26. Bangun, Jangan Bercanda!!

31.3K 2.7K 668
                                    

Haii 💝
Kembali lagi bersama Only

Jangan lupa selalu support cerita ini dengan cara Tekan ⭐ di pojok bawah, Komen dan bantu Follow😁

Awas typo bertebaran 🙌
🧸
🧸
🧸
🧸
Happy Reading 😘

Ketika hampir mendekati lift, Arvind melangkah lebih cepat, berdiri di depan Aaron "Gue aja yang gendong Varel, Bang," Arvin menawarkan diri.

Aaron tersenyum lalu melewati Arvind begitu saja membuat Arvind bingung "Bang, denger gue kan?" tanya Arvind memastikan.

"Hm, Abang dengerr, Vind,"

"Terus?" Arvind memandang Aaron dari samping.

"Tangan, Vind, kasian tangannya," Aaron balas menatap Arvind "Nanti aja kalo udah sembuh total, hm?"

Arvind menghela napas pelan lalu mengangguk patuh "Bang--"

"Shttt! Varel udah tidur," Aaron berbisik "Ngomongnya pelan-pelan aja,"

Arvind terdiam sebentar kemudian menggangguk paham.

"Oke"

🧸🧸🧸

BAGIAN 26

Di dalam sebuah ruangan terlihat ramai oleh beberapa orang berbeda usia yang sedang duduk melingkar di sofa lebar yang dibatasi oleh meja berbahan kaca. Mereka terus melakukan diskusi dengan serius mengabaikan seseorang yang tengah terbaring di tempat tidur sembari menatap datar keberadaan mereka di kamarnya.

Sesekali akan ada cekcok atau perbedaan pendapat namun bisa terselesaikan dengan mudah karena campur tangan orang dewasa. Di sana ada James, Dylan, Aska, Aaron, Arvind dan si kembar Viaro. Ares juga di hitung tapi dia tidak ikut melakukan diskusi, perannya hanya sebagai pengamat dan pendengar.

"Aku yakin, ini pasti akan sangat menyenangkan," Aska tertawa puas begitu mendengar rencana yang telah mereka siapkan. Jemari panjangnya menyugar rambut lebatnya ke belakang agar terlihat keren.

Varo jingkrak-jingkrak di tempat, dia juga merasa sangat antusias. Tidak sabar melihat reaksi dari target mereka nanti.

"Bang, kita mesti cari yang bagusss pooll. Mahal dikit nggak ngaruh lah, oke?" Varo mengerjap cepat sambil menatap Aska mencoba bersikap imut yang malah terlihat menjengkelkan di mata Vian. Arvind pun ikut mendengus melihatnya.

"Dasar, otak error," Arvind membatin. Dia memang tidak akur dengan Varo karena adiknya itu selalu membuatnya kesal. Tapi, bukan berarti Arvind membencinya. Tidak! Dari awal mereka memang sudah seperti ini. Di antara mereka tidak ada yang membenci satu sama lain. Itu yang diajarkan kepada mereka sedari kecil.

Aska mengerling "Amaan, borong semua juga nggak masalah,"

Varo melakukan tos dengan Aska sambil tersenyum lebar. Mereka kompak kalau masalah seperti ini.

"Tapi Paman, Daddy tidak akan marah kan? Soalnya kita tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Daddy tidak suka itu," Aaron mengeluarkan kegundahan hatinya. Semua orang tampak antusias dan bersemangat sedangkan dia malah mengkhawatirkan banyak hal.

Dylan tersenyum menenangkan "Tenang saja, ada Paman di sini. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti itu. Paman akan memastikan semua berjalan dengan baik hingga akhir. Paman yakin, Daddymu tidak akan marah mengingat ini bukan hanya untuk dia, tapi juga untuk malaikat kecil itu,"

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang