.delapan. tawa

13 2 1
                                    

Ponsel ku berdering, masih dengan kuas di tangan Aku menggeser panggilan, menjepit ponsel di antara bahu dan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel ku berdering, masih dengan kuas di tangan Aku menggeser panggilan, menjepit ponsel di antara bahu dan kepala. Kemudian melanjutkan lukisan.

"Assalamualaikum, kenapa Syil?"

"Waalaikumsalam, ke rumah Ri."

Keningku mengkerut. "Hah? Ngapain?"

"Bantuin Aku dong, teman Kak Malik sama Kak Heru di rumah. Mamah tiba-tiba ada panggilan dari sekolah." Jelas panjang Syila.

Tentu saja Aku tidak akan menolak, buru-buru ku rapikan peralatan lukis.

"Oke oke otw."

Semoga saja suara ku tidak terdengar terlalu excited.

***

"Mamahhh." Seruku sambil sibuk menali sepatu.

"Mau kemana?" Mamah datang dengan celemek masih menempel di badannya.

Aku perbaiki posisi slig bag dan berkata. "Mau ke rumah Syila Mah, dia minta bantuan lagi ada banyak tamu katanya."

Mata Mamah memicing setelah mendengar penjelasan ku, "Bantuin atau bantuin? Mamah tau ya tujuan mu, jangan bohong gitu." sindir nya.

Ku balas senyum lima jari, menggaruk kepala ku salah tingkah. "Itu Mamah tau. Udah ya Gauri pergi Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ingat jangan terlalu pecicilan di sana." Suara Mamah masih terdengar ketika di luar.

Dari gerbang rumah Syila dapat ku lihat ada beberapa kendaraan. Memenuhi halaman rumah Tante Syila.

Berarti teman Kak Malik sama Kak Heru banyak banget dong ya?

Aku menelan saliva ku susah, kok tiba-tiba takut gini.

Pak Eko-tukang kebun di rumah Tante Aurel melihat ku. Masih dengan gunting rumput di tangan dia mendatangiku sambil membuka gerbang.

"Nak Gauri kenapa gak langsung masuk aja?" Tanya Pak Eko.

"Di dalam rame banget ya Pak?" Aku bertanya ragu pada pria paruh baya itu.

Dia mengangguk sopan. "Iya, teman Den Heru sama Malik lagi ada acara kumpul."

Aku masih menatap rumah itu, meskipun Ragu Aku tetap masuk setelah mengucap terima kasih pada Pak Eko yang menutup kembali gerbang.

Kaki ku berhenti di depan pintu, mengambil ponsel untuk menelpon Syila.

"Syil, keluar dong. Aku udah di luar." Ucap ku langsung setelah seberang sana menjawab panggilan.

Tolong Jangan Jatuh Hati (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang