2

4.9K 488 51
                                    

~Enjoy it guys~

Sesampai di rumah, Garvi melepas jas yang tadi ia kenakan. Meletakkan di lengan sofa, lalu membawa langkah kakinya ke mini bar di pojok ruangan.

Lain halnya dengan Kaivan, laki-laki itu memilih duduk di ruang keluarga lalu menghidupkan televisi. Seingatnya, hari ini ada serial film yang sudah ia tunggu.

Garvi membuka lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga tersisa setengah.

"Kai, kau bisa tidur terlebih dulu." Ucap Garvi saat ia melirik jam yang hampir menunjukkan pukul sepuluh.

"Aku ingin menunggu mama." Jawab Kaivan.

Garvi mengangguk, ia tak terlalu ingin melarang adiknya. Ikut duduk disamping kanan Kaivan dan mencoba menikmati film yang tengah tayang.

✨️

Meski waktu sudah berlalu hingga dini hari, dua orang pria itu sepertinya masih punya banyak cerita untuk dibagi. Sepasang ayah dan anak itu sudah mengobrol selama tiga jam tanpa kenal waktu.

Bercerita bagaimana hari-hari telah dilalui dengan ditemani sebotol wine Armand De Brignac Rose menjadi perpaduan sempurna. Wine yang dibuat dengan jumlah terbatas ini menciptakan rasa yang kuat dan tentu sangat cocok di lidah seorang peminum.

"Pa, aku boleh mengajak Kaivan pergi ke Barcelona minggu depan?" Tanya Garvi dengan menuangkan wine ke gelas Tama.

"Adikmu itu harus melakukan pemeriksaan rutin. Seharusnya kau paham dan aku tidak harus menjelaskannya untuk kesekian kali kan?" Pertanyaan retoris itu terlontar dari mulut sang kepala keluarga.

"Pa, aku kasian melihat Kaivan. Kau mengerti maksudku kan?" Garvi membalikkan pertanyaan.

Tama menyisap nikotinnya lalu menghembuskan. Membiarkan asap itu terbawa angin malam dari teras belakang rumah.

Tama mengangguk mengerti dan paham betul atas kekhawatiran anak sulungnya "Kau tau bukan penyakit Kaivan tak bisa disembuhkan? Sejauh ini kami hanya terus membohonginya."

Garvi menghela nafas panjang, ia sedikit menarik rambutnya frustasi.

Tama terkekeh melihat anak sulungnya "Kau mabuk hanya dengan De Brignac? Payah sekali."

"Bukan aku yang mudah mabuk, tapi kau pencandu pa." Balas Garvi yang tak mau disalahkan.

Tama beranjak dari duduk, menepuk bahu anaknya.

"Pergi tidur, besok adikmu akan mulai mengacau." Selesai dengan perkataannya, Tama berlalu pergi.

✨️

Kaivan mengetuk pintu kamar orang tuanya. Kebiasaannya dari kecil tak pernah berubah.

"Good morning." Sapa Elisa membuka pintu.

"Morning ma." Balas Kaivan. Ia membawa tubuhnya masuk ke kamar orang tuanya.

"Ada apa dengan anak bungsuku hari ini?" Tanya Tama. Sebenarnya, ia masih mengantuk dikarenakan obrolan malam dengan anak sulungnya baru selesai jam satu dini hari.

KALOPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang