Mama Nanas, Papa Naga?

5 1 0
                                    

Sepulang dari panti asuhan, aku diajak Rambu untuk berkunjung ke rumahnya. Baru sampai di halaman depan saja, aku sudah ternganga. Aku takjub melihat rumah besar dan bertingkat gaya eropa, serta memiliki halaman luas yang ditamani bunga-bunga indah. Luarnya saja sudah begini, apalagi di dalamnya. Aku memang baru pertama kali berkunjung ke rumah Rambu.

"Bule, ayo! Kok malah bengong. Nanti digodain setan, gimana?"

Pertanyaan dari Rambu menyadarkanku.

"Jangan, ngawur kamu!"

"Ya, kan setan emang suka godain manusia."

Benar juga apa yang dikatakan Rambu, tapi pikiranku bukan mengarah ke sana. Pikiranku malah tertuju pada sosok berpakaian putih yang diikat bagaikan lontong.

"Ayo!" ajak Rambu.

Aku pun mengangguk, lalu kami berjalan menuju depan pintu. Rambu membuka pintu bersamaan dengan kami mengucapkan salam.

Benar saja, aku kembali dibuat takjub ketika melihat isi rumah Rambu yang sudah seperti istana. Rambu ini anak orang kaya, sementara aku apa? Namun, dia mau berteman denganku. Sungguh luar biasa.

"Rambutan, udah pulang ternyata."

Perkataan seseorang membuat pandanganku beralih yang semula asyik menatap sekeliling rumah.

"Iya, Ma," sahut Rambu. Kemudian, dia menoleh kepadaku."Bule, ayo!"

"Eh, iya."

Aku pun mengekori Rambu untuk menghampiri wanita berhijab yang sedang duduk bersama seorang pria. Setelah itu, Rambu mengecup tangan mereka, aku pun mengikutinya.

"Kenalin Pa, Ma, ini Leci ... temen sekaligus kakak kelas aku!" kata Rambu.

"Halo, Om, Tante!" sapaku sembari tersenyum kikuk. Aku bingung harus berbicara apa, hingga akhirnya yang keluar kalimat itu.

"Kamu cantik sekali," puji Mama Rambu.

Aku tersipu malu."Makasih, Tante lebih cantik kok."

"Leci ini yang kata kamu satu eskul PMR sama kamu 'kan?" tanya Mama Rambu.

Kenapa Mama Rambu bisa tahu? Apa Rambu suka bercerita tentangku? Apa Rambu bercerita jika aku suka merepotkannya? Jika iya, malu sekali aku.

"Iya, Ma," jawab Rambu.

"Bule, ayo duduk!" ajak Rambu.

Aku pun mengangguk, lalu duduk di samping Rambu.

"Leci, kalau Rambutan nakal ... jewer aja kupingnya!" pinta Papa Rambu.

"Aku ini anak baik, paling baik malah," balas Rambu sembari mengambil keripik dalam toples.

"Pede boros kamu," cibir Papa Rambu.

"Siapa dulu dong Papa nya ... Papa Naga!" seru Rambu.

"Papa gak pernah gitu, ya, Rambutan," elaknya.

"Mie apa?"

"Mie goreng."

"Goreng apa?"

"Goreng ikan."

"Ikan apa?"

"Ikan asin."

"Duh, jadi laper," ujar Rambu yang memegang perutnya.

Mama Rambu terlihat geleng-geleng kepala."Maafin ya, Leci, mereka emang suka kayak gitu!"

"Gak pa-pa kok, Tan," sahutku.

Aku malah menginginkan posisi Rambu yang bisa bercanda dengan papanya.

Leci Miss Ceri[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang