07. Getaran

250 82 91
                                    

Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan Vote dan Komentar positif sebagai respon yang baik terhadap penulis.

Terimakasih.

ෆ╹ .̮ ╹ෆ

---o0o---

Part 7 : Getaran

“Semua itu memang berawal dari nada dan berakhir dengan canda.” —Abimana

---o0o---

Author's POV

BUMI pagi tadi tiba-tiba saja bergetar cukup kencang yang mengakibatkan beberapa daerah di ibukota harus mengalami dampaknya.

Bahkan Senjani yang baru saja melaksanakan shalat subuh tiba-tiba saja merasakan kepalanya pusing. Kitab-kitab dan beberapa buku yang berada di atas meja bundar di sebelahnya tiba-tiba saja terjatuh.

"Astagfirullah, Allahuakbar!"

Senjani tak habis-habisnya mengucapkan kalimat takbir, sungguh getaran pagi tadi benar-benar menakutkan.

"Ayaaaaah Kak Dhika bangun yaaaah." Teriak Senjani yang masih mengenakan mukenanya.

Terlihat Kak Dhika yang keluar dengan mengenakan sarung hitam dengan baju koko berwarna putih dari dalam kamarnya. Beberapa detik setelahnya terlihat Ayah yang juga ikut turun.

Sungguh pagi ini benar-benar terasa kacau. Jantungnya tak kuasa menahan gejolak nya, perasaan seperti ini sungguh Senjani tak menyukainya.

"Ayo sayang kita keluar dulu, jangan di dalam ruangan bahaya." Setelah itu Ketiganya langsung keluar dari dalam rumah.

Di luar ternyata sudah ada banyak sekali tetangganya yang memang sedang mengamankan dirinya.

"Yah takut." Lirih Senjani sambil memeluk sang Ayah.

Senjani berdiri diantara Kak Dhika dan juga Ayahnya, tinggi badannya yang hanya berkisar seratus enam puluh sentimeter tentu terlihat cukup kontras dengan Kakak dan Ayahnya.

"Istighfar sayang, jangan lupa berdoa yah minta perlindungan sama Allah." Balas Ayah sambil menenangkan putri kecilnya.

"Enggak apa-apa kok Dek ini udahan, gempanya udahan Alhamdulillah." Lanjut Dhika menyambung percakapan nya dengan Ayah.

Sebenarnya getarannya hanya sebentar namun cukup kencang sehingga membuat beberapa barang terjatuh dan bergeser dari tempatnya.

"Takut Yah." Lirih Senjani dengan degup jantungnya yang berdetak cukup kencang.

Senjani memeluk Ayahnya sambil tak kuasa menahan tangisnya, dalam hatinya ia mencemaskan Ibunya yang entah saat ini sedang dimana? apakah baik-baik saja? Sungguh setiap kali mengingat Ibu nya ia akan merasa tercekat, dadanya tiba-tiba saja merasa tercekat.

"Ibu baik-baik aja kan Yah?" Tanya Senjani lirih.

"Ibu pasti baik-baik saja sayang, kamu juga harus baik-baik di sini yah." Balas Abraham sambil memeluk putri kesayangannya.

"Kamu enggak perlu khawatir soal Ibu, setahu kakak terakhir kali Ibu lagi pergi ke luar negeri ngurus bisnisnya." Balas Kak Dhika berusaha menenangkan adiknya.

Senjani terdiam, pikirannya berkecamuk sungguh sakit. Disamping perlakuan Ibunya yang begitu melukai perasaannya, Senjani yakin kalau Ibunya itu masih menyayangi dirinya, karena mau bagaimanapun Senjani adalah putri kandungnya.

Dandelion Di Ujung Senja [COMPLETED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang