong? Telpon polisi, sambil menunggu aku ingin istirahat sejenak selama beberapa hari ini aku sial sekali. Saat masuk ke rumah ada yang memukulku, terkena bom rakitan Terano walaupun hanya luka ringan, dipukul olehmu, dan ditembak Rio."
"Ya, maafkan aku karena sudah memukulmu tapi membawamu benar benar membuatku kerepotan untung saja aku membawa mobil. "
Tidak lama kemudian polisi tiba dan membawa mereka aku bisa melihatnya terpancar raut wajah bahagia dari Gracia. Sebelum mereka masuk kedalam mobil aku berbicara dengan Rio.
"Tunggu, Rio kau melakukan semua ini demi Gracia dan cintamu, aku ingin bertanya seberapa besar cintamu itu. "
"Sangat besar Tn. Detektif sangat amat besar."
"Yang kau lakukan ini bukan cinta melainkan obsesi, obsesi terhadap Gracia. Aku tahu kau pasti ingin memilikinya dan bahagia bersamanya. "
Dia hanya tersenyum sambil dibawa masuk kedalam mobil oleh petugas. Setelah itu aku dirawat dirumah sakit karena luka tembak, keesokan harinya Dan datang menjenguk ku.
Jika kebanyakan orang menjenguk orang yang sedang sakit membawa buah buahan Dan malah memberikanmu sebuah buku.
"Bodoh, orang lain membawa buah tangan itu makanan bukan buku."
"Itu cocok untukmu Tn. Kutu buku. "
"Ya Terima kasih ucapanku jangan diambil hati aku hanya bercanda. "
"Pasti aku bisa membedakannya, kau tidak apa-apa Gen? "
"Tidak apa-apa tembakannya tidak mengenai titik vital. Baru juga pulang dari rumah sakit sudah balik lagi. "
"Ha.. Ha.. Ha... Ha apakah nanti akan balik lagi. Gen aku masih belum bisa membuka kafeku karena kekurangan biaya."
Tiba tiba kakakku datang dan menyela pembicaraan kami. "Dan kau tidak usah memikirkan biaya biar aku saja yang menanggungnya.
" Aku benar benar merasa senang akhirnya kita bisa membuka kafe. "Ucap Dange.
Aku pun ikut senang karena akhirnya kita bisa membuka bisnis baru. Keesokan harinya aku sudah bisa pulang walaupun masih menggunakan perban lukaku masih sakit. Aku mengumpulkan geng motorku untuk mengucapkan perpisahan.
Aku tiba ditempat pertemuan,mereka telah tiba disana. Mereka semua kebingungan karena aku memanggil mereka tiba tiba. "Ada apa ketua, apakah telah terjadi sesuatu. " Ucap mereka.
"Semuanya aku Genta Absinthe sebagai ketua Genta Team. Aku, Dange, dan Marcel akan mengundurkan diri dari bisnis ini. Aku dan teman temanku tahu bisnis ini sangat menguntungkan dan memberikan banyak uang. Jika kalian masih ingin melanjutkan bisnis ini silahkan tapi jangan libatkan aku dan ganti nama kelompok ini Terima kasih. "
Seketika tepuk tangan dan tangisan bergemuruh di seluruh ruangan mereka begitu sedih kehilangan pemimpin yang sangat mereka cintai.
Setelah itu Genta pergi menemui ayah Rafael dan mengajaknya untuk menemui Gracia. Saat tiba dikantor polisi Gracia sangat terkejut karena aku datang dengan Ayah Rafael dari wajahnya terlihat dia sangat merasa bersalah.
"Terima kasih telah datang Tn. Detektif. Om maafkan aku karena telah menembak Rafa. "
"Rafael lah yang paling merasa bersalah Bella dia terus merenungkan itu karena dia telah membuat kau menderita. "
"Gracia aku tidak suka dipanggil Tn. Detektif."
"Baiklah Genta bagaimana dengan luka tembakmu? "
"Aku sudah merasa baik seharusnya aku masih dirumah sakit tapi aku meminta pulang. Oh iya ini buku harian Rafael. Selamat membaca aku pamit silahkan berbicara empat mata aku masih ada urusan. "
"Genta Terima kasih. "
"Ya tugasku sebagai Detektif adalah menyelidiki sebuah kasus. "
Aku keluar dari kantor polisi dan Hahhhhhhh (menhembuskan nafas panjang) akhirnya kasus ini selesai aku ingin minum teh sambil membaca buku yang diberikan oleh Dan. Oh ya aku juga masih harus memikirkan nama kafe Dan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genta Absinthe
General FictionGenta adalah seorang Detektif swasta. Dia mencoba menyelidiki berbagai kasus kriminal termasuk kasus kematian orang tuanya. Dia juga berurusan dengan organisasi misterius bernama Cobra. Apakah Genta dapat menyelesaikan kasusnya dan mengungkapkan ke...