Kenangan yang merepotkan

53 33 2
                                    

Dua hari setelah kasus itu berakhir pagi
pagi sekali ketika aku selesai sarapan mas Adi tetanggaku menelponku dia hendak menjual rumahnya yang berada di nomor 10 dia sedang membutuhkan uang jadi dia memberiku diskon.
"Lena berapa uang yang kau punya? "
"Memangnya ada apa? "
Aku menjelaskan semuanya pada Lena.
"Tapi Gen jika aku pindah bagaimana dengan barang barangku dirumah sebelumnya. "
"Hmmmm...... "
"Baiklah bagaimana kalau kita lihat seperti apa rumahnya jika cocok aku bisa membeli lagi perabotanku."

Setelah itu kami pergi untuk melihat rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar tetapi nyaman dan juga halamannya cukup luas dengan dua lantai berwarna biru secerah langit. Aku mengantarkan Lena melihat lihat kedalam.
"Bagaimana apakah kamu suka? " Tanya Mas Adi.
"Ya nyaman tapi beri aku waktu untuk berpikir satu hari."
"Baiklah."

Kami pergi ke kafe untuk membukanya aku menyuruh Lena duduk kemudian aku membersihkan meja dan menyapu lantai tak berselang lama Dan datang.
"Maaf Gen aku terlambat alarm handphoneku tidak berbunyi."
"Tidak apa apa. Kenapa setiap hari kafe ini sepi yah? "
"Tapi Gen terakhir kali kafe ini kedatangan pelanggan pasti membawa bencana." Komentar Dan.
"Benar juga."
Kringg....... "Tunggu sebentar handphoneku berbunyi."

"Dan sudah berapa lama kamu berteman dengan Genta? " Tanya Lena.
"Sudah lama sejak kami berada di SMA."

"Iya aku akan kesana." Tutt... Genta mematikan telponnya.
"Ada apa Gen? "
"Aku mendapatkan kasus, aku pergi dulu ya."
Setelah itu pintu tertutup meninggalkan suara langkah kakinya yang perlahan menjauh.

"Dan ada yang ingin aku tanyakan padamu? "
"Apa itu? "
"Menurutmu Genta itu orangnya bagaimana? "
"Kalau menurutku dia itu pemalas, kaku, tidak peka, banyak sekali kekurangannya tapi kelebihannya ada diotaknya. Memangnya kenapa kau penasaran dengan orang seperti dia."
"Entahlah aku sendiri bingung."
"Tunggu tapi aku membawa buku ini tadinya aku ingin menunjukannya pada Genta tapi dia pergi."
Dan meletakkan buku itu dimeja.
Dia sudah membaca buku sebelumnya tapi yang ini belum.
Lena mengambil kacamatanya yang berada didalam tas lalu memakainya setelah itu dia membuka buku itu lalu membacanya. "Dan bolehkah aku meminta satu gelas teh."
"Boleh,tunggu sebentar."

Setelah satu bulan setelah aku mengenal Genta sekarang dia sudah tidak sedih lagi. Saat aku memasuki kelas dia sudah berada disana dalam keadaan tertidur.
"Gen..... Gen.... Gen.... Bangun."
"Ya ada apa? "
"Kenapa kau tidur disini? "
"Semalam aku tidak bisa tidur."

Bel sudah berbunyi tapi dia masih belum bangun. Sepanjang jam pelajaran pertama dia terus tertidur hingga pak guru membangunkannya.
"Genta... Bangun..... " Teriak pak guru.
"Apa pak gausah teriak teriak aku tidak bisa tidur."
"Kedepan." "Baiklah."

"Kamu tahu tidak apa yang tadi saya jelaskan? "
Genta melihat papan tulis lalu memiringkan kepalanya.
"Oh asal usul nenek moyang bangsa Indonesia."
"Saya ingin kamu jelaskan semuanya."
Pak guru lalu menghapus semua tulisannya di papan tulis.
"Baiklah. Teori yang pertama adalah teori out of Afrika sekitar tahun 200.000 SM. Tokoh yang mengemukakan nya adalah Max Ingman. Menurut teori ini nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika alasannya karena ada kesamaan gen, budaya, ada cap tangan yang sama dengan yang dibuat di Afrika. Namun teori ini diragukan kebenarannya sejak penemuan fosil Homo Neanderthalensis di gua gua Spanyol pada tahun 1941,diperkirakan hidup pada tahun 200.000 SM. Sezaman dengan penyebaran manusia Afrika. Ada juga teori out of Yunnan menurut teori itu nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, Tiongkok... "
"Sudah cukup Genta."
"Kenapa katanya semua. "
"Bapak baru menjelaskan Teori Afrika belum yang lain. Kembali ke tempat dudukmu. Semuanya beri tepuk tangan untuknya."

Setelah jam istirahat aku menemui Genta yang sudah lebih dulu makan dikantin. Aku menemuinya disana dia sedang memakan bakso sembari melamun.
"Hei padahal beberapa hari yang lalu kau sudah mulai ceria."
"Jangan dipikirkan aku melamun karena masih ngantuk."
"Oke Gen setelah pulang nanti aku akan pergi ke toko buku untuk membeli kamus kau mau ikut? "
"Mau, tapi tumben sekali kau membeli buku kamus bahasa apa? "
"Jepang."
"Pasti karena kebanyakan menonton anime."
Aku hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataannya karena yang dia katakan itu memang benar. Setelah dari kantin kami pergi ke toilet tapi ketika baru saja masuk kedalam toilet kami melihat seorang siswa yang sedang dipiting dari belakang lalu salah satu dari mereka menanyainya.

Genta Absinthe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang