~Enjoy it guys~
Pagi ini, Kaivan sudah siap dengan baju olahraganya. Garvi terlihat di pojok ruangan dengan ponsel di telinganya sejak tiga puluh menit yang lalu.
Kaivan menggigit kue susu yang baru saja diantar oleh maid. Ia melirik kearah jam berukuran besar yang ditempel di dinding menunjukkan pukul delapan.
"Hai." Jessie datang dengan pakaian piyama. Tanpa dijelaskan pun, semua orang tau jika perempuan itu baru saja bangun tidur.
"Kak, kau mau?" Kaivan membalas sapaan itu dengan menunjuk kearah piring.
Jessie mengambil satu, meniupnya pelan lalu memasukkan segigit kue susu kedalam mulutnya. Ia mengambil duduk di samping adiknya.
"Tak mau denganku saja?" Jessie menawarkan.
"Tak perlu, Jes." Mendengar sahutan itu membuat Jessie memutar kedua bola matanya.
"Kau membuat Kaivan menunggu kak!" Seru Jessie garang.
Garvi mengangkat kedua tangannya tanda bahwa ia menyerah.
"Oke oke, aku minta maaf. Tadi manager yang menelponku." Ucap Garvi memberi klarifikasi.
"Habiskan kue milikmu. Lalu kita berangkat." Garvi memberi titah.
Setelah menelan gigitan terakhirnya, Kaivan bergegas berdiri. Ia menepuk bahu Jessie memberi isyarat berpamitan.
Jessie mengangguk singkat. Ia meraih remote lalu menyalakan televisi di depannya.
✨️
"Gayuh dulu sepedamu, aku ada dibelakang." Garvi membuka suara saat mereka tiba di halaman depan.
Kaivan mengangguk seraya memakai helm sepedanya.
"Tak perlu terburu-turu. Jika lelah, langsung beri tahu oke. Mengerti?" Garvi memberi nasihat lain.
"Ya, aku tahu." Kaivan menaiki sepedanya lalu disusul oleh Garvi. Jangan salah, dibelakang Garvi ada lima bodyguard yang turut serta mengikuti.
Rumah yang ditempati Tama dan sekeluarga bukanlah rumah biasa pada umumnya. Bangunan itu terletak di bukit yang asri. Perlu menempuh jalan berkelok sebelum kesana.
Bangunan dua lantai itu dikelilingi halaman yang sangat luas. Ada taman di bagian belakang yang ditanami berbagai bunga kesukaan Elina. Tak jauh dari situ, ada sebuah pacuan kuda yang menjadi favorit Garvi. Setelahnya ada lapangan golf yang super luas milik Tama. Terakhir, sebuah danau dengan lima angsa yang sudah dipelihara Jessie sejak perempuan itu umur sepuluh tahun.
Kalau Kaivan, anak itu memiliki sebuah almari yang dilengkapi koleksi kameranya. Dari masa ke masa, segala macam kamera tersimpan apik di sudut ruangan kamarnya.
Setelah dua puluh menit bersepeda di sekitar rumah, Kaivan memutuskan berhenti. Ia mengatur nafasnya lalu menerima botol minum dari uluran bodyguard yang mengikuti dirinya dan Garvi sejak tadi.
"Kau ingin kembali ke rumah?" Tanya Garvi menawarkan.
Kaivan menggeleng "Aku ingin ke taman setelah ini."
Garvi mengigit bibirnya dalam, berusaha menolak argumen adiknya.
"Papa nanti akan mencarimu." Kata Garvi.
Kaivan menoleh kearah kakaknya "Papa yang akan mencariku, atau kau yang memang harus pergi?"
Mendapat pertanyaan menohok dari Kaivan membuat Garvi berusaha memutar otak untuk mencari alasan.
"Kau bisa pergi kak. Aku akan tetap disini." Ucap Kaivan.
"Tapi-" Perkataan Garvi dipotong oleh Kaivan.
"Dan lagi, aku tidak bisa ikut denganmu ke Barcelona." Lanjut Kaivan.
