.sebelas. gelang bulan

16 0 0
                                    

"Kalian ngapain kesini?" Kak Lila bertanya saat Syila sudah duduk. Aku yang diantara Syila dan Kak Malik hanya bisa duduk tegak menahan detak jantung berdegup kencang ini.

Kenapa Aku harus ditengah sih...

"Beli buku Kak," jedanya, "dosen lagi nyebelin, kita disuruh nyari buku yang pek ketiplek mirip sama punya dia. Gak boleh beda pokoknya! Padahal masih libur loh ini." Gerutu kesal Syila.

Di depan, Kak Lila tertawa kecil melihat raut Syila yang seakan ingin memakan dosennya.

"Sabar Syil, dosen emang gitu."

Mereka bertiga asyik mengobrol, Aku tidak tau ingin berbuat apa dan berakhir hanya menjadi pendengar. Dan selama itu Aku tau cowok di sampingku ini tidak lepas melihatku.

"Kamu gak mau pesan makanan, Ri?" Suaranya rendah, membuat tubuhku merinding.

Masih menunduk Aku menjawab Kak Malik. "Engga, Kak. Tadi udah makan."

Ini Kak Malik lupa ya, kita kan ketemu di Solaria, emangnya orang ke sini kalau bukan untuk makan ya untuk apa?

Terkadang Kak Malik tidak bisa ditebak.

"Sepertinya mereka terlalu sibuk berbicara." Kak Malik bersuara lagi, Aku mengangkat kepala, ya mereka asyik sekali mengobrolnya. Syila bahkan sudah berpindah ke tempat Kak Lila, menyisakan Aku dan Kak Malik saja di kursi ini.

Tunggu saja di rumah.

"Ikut Aku keluar, Ri."

Badanku otomatis menjauh saat Kak Malik berbicara di dekat telingaku.

"Kemana?" Tanyaku lirih.

"Jalan-jalan saja."

Tanpa menunggu jawabanku, Kak Malik langsung menarik tanganku, sebelum pergi Kak Malik berkata kepada mereka bertiga.

"Aku dan Gauri duluan ya. Kalau kalian mau langsung pulang. Pulang saja. Syil, Gauri pulang sama Aku."

Dasar Syila! Dia bukannya melarang, malah mengangguk saja dan jangan lupakan senyum jahilnya itu.

"Oke Lik." Jawab Kak Lila.

***

"Ri, mau beli apalagi?"

Aku yang sedang memakan eskrim mendongak menatap Kak Malik yang masih memegang tanganku. Katanya Aku kalau di lepas nanti hilang.

"Gamau. Kakak emang ga mau beli apaan gitu?" Kak Malik menatap.

"Hmm, ke toko ini bentar deh." Aku mengikuti Kak Malik yang membawa masuk ke dalam toko perhiasan.

Apani?

"Mba, boleh lihat gelang ini." Kak Malik menunjuk etalase yang ada gelang berbandul bulan. Cantik. Tapi untuk siapa?

Tanganku sudah di lepas Kak Malik, Aku duduk saja di samping sambil memakan es krim stroberi kesukaanku.

"Wahh Mas pinter banget pilih gelang untuk pacarnya."

Hah? Pacar?

Ah, Aku mengerti Kak Malik kesini pasti ingin membelikan gelang untuk kekasihnya. Tiba-tiba es krim di tanganku tidak terlihat lezat lagi.

"Ri, coba minjam tanganmu." Kak Malik berdiri di depanku, mengambil tanganku dan memakaikannya.

Jujur saja, jantungku sekarang ingin meledak.

Tolong Jangan Jatuh Hati (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang