Summoning Nazi

_18_ The Demon Lord

Benua Fillades berada di sebelah barat Jerman. Di timur laut Fillades ada sebuah pulau besar. Terdapat sebuah jembatan alami yang lebarnya hanya 200 meter namun panjangnya 30 kilometer yang menghubungkan pulau dengan benua. Negara yang menyebut pulau ini sebagai rumah tidak lain adalah Kerajaan Topa. Di sebelah timur laut Topa ada jembatan lain, lebarnya 100 meter dan panjang 40 kilometer, yang menghubungkannya dengan benua Grameus.

Grameus dihuni oleh makhluk yang disebut setan. Tidak ada pemukiman manusia atau demi-human di sana. Tidak ada yang bisa berkomunikasi dengan setan, dan mereka menyerang semua ras manusia yang terlihat. Iblis tidak memiliki peradaban apa pun, mereka hanya menggunakan kemampuan fisik superior mereka untuk memburu orang yang mengamuk. Bagi orang Jerman, jika mereka menggambarkan setan dalam satu kata, kata itu adalah "hama".

Di wilayah timur laut Topa, terdapat kota kastil bernama Tormis yang berdiri di antara Kerajaan Topa dan iblis Grameus. Dindingnya menghalangi jembatan alami dan dikenal sebagai Pintu Menuju Dunia. Mereka telah mengusir invasi iblis yang tak terhitung jumlahnya. Tentara Topan ditempatkan secara permanen di Pintu Menuju Dunia, dan kota kastil Tormis didirikan untuk mendukung para prajurit tersebut.

Warga Topa sangat bangga karena negaranya menjaga dunia dari serbuan setan. Dari apa yang dikatakan oleh negara adidaya dan wilayah beradab, penindasan terhadap setan memungkinkan mereka menjaga ketertiban dan fokus pada pembangunan negara mereka. Tanpa masyarakat Topa, umat manusia tidak akan sejahtera.

Suatu pagi yang tenang, Gai, seorang pendekar pedang, sedang melihat ke arah Grameus dari atas Pintu Menuju Dunia.

"Nnngaaah... ngantuk sekali. Aku ingin berbaring..." Gai menguap putus asa.

"Sekarang, tugas memantau Grameus sangat penting demi kelangsungan hidup manusia dan demihuman," teman masa kecilnya, ksatria Moah, memperingatkannya.

"Kamu selalu mengatakan itu, tapi..." Gai melihat ke bawah ke dinding. "Pintu Menuju Dunia tingginya dua puluh meter. Dalam sepuluh tahun terakhir, serangan terburuk yang kami alami adalah ketika sepuluh goblin tersesat! Kami mengambil busur kami, bing bang boom, oh, mereka sudah mati. Sampai ada lebih dari seratus goblin, tidak ada yang perlu ditakutkan. Bahkan jika aku tidur siang, semuanya tetap sama, kan?"

"...Jika kamu melihat ke belakang seratus tahun yang lalu, para Orc dan raja goblin juga menyerang tembok itu. Mereka adalah musuh yang bermasalah," bantah ksatria elf itu.

Gai terdiam sejenak. "Saya rasa Anda benar. Orc sangat kuat sehingga membutuhkan sepuluh ksatria yang bekerja sama untuk mengalahkannya. Tapi bagaimanapun juga, elf itu terlalu serius, menghitung waktu selama berabad-abad... astaga."

Pedang pendekar Gai menundukkan kepalanya. Ini adalah kehidupan sehari-harinya. Dari utara tembok sampai ke Grameus, terdapat rumput pendek, jadi banyak jarak pandang. Pada musim ini, rerumputan berwarna hijau tua, sehingga seluruh bagian utara benua dipenuhi ladang zamrud. Burung bernyanyi dan kupu-kupu menari. Tidak ada hal lain yang terjadi hari ini, dan mereka akan segera dibebaskan dari tugas mereka.

Tepat ketika Moah dan Gai masing-masing memikirkan hal ini...

VOOOOOOO... VOOOOOOO......

Mereka mendengar sesuatu... sesuatu yang menjijikkan.

"Apa itu tadi?!"

"Hah?! Tanah di sana... menjadi hitam!" Moah berteriak sambil melihat melalui teleskop ke arah Grameus. "Itu... itu adalah goblin!!! Tanahnya seluruhnya tertutup oleh mereka, dan mereka menuju ke sini!!! Ahhh! Orc! Ada Orc juga! Ada... ada lebih dari seratus musuh!!!"

Di balik gerombolan itu, mereka bisa melihat siluet dua iblis raksasa yang bahkan lebih besar dari Orc.

"A... apa?! Tidak mungkin... mereka adalah Ogre Merah dan Ogre Biru!!! Kenapa monster legendaris itu ada di sini?!"