"Kenapa?" Garvi bertanya dengan alis terangkat.
"Kau tau alasannya kak." Jawab Kaivan. Ia menjauh dari Garvi.
"Paman, bawa sepedanya kembali ke rumah. Aku akan jalan kaki ke taman." Selesai dengan ucapannya yang memerintah salah satu bodyguard, Kaivan melangkah pergi tanpa berpamitan pada Garvi.
✨️
Kaivan duduk di kursi taman ditemani satu bodyguard yang berjaga di belakang. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana. Menghirup nafas dalam-dalam demi mendapat angin segar.
"Paman, setelah ini apa jadwalku?"
"Sarapan pagi akan siap setengah jam lagi." Jawab bodyguard itu.
"Lalu, seorang psikolog akan melanjutkan untuk jadwal terapi konseling Anda." Lanjut pria itu.
Kaivan mengangguk paham. Setidaknya selama setengah jam kedepan, ia masih bisa menikmati waktu sendirinya.
Menu sarapan hari ini bubur sup jagung ayam. Tidak, ini bukan menu untuk semua anggota keluarga, melainkan hanya Kaivan.
Sarapan dimulai bertepatan dengan kepala keluarga telah duduk di kursi yang biasa ia tempati. Tama memimpin doa lalu masing-masing dari mereka mulai menikmati hidangan.
Kaivan meneguk segelas air mineral, membersihkan sudut bibirnya dengan kain lap warna putih persegi.
"Boleh aku pergi lebih dulu?" Perkataan itu bukanlah pertanyaan melainkan permintaan ijin dari Kaivan.
"Kenapa? Kau sakit?" Tanya Elisa. Wanita itu sontak berdiri dari duduknya.
Kaivan menggeleng. "Tidak ma, aku baik-baik saja.
"Aku hanya ingin pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Bukankah setelah ini Miss Viola akan datang?" Lanjut Kaivan memberikan alasannya.
Tama mengangguk menyetujui "Pergilah."
Tak membalas ucapan dari papanya, Kaivan berlalu pergi untuk ke kamar miliknya yang terletak di lantai dua.
Cklek
Kaivan membuka handle pintunya. Sebelum masuk, ia membalikkan badan.
"Paman, aku akan istirahat sebentar. Kau hanya boleh masuk saat Miss Viola sudah datang." Pesan Kaivan pada bodyguard yang selalu setia menemaninya. Namanya Paman Ale.
Pria berusia tiga puluh tahun yang sudah menemaninya selama tujuh tahun terakhir. Memiliki tinggi 180 cm dengan wajah asia yang kental, rambut hitam legam, dengan dimple di pipi kanannya.
"Anda baik-baik saja?" Tanya Paman Ale.
Kaivan mengangguk dengan senyum tipis di wajah "Ya. Tak perlu khawatir. Aku tidak mengunci pintu, jadi kau bisa kapan saja membukanya kalau aku tak menjawab panggilan darimu."
"Baiklah. Anda bisa beristirahat. Katakan saja apa yang Anda butuhkan, saya akan berjaga di depan." Ucap Paman Ale.
"Ya. Aku mengerti." Sahut Kaivan lalu masuk ke kamar dan tak lupa menutup pintu.
-
Ini coba up di wattpad, kalo ada yg komen sama vote berarti wattpadku udah bisa.
Untuk bbrp part kedepan, aku up di wattpad sama X ya. Buat back up juga kalo wattpadku gabisa lagi.
Soalnya udah aku coba beberapa kali, mau publish part baru gabisa, gagal terus. Aaa kesel bgt
Salam Rynd🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Teen FictionBersembunyi dibalik puluhan bidikan kamera dan menjadi bayangan ditengah gemerlapnya kepamoran yang membuat banyak orang terkesima. Dia Kaivan, sosok yang disembunyikan. ❌Dilarang keras menjiplak dan meniru isi cerita dan alur. Karya ini memiliki ha...