.dua belas. mantan

1 0 0
                                    

"Gauri, Malik sudah datang!" Suara Mamah terdengar hingga kamar.

Bergegas Aku mengambil tas dan tak lupa menyemprotkan parfum kemudian keluar kamar.

"Cantik banget. Mau pergi date yaa." Kata Mamah jahil.

Pipiku memerah, malu banget Mamah ngomong gitu di depan Kak Malik. "Mah! Kan udah dibilang tadi malam. Mau nemanin Kak Malik." Sungutku.

Mamah berlalu mengabaikan raut kesalku dan menaruh minuman di depan Kak Malik yang malah senyum-senyum.

"Terima kasih Tante."

"Ayo Kak. Mamah lagi usil hari ini." Ajakku. Kak Malik menaruh kembali minumannya yang belum sampai di mulut.

"Awh..." Ringisku. Mamah melempar sendok.

"Kamu tu, Ri! Coba liat, Malik aja belum sempat minum," Mamah menghadap Kak Malik, "udah Nak, minum dulu. Lagian gak buru-buru kan?"

Kak Malik menggeleng sembari melihat jam tangan. "Enggak kok Tan, masih ada satu jam lagi."

"Aihh... Udahlah Kak, mau hujan juga." Sungutku sebal.

Kak Malik tertawa kecil kemudian berdiri setelah meneguk minuman.

"Kita pergi ya, Tan. Benar juga yang dibilang Gauri, bentar lagi hujan."

"Bilang aja kalau mau lama-lama sama Malik, Ri."

Aku bergegas pergi sebelum Mamah semakin jauh ngelantur.

***

Aku meringis pelan saat kami sampai di depan hotel, disana terlihat begitu banyak orang dengan berpakaian rapi. Aroma orang banyak duit terlihat jelas.

"Kak, ramai banget..."

Kak Malik sudah melepas seatbelt dan menoleh padaku.

"Kalo Aku di dalam mobil aja boleh gak?"

"Loh kenapa?" Kak Malik berujar bingung.

Aku menunduk menunjukkan pakaianku yang kupikir kurang cocok untuk acara ini. "Liat, bajuku keknya gak cocok deh Kak."

Sambil tersenyum tenang Kak Malik melepaskan seatbelt ku, "Udah cantik kok, Ri," bisik Kak Malik dekat.

Wajahku langsung menghangat.

Ini Kak Malik gatau ya jantung di dalam ini mau lompat karena perkataannya itu.

Bunyi pintu mobil dibuka membuatku kembali ke bumi.

"Yuk, keluar." Ajaknya sembari mengulurkan tangan ke depan.

Aku menarik nafas pelan, it's okay Ri.

***

Setelah menyapa teman Kak Malik yang memiliki acara, Aku pamit ke tempat makanan kepada Kak Malik sementara Kak Malik langsung ditarik teman - temannya untuk mengobrol.

Mataku berbinar ketika melihat jajaran kue kesukaanku, mengambil piring Aku langsung mengisi dengan berbagai rasa kue brownies di atas meja dan mencari kursi.

Ternyata di tempatku ini langsung mengarah ke samping panggung disana Kak Malik dan beberapa temannya termasuk yang kemarin kutemui sedang berbincang.

Kak Malik kenapa ganteng banget sih?!

Rasanya brownies di depanku tidak mampu menggodaku lagi, semua minatku tertarik ke sosok di depanku ini. Aku membalas Kak Malik yang melemparkan senyum.

Beberapa menit kemudian, perempuan berkerudung putih menepuk bahu Kak Malik. Mereka berbicara dan terlihat begitu akrab, bahkan Kak Malik mengeluarkan tawanya dengan menatap hangat pada perempuan itu.

Siapa dia?

"Ehm! Permisi semuanya."

Perhatian semua orang teralih ke depan panggung, Jefan-pemilik acara sekaligus teman Kak Malik berdiri ramah.

"Sebelumnya, terima kasih untuk semua yang meluangkan waktunya untuk datang ke acara saya. Terutama teman sahabat terbaik saya, " Kak Jefan menatap Kak Malik, "Malik yang disampingnya Gina mantan terindah. Hahaha."

Orang-orang tertawa begitu juga Kak Malik dan perempuan disampingnya yang ternyata mantan Kak Malik. Raut wajahku tidak bisa berbohong, Aku sama sekali tidak bisa tersenyum sepanjang acara.

Sebelum malam semakin larut, Aku dan Kak Malik berpamitan. Sebelum kami naik ke dalam mobil, Gina mendatangi Kak Malik.

"Malik!"

Aku yang merasa akan menganggu mereka berbicara memutuskan masuk duluan ke mobil. Membiarkan dua sejoli itu berbicara. Dari dalam Aku memandangi lirih mereka, Kak Gina dan Kak Malik begitu serasi, mengapa mereka harus berpisah?

Kaca mobil sampingku di ketuk mengambil atensiku, Kak Gina diluar sana melambai dan tersenyum indah. Aku hanya membalas ramah. Memikirkan bagaimana perempuan yang disukai Kak Malik begitu jauh berbeda dariku membuatku tidak percaya diri dengan perasaan yg ku miliki untuk Kak Malik.

***

"Loh, cepat banget pulangnya."

Mamah yang masih menonton menegurku saat akan melewati ruang tamu. Dengan lesu kusandarkan tubuh ke sofa, menjadikan bahu Mamah untuk tumpuan kepala.

"Kenapa lesu gini? Padahal habis jalan sama Malik, seneng dong harusnya."

Aku menggeleng kecil tidak berniat menjawab.

Kepalaku dielus Mamah. "Kalau mau cerita, Mamah selalu ada."

Gauri mau berhenti jatuh hati sama Kak Malik Mah...

***

Lanjut lagi di tahun 2024 yaaa

Regards
Sundayn
_______

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tolong Jangan Jatuh Hati (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang