10

2.4K 247 58
                                    

~ Enjoy it guys~

"Papa tidak suka kau bertingkah lagi, Kai." Tama membuka obrolan saat mobil melaju untuk kembali ke hotel.

Kaivan menoleh kearah kanan menatap papanya. Ia jelas paham apa yang dibicarakan pria itu.

Tangan kanannya mengelus punggung tangan kiri yang terasa kebas karena bekas infusan tadi. Pemandangan kota Venesia saat malam hari sebenarnya indah, tapi entah kenapa tak menarik perhatian Kaivan.

"Kau mendengar ucapanku?" Lanjut Tama saat Kaivan hanya diam sejak tadi.

"Iya, maaf." Kaivan menjawab takut. Sejujurnya, ia tak tahu harus menjawab apa.

"Besok minta maaflah pada mama. Kau sudah membuatnya kecewa." Tama memberi peringatan kedua.

"Iya, aku akan meminta maaf padanya besok." Sahut Kaivan. Ia memang harus melakukan itu.

"Feri, mulai sekarang aku memberi kau tugas untuk menjaga Kaivan bersama Geo. Laporkan semua kegiatannya padaku." Ucap Tama pada asistennya yang sedang mengemudi.

Netra Feri melirik dari spion tengah menatap kearah belakang lalu mengangguk "Baik, laksanakan." Balasnya.

"Sebelum tidur, jangan lupa untuk minum obat dari Dokter Julius." Kata Tama.

"Tapi, kenapa obatnya bertambah?" Tanya Kaivan.

Mendengar pertanyaan anaknya membuat Tama menoleh.

"Biar kau cepat sembuh." Tama menjawab singkat.

"Kapan aku akan sembuh?" Tanya Kaivan sendu.

Sekarang giliran Tama yang terdiam. Bingung mau menjawab seperti apa pertanyaan anak bungsunya.

"Pa." Panggil Kaivan. Tama menoleh kearah anaknya.

"Kapan aku akan sembuh?" Tanya Kaivan mengulang dua kali.

"Secepatnya." Jawab Tama ingin cepat-cepat mengakhiri obrolan.

✨️

Cuaca pagi ini lebih cerah dari biasanya. Matahari tak begitu menyengat kulit, tidak ganas seperti biasanya. Kaivan sudah bangun sejak pukul tujuh, hanya saja masih malas keluar kamar. Tidak, alasan sebenarnya ia masih canggung karena kejadian kemarin.

Waktu menunjuk pukul sembilan pagi, tadi Feri datang ke kamarnya untuk mengantarkan roti dan coklat hangat. Jadi, ia tak perlu khawatir akan dimarahi oleh papanya karena melewatkan sarapan.

Kaivan menyengitkan dahi saat keadaan diluar kamar sedikit ramai, tidak seperti biasanya. Ia segera beranjak dari ranjang, membuka pintu kamar untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Paman, ada apa?" Kaivan bertanya pada Feri yang berdiri tidak jauh dari letak kamarnya.

"Bukan apa-apa Tuan Muda." Jawab Feri.

"Aku tahu kau bohong. Katakan, ada apa?" Tanya Kaivan menutut.

Sebelum berbicara pria itu mengambil napas dalam, membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering.

"Pagi ini, Miss Viola ditemukan tewas di kamar hotelnya." Jawab Feri.

Mendengar kabar tersebut, Kaivan mendadak terdiam. Ia memejamkan mata erat, berusaha menyakinkan bahwa ini hanya mimpi.

"Ba-bagaimana bisa?" Tanya Kaivan terbata. Ia menatap tajam kearah Feri, mencengkram krah jas yang pria itu pakai. Tidak peduli bahwa pihak lawan lebih tua darinya.

Feri kaget dengan reaksi Kaivan. Ia berusaha melepas tangan yang mencengkram lehernya.

"Tuan Muda." Panggil Feri. Pria itu berusaha menenangkan emosi Kaivan yang tiba-tiba meledak. Satu hal yang ia ketahui, bahwa Kaivan tidak stabil. Lebih tepatnya, mentalnya tidak stabil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALOPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang