HBD Leci

0 0 0
                                    

Happy Reading🍒
.
.
.
.
.



Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, persiapan yang kulakukan dengan teman-teman beberapa hari ke belakang akan ditampilkan hari ini. Entah hasilnya bagaimana, yang terpenting aku harus berusaha memberikan yang terbaik. Senang sekali rasanya bisa berbaris bersama orang-orang berslayer biru. Mereka datang dari berbagai sekolah untuk mengikuti perlombaan PMR tingkat kabupaten. Kami berbaris sesuai perlombaan yang diikuti.

Hari ini memang perlombaan PMR dilaksanakan. Awalnya aku juga berniat mundur karena ingin menjaga nenek, tetapi untunglah 4L bersedia menjaga nenek. Beribu-ribu rasa syukur aku ucapkan karena memiliki mereka.

Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB untuk itu acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan oleh salah satu siswa SMP Tiger. Hal itu karena perlombaan dilaksanakan di SMP ini. Suaranya terdengar merdu dan menenangkan hati. Serasa mendengar Ustadz Imam versi lain sedang mengaji.

Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur'an selesai, dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars PMI, suasana begitu khidmat. Kemudian, acara yang sering membuat orang kesal dan malas berdiri lama yaitu sambutan-sambutan.

Fakta 'kan seringkali orang malas mendengarkan sambutan yang diberikan seseorang? Contohnya saja pemberian amanat pada saat upacara, di sekolahku selalu ada yang tiba-tiba pingsan atau kesurupan.

Satu per satu orang yang ditugaskan memberi sambutan naik ke atas panggung, lalu tibalah orang yang kutunggu-tunggu, kucari, kurindukan sejak lama, hingga baru kali ini bisa berjumpa. Ibu. Ibu terlihat cantik dengan hijabnya dan jas putih ketika berdiri di atas panggung. Tuhan, aku tidak sedang bermimpi 'kan? Itu ibuku 'kan? Rasanya aku ingin menangis dan berteriak agar semua orang tahu itu ibuku. Aku ingin berteriak bahwa aku merindukannya. Aku juga ingin berteriak bahwa ada anaknya yang berdiri di sini. Bu, doakan anakmu agar bisa membawa piala ke hadapanmu. Berharap nanti bisa memeluk ibu. Namun, apa ibu bisa mengenaliku?

Suara riuhnya tepuk tangan membuyarkanku dari lamunan. Terlalu fokus pada wajah ibu, aku sampai tidak tahu apa yang ia katakan dan tidak menyadari ternyata sambutannya telah selesai. Aku juga malah ikut bertepuk tangan.

Sesudah itu, barisanku di arahkan oleh salah satu siswa yang memegang papan bertulisan 'Cerdas Cermat' untuk pergi ke sebuah ruangan. Jujur, aku gugup sekali. Takut jika mengecewakan orang-orang, apalagi ini pertama kalinya aku mengikuti lomba.

Ketika melewati kelas-kelas, sekolah ini terlihat bersih dan asri. Tak lama kami pun sampai di satu ruang kelas, lalu kami diminta untuk masuk. Lalu, kami duduk bersama kelompok masing-masing. Tak lama, dua wanita dan satu pria masuk ke ruangan. Lalu, mereka memperkenalkan diri. Ternyata mereka adalah juri dari perlombaan ini. Setelah itu, wanita bertahi lalat di atas bibir menjelaskan peraturan saat perlombaan.

"Bagaimana, penjelasan saya barusan apakah dapat dipahami?" tanyanya.

"Iya, Bu," jawab kami.

"Ada yang ingin ditanyakan?"

"Tidak."

"Kalau tidak, kami akan bagikan soal cerdas cermat. Ingat, berdoa terlebih dahulu! Tenang, jangan terburu-buru! Biar lambat, asal tepat! Tapi, kalau cepat dan tepat itu lebih baik," ujarnya.

"Jangan ada yang curang, ya! Inget ada cctv di atas!" timpal ibu satu lagi sambil menunjuk ke langit-langit. Kutahu yang dimaksud ibu itu bukan cctv buatan manusia, tetapi cctv Tuhan.

Setelah itu, mereka pun mulai membagikan lembar soal.

"Di sana ada 50 soal pilihan ganda, di atas lembar jawaban tulis nama diri sama nama sekolah kalian. Kita kasih waktu 120 menit untuk menjawab. Sebelum mulai, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing! Berdoa dalam hati, mulai!" pinta seorang lelaki bertubuh kurus yang berdiri di antara ibu-ibu itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leci Miss Ceri[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang