Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan Vote dan Komentar positif sebagai respon yang baik terhadap penulis.
Terimakasih.
ෆ╹ .̮ ╹ෆ
---o0o---
Part 19 : Takdir seperti apa?
“Maksudku begini, dia tidak jahat, hanya saja dia bukan takdirku.” —Senjani
---o0o---
Senjani's POV
OMBAK pagi ini cukup tenang sehingga membuat ku dan Bima yang tengah duduk di pinggir pantai menjadi lebih bebas untuk bertahan lebih lama.
Setelah pulang dari acara Prom Night Aku meminta izin kepada Ayah dan Kak Dhika untuk pergi ke villa milik Ayah yang berada di ujung kota dan diantar oleh Bima.
Ternyata villa milik Ayah berada tak jauh dari villa milik keluarga Aryasatya, jadi Bima juga tidak pulang ke Rumahnya dan memilih untuk menginap di villa.
Walaupun kami berada di villa yang berbeda namun pagi-pagi buta setelah shalat subuh tiba-tiba saja Bima mengetuk pintu villa dan mengajakku untuk melihat sunrise di pinggir pantai.
Aku menyenderkan kepalaku di bahunya, kami terdiam cukup lama dengan pikiran yang saling berkecamuk sampai pada akhirnya Bima memulai pembicaraan.
"Dek?" Panggil Bima sambil matanya masih menatap semburat jingga yang menghiasi langit saat matahari terbit.
"Hmmm?" Aku hanya membalasnya dengan deheman singkat.
"Apa Kamu ikhlas dengan pertunangan ini?" Tanya Bima sambil mengusap punggung tangan ku yang ia genggam.
"Kalau Aku enggak ikhlas buat apa Aku bertahan sejauh ini?"
Bima tersenyum tipis, Pagi ini Bima terlihat berbeda. Entah itu hanya perasaanku saja atau apa, Aku sendiri tidak mengerti.
Aku tidak lagi menyahutinya, mataku tertuju ke arah semburat jingga yang perlahan muncul, indah sekali.
Pagi ini entah kenapa sunrise terlihat begitu menarik perhatianku, menurut ku baik senja maupun fajar keduanya adalah hal terindah walaupun hanya sebentar.
Baik senja maupun fajar, keduanya adalah ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa yang selalu berhasil membuat takjub siapapun yang melihatnya.
—Seperti Aku misalnya.Bima melepaskan tautan tangan Kami dan beralih merangkul pundak ku dari samping sehingga membuat pandangan ku teralihkan kearahnya.
Kami bertatapan cukup lama, entah kenapa sepasang obsidian kelam miliknya begitu menarik perhatianku.
Seolah Aku bisa melihat luka di dalamnya, luka yang bahkan tidak bisa ku mengerti sama sekali.
Wajah kami cukup dekat dan semakin mendekat, mungkin hanya berjarak sekitar lima sentimeter.
"Kak?" Aku berusaha untuk tetap sadar, Aku tidak ingin terlalu hanyut oleh pesonanya.
Bima tidak mengindahkan panggilan ku, pria itu seolah memiliki dunianya sendiri.
Wajah kami semakin dekat, hidung kami bahkan sudah saling bersentuhan.
Pasokan udara disekitar ku seolah menipis sehingga Aku berusaha menarik diri untuk menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Di Ujung Senja [COMPLETED!]
Подростковая литератураSenjani harus merasakan luka paling perih yang disebabkan oleh orang terdekatnya. Menjadi target bullying teman sekelasnya bahkan sudah menjadi sarapan sehari-hari. Hidupnya hancur sejak kedua orang tuanya memilih untuk berpisah, karena sebuah fakt...