Pesta bunuh diri bagian 2

62 36 4
                                    

"Heiiii..... Apa lampunya masih belum bisa menyala." Teriakan orang orang yang ada disini.
Entah sampai kapan kegelapan ini menemani kita dan hujan ini terus turun, malam ini adalah malam yang mencekam dimana kita harus memilih memecahkan kasus ini atau menghabiskan malam disini dengan pembunuhnya.
Kami semua mendengar suara teriakan wanita yang menuju kearah sini sembari memegang senter dia berbicara terbata bata.
"Di... Sa... Na.. Ditoilet... Ada yang gantung diri."
"Apa."
Aku, Lena, Pak Sulaiman, dan Vanessa mengeceknya ternyata memang benar ada seorang wanita yang gantung diri.
"Ini sahabatku juga namanya Anjani." Ucap Vanessa.
"Bagaimana ini kita bahkan tidak bisa kekantor polisi karena jauh dan hujan."
"Tenang Pak kita yang akan memecahkannya."
"Kita, tapi bagaimana ada puluhan orang disini."
"Ya itu sedikit sulit tapi dengan ditemukannya mayat ini aku dapat sedikit petunjuk."
"Apa itu? "
"Tunggu kita bicara nanti saja di ruang tamu disini menyeramkan." Ucap Lena sembari terus memegang tanganku.

Saat berjalan dia terus memegang tanganku seperti anak yang hendak menyebrang bersama orang tuanya. Kami tiba diruang tamu aku duduk di salah satu kursi itu.
"Begini pak saat kursi itu terjatuh ada suara wanita yang berteriak."
"Ya lalu? "
"Itu bukanlah wanita yang digantung dipohon besar disana tetapi itu wanita yang dikamar mandi kaki kursinya patah lalu dia dicekik dan diseret menuju kamar mandi."
"Jadi begitu. Wanita yang digantung dipohon sana dibunuh lebih dulu."
"Apakah rumah ini ada pintu belakang?"
"Ya ada didekat dapur."
"Kita kesana."
Dapur itu terletak tidak jauh dari kamar mandi setelah melewati kesunyian dapur diujung lorong itu ada sebuah pintu kayu saat aku membukanya ada danau dibelakangnya dan kami menemukan jejak yang bercampur dengan lumpur.

"Jejak apa ini? "Tanya Pak Sulaiman.
" Mungkin kuda."
"Kuda? "
"Iya kuda mungkin saja pelakunya menggunakan kuda untuk membawa korban ke kebun teh sana lalu menggantung mayatnya."
"Ya benar juga kalau naik keatas kuda tidak usah membawa tangga juga bisa."
"Sepertinya kita memang harus kembali ke kebun teh sana."
Kami semua kembali ketempat awal kami menemukan mayat Luna yang masih tergantung diatas sana memang benar aku menyoroti tanah tanah disana menggunakan senter ada jejak kaki yang berantakan yang bercampur dengan air hujan.
"Ini berantakan sekali."
"Bagaimana kalau kita melihat lihat sekitar sini."

Semua orang setuju dengan usulanku kami masuk jauh kedalam perkebunan teh ini kami tidak melihat hamparan teh yang hijau namun hanyalah setitik cahaya senter yang kami pegang. Dari jauh sudah terlihat ada gubuk yang mencurigakan kami menyoroti tempat itu dengan senter. Saat kami hendak mendatangi tempat itu Lena terus menarik tanganku sembari teruk berbisik "jangan kesana aku takut." Selama perjalanan aku terus meyakinkannya bahwa hantu itu tidak ada. Kami memasuki halaman gubuk itu disebelah kiri terlihat sebuah kandang anjing.

Genta mundur dan bersembunyi dibalik tubuh Lena.
"Kamu kenapa Gen? "
"Lena aku takut anjing."
"Kenapa? "
"Dulu saat aku bermain layang layang aku pernah dikejar-kejar anjing bersama teman-temanku sampai sekarang aku masih takut."
"Baiklah pegang tanganku."
Genta memegang tangan Lena sembari menutup mata karena takut dan semuanya masuk kedalam gubuk tua itu meninggalkan anjing itu yang terus mengongong. Didalamnya tidak ada yang menarik perhatian kosong melompong di dalam gubuk kayu tua ini hanya ada kursi kayu dan beberapa tali.
"Penyekapan? Heii berarti Luna sudah lumayan lama menghilang dari pesta."
"Gen apa yang akan kita lakukan? "
"Terpaksa menggunakan mobil lalu pergi ke kantor polisi ayo."

Saat Pak Sulaiman membuka pintu anjing itu berada didepan pintu dengan mulut yang terbuka dan giginya yang tajam seolah melihat kami seperti mangsanya. Tubuh anjing itu besar dan menakutkan, siapa yang membebaskan anjing ini. Kami semua mundur perlahan tetapi Vanessa maju sembari memegang pistol di tangannya lalu menembakkannya kearah anjing itu dengan membabi buta.
"Apakah dia tewas? "
"Ya ayo pergi aku tidak ingin lama lama ditempat ini."
"Tunggu dari mana kau mendapatkan benda ini dan untuk apa?"
"Sudahlah itu tidak penting."
Orang ini semakin mencurigakan tetapi yang lebih penting pelakunya mengikuti kami dia mungkin ada diluar. Kami semua kembali kerumah besar itu melalui pintu belakang. Melewati toilet yang gelap itu lalu aku masuk kedalamnya didalamnya terdapat lima toilet dan ada 3 pintu yang tertutup berarti ada orang didalamnya. Aku menyoroti senter ku kearah dekat wastafel disana ada sebuah keramik yang jika aku sentuh langsung terjatuh.
"Ada apa Gen? "
"Lihatlah ini menghubungkan keluar. Pelakunya pasti terburu-buru untuk menutupnya. Dan dia adalah salah satu dari tiga orang yang menggunakan toilet ini."

Genta Absinthe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang