Happy Reading🍒
.
.
.
.
."Leci, lelet banget sih! Mana pesenan kita?"
Aku tersentak kala gadis berwajah blasteran Indonesia-Inggris tiba-tiba ada di hadapanku sembari berkacak pinggang diikuti kedua temannya.
"Maaf ... tadi aku nyari-nyari kalian, tapi gak ketemu," sahutku.
"Alah, bilang aja kamu mau kita mati kelaperan 'kan?" tuduh gadis berambut pendek seperti laki-laki yang tak lain adalah Azya.
"Enggak gitu, aku beneran tadi nyari-nyari kalian."
"Ya udah, ikut ke meja kita sekarang!" pinta Syala---Gadis berwajah bule tadi.
"Ci, sini aku bantuin! Kasian banget kamu bawa banyak makanan," ujar Alra---Gadis bertubuh mungil dan berwajah imut.
Alra hendak mengambil alih nampan yang kubawa, tetapi dengan cepat Syala meraih tangannya.
"Ngapain sih? Aku nyuruh Leci, bukan kamu, Ra!" seru Syala.
"Kasian Leci, nanti kalau tangannya sakit gimana? Siapa yang pijitin dia? Soalnya kalau Alra pegel-pegel tuh suka minta dipijitin Mbak. Lah, Leci 'kan cuma tinggal sama neneknya. Gak mungkin 'kan nyuruh neneknya yang udah tua gitu," terang Alra.
Kulihat Syala dan Azya geleng-geleng kepala.
"Gak usah peduliin dia deh, Ra!" titah Syala.
"Tau nih, gak usah lebay!" timpal Azya.
Syala, Azya, dan Alra adalah teman kelasku. Mereka sering kali meminta bantuan kepadaku. Syala dikenal sebagai ketua dari geng mereka, Azya selalu berpenampilan tomboi, sedangkan Alra lebih peduli pada orang lain dibanding mereka. Alra juga dikenal sedikit lemot.
"Bule, ada apa?"
Pertanyaan tiba-tiba dari seorang laki-laki yang memakai seragam olahraga dengan air mineral dingin di tangan.
"Gak ada apa-apa," jawabku.
Netranya kemudian menatap nampan yang kupegang, lalu ia mengerutkan kening."Itu bakso punya siapa? Kok banyak banget?"
Baru saja aku membuka mulut, seseorang sudah terlebih dahulu menjawab pertanyaan laki-laki yang tak lain adalah Rambu.
"Kita, kenapa?" Syala balik bertanya dengan tatapan sinis.
Pandangan Rambu pun beralih pada Syala."Maaf Kak, kenapa gak kalian bawa masing-masing?"
"Leci yang pengen bantuin kita," jawab Syala.
"Gak kasian liat temen bawa makanan sebanyak ini? Kalian masih punya dua tangan yang sehat, seharusnya bisa digunain!"
Syala kini melipat kedua tangan sembari tersenyum miring."Kamu tuh adik kelas, gak usah so nasehatin kakak kelas!"
"Bukan gitu, Kak, tapi ...."
"Rambutan, udah! Kamu ke kantin mau makan 'kan? Sana, makan! Aku gak mau kamu kena masalah gara-gara aku," ujarku yang memotong ucapan Rambu.
"Aku mau makan, kalau kamu mau aku bantuin," balas Rambu.
Huh! Rambu selalu saja ingin menolongku, padahal aku sudah malu karena sering kali merepotkannya. Kutatap wajahnya, terlihat dahinya bercucuran keringat dan rambut dengan poni belah tengah sedikit basah. Aku jadi tidak tega meminta tolong padanya. Dia sepertinya kelelahan karena tadi mengikuti pelajaran olahraga. Namun, jika menolak, ia pasti terus memaksa.
"Kamu beneran mau nolongin aku?" tanyaku.
Rambu hanya mengangguk.
"Ya, udah. Maaf banget, tolong bawain es teh manis di sana!" Daguku menunjuk ke arah nampan berisi es teh manis di atas etalase dekat Blueberry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leci Miss Ceri[Selesai]
Roman pour AdolescentsIni adalah kisah seorang gadis bernama Leci Valencia yang biasa dipanggil Leci. Gadis dengan ciri khas jepit rambut berbentuk buah leci yang selalu dipakainya. Gadis ini duduk di bangku kelas 2 SMP dan mengikuti Eskul PMR. Layaknya buah-buahan yang...