Belajar Bersama Blueberry

1 0 0
                                    

Happy Reading🍒
.
.
.
.
.

Seperti biasa, setiap hari minggu aku membantu nenek berjualan sayuran dan yang lainnya di depan rumah. Kami mulai berjualan setelah adzan subuh. Sayuran yang tersimpan di atas meja terlihat segar-segar karena nenek baru membelinya dari pasar. Ada pula yang diambil dari halaman belakang rumah.

Di lingkungan tempat tinggalku, hanya nenek yang berjualan sayuran. Maka dari itu, orang-orang sering berbelanja ke sini. Tentunya kami sangat bersyukur karena itu memudahkan kami mendapat penghasilan.

"Nek, beli cabai dua ribu, terus bawang merah dua ribu!"

"Nek, pesenan daging ayam saya ada gak?"

"Ada. Ci, tolong ambiliin di kulkas, ya!" pinta Nek Kiwi padaku.

"Iya, Nek." Aku pun bergegas ke dalam untuk mengambil daging ayam yang ada di kulkas. Lalu, kembali ke depan.

"Ini, Nek," ucapku sembari menyerahkan daging ayam yang ada dalam kresek.

Nenek pun mengambilnya."Makasih, Ci."

"Leci ini anak baik, ya, mau bantu Nenek jualan. Anak saya mah kalau libur, jam segini tuh masih tidur," ucap ibu yang memesan daging.

"Iya, bener. Anak saya juga gitu," timpal ibu lain.

"Nek, ayah sama ibu Leci masih gak ada kabar juga kah sampai sekarang?"

"Belum."

"Tega banget, ya, mereka ninggalian kamu, Ci."

"Jadi orang tua kok gak ada tanggung jawabnya."

"Jangan-jangan mereka udah pada nikah lagi, terus lupain kamu deh. Makanya gak pernah ada kabar."

Walaupun aku sering beropini seperti mereka, tetapi aku tidak suka hal itu terucap dari mulut orang lain. Seburuk apa pun sikap kedua orang tuaku, aku tidak mau orang lain menjelekkan mereka.

Nenek menoleh kepadaku. Dari tatapannya, sepertinya nenek merasakan ketidaknyamanan dengan apa yang mereka sampaikan.

"Mungkin orang tua saya belum ada waktu luang, jadi belum sempat mengabari kami," ujarku.

"Belum ada waktu sampai kamu udah umur empat belas tahun? Itu mah namanya udah lupa, bukan belum ada waktu, Ci," sahut salah satu ibu-ibu.

Tiba-tiba taxi datang di depan rumah, hal itu membuat pandangan kami tertuju padanya. Terbukalah pintu mobil, lalu kaki yang menggunakan sepatu sneakers pun menginjak tanah. Muncullah gadis bertubuh gemuk yang memakai bando di kepala.

"Blueberry!"

Ternyata yang baru saja tiba adalah Blueberry, aku memang berencana belajar bersamanya. Tidak menyangka dia akan datang sepagi ini. Ini baru pukul 07.00 WIB.

Setelah membayar taxi, Blueberry pun berjalan ke arah kami dengan senyum manisnya.

"Assalamu'alaikum," ucapnya.

"Wa'alaikumussalam," balas kami.

"Alhamdulillah, Ci, akhirnya aku nemuin rumah kamu. Tadi aku hampir nyasar loh."

"Ya ampun, kenapa kamu gak telepon aku?" tanyaku.

"Aku telepon kok, tapi kamu gak angkat-angkat."

"Eh, astagfirullah ... maaf. Aku daritadi gak pegang handphone karena bantuin Nenek," sahutku.

"Oh, iya, gak pa-pa. Aku ngerti kok."

"Nek, kenalin ini Blueberry, temen kelas Leci!"

"Halo, Nek!" Blueberry pun mengecup tangan nenek, kemudian ibu-ibu yang membeli sayuran.

Leci Miss Ceri[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang