21. Selesai

123 16 5
                                    

Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan Love dan Komentar positif sebagai respon yang baik terhadap penulis.

Terimakasih.

ෆ╹ .̮ ╹ෆ

--o0o--- 

Part 21 : Selesai

“Ayah, barangkali sabarku menurun dari darahmu. Semoga aku kuat ya Yah, walaupun lagi-lagi semesta membuatku kalah dan hampir menyerah.” —Senjani

---o0o---

Senjani's POV

HARI demi hari berlalu begitu saja tanpa sedikitpun perasaan yang bisa ku artikan.

Hubunganku dengan Bima sudah berakhir, kami bahkan sudah sangat asing.

Pria itu bahkan sudah kembali ke US untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda sebelumnya.

Entahlah apa yang Bima kerjakan rasanya Aku tidak perlu mengetahui itu karena menurutku hubunganku dan Bima tidak sedekat itu lagi, sampai Bima akan menceritakan banyak hal.

Sejak hari itu Aku mulai membatasi diri, mungkin Kami memang terlalu cepat untuk dekat.

Terlebih setelah Aku mulai mengetahui sebuah fakta menyakitkan mengenai pria itu, hal itu tentu membuatku semakin membatasi diri.

Pertunangan kami hanyalah sebatas ikatan tanpa rasa, terdengar miris bukan? Namun itulah faktanya.

Terlebih lagi ketika mengetahui fakta lain, tujuan lain Bima ke US ternyata untuk menjenguk mantan kekasihnya, iya dia adalah Jeseline. Wanita yang menghubungi Bima malam itu.

"Dek, Bima tadi nelpon kakak, nomor Lo enggak bisa dihubungi katanya." Ujar Kak Dhika yang datang menghampiri ku yang tengah duduk di kursi favoritku yang berada di halaman belakang.

Aku menoleh malas, nyatanya saat ini Aku