01. Nothing

520 134 207
                                    

Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan Vote dan Komentar positif sebagai respon yang baik terhadap penulis.

Terimakasih.

ෆ╹ .̮ ╹ෆ

---o0o---

Part 1 : Nothing

Setidaknya sedikit rasa syukur itu mampu menenangkanku.❞ —Senjani

---o0o---

Senjani's POV

HARI itu tiba-tiba saja aku bertemu dengan laki-laki yang cukup terkenal di ibukota, namun itu bukanlah sebuah pertemuan yang berakhir bahagia karena sejak hari itulah aku sangat membenci profesi yang bahkan menurut orang lain keren.

Namaku Nindya Putri Senjani Alvarendra, aku biasa dipanggil dengan nama Senjani atau Senja. Bukan karena aku yang menyukai senja karena memang itulah namaku sebuah nama yang diberikan oleh pria terhebat yang pernah kutemui selama aku hidup, dia adalah Ayahku, Ayahku adalah satu-satunya laki-laki terhebat dalam hidupku dia adalah laki-laki tergagah yang bernama Abraham Ginanjar Alvarendra.

Aku terlahir di keluarga yang bisa dibilang cukup berada. Karena apapun yang ku butuhkan Ayah selalu mampu untuk memenuhinya dengan mudah. Walaupun demikian namun aku cukup tahu diri untuk tidak meminta hal yang tak masuk akal seperti kakakku. Dia adalah laki-laki menyebalkan yang bernama Erfian Mahardhika Alvarendra yang selalu meminta hal-hal yang tak masuk akal seperti pagi tadi.

"KAK DHIKAAAA.. BANGUN SUDAH JAM DELAPAN." Teriakku memanggil Kak Dhika dari depan kamarnya.

Namun tidak ada sahutan apapun dari dalam kamarnya sehingga membuatku kesal dan langsung turun kebawah untuk sarapan. Namun entah aku yang bodoh atau bagaimana aku selalu tidak bisa berbuat demikian. Setidak peduli apapun aku terhadap Kak Dhika pada akhirnya tanpa sadar aku mulai memperdulikan kembali kakak laki-lakiku.

Pada awalnya aku hanya akan membuatkan dua piring sarapan yaitu untuk aku dan Ayah namun hati nurani menolak dan berakhir dengan dua porsi nasi goreng dengan porsi normal dan satu porsi lagi dengan porsi lebih banyak.

Terkadang aku sering berfikir bagaimana mungkin tubuh kakaknya yang kurus bisa menampung makanan yang begitu banyak, namun setelah hidup bertahun-tahun dengannya pertanyaan itu mulai hilang karena memang seperti itulah Kak Dhika.

"Good Morning Sayang." Terdengar suara Ayah dari arah tangga dan hal itu langsung membuat sudut bibirku terangkat dan menjawab sapaan tersebut dengan wajah yang tak bisa berbohong kalau aku sangat bersyukur melihat wajah Ayah setiap ia memulai hari. Senyuman diwajahnya yang mulai menua kala itu membuatku merasa sangat bahagia karena masih bisa melihatnya.

"Morning Ayah, gimana tidurnya yah? Nyenyak kan?" Tanyaku dengan tangan yang sibuk menyiapkan sarapan.

Pertanyaan "Apakah Ayah semalam tidur nyenyak?" adalah kalimat pertama yang selalu terucap. Mungkin semuanya seperti terlalu template dan kaku namun bagiku ini seperti berkah yang Tuhan berikan dan membuatku selalu tetap bersyukur.

Ayah tersenyum mendengar pertanyaan itu sambil berjalan menghampiriku yang sedang menyiapkan sarapan. "Kamu gimana sekolahnya sayang? Lancar? Gak ada yang jahatin kamu kan?" Lagi-lagi ia aku mendengar pertanyaan itu.

Pertanyaan yang selalu aku hindari, karena sejak kasus tahun lalu aku memang sudah tidak memiliki banyak teman baik di sekolah maupun di rumah. —hanya terhitung jari.

Dandelion Di Ujung Senja [COMPLETED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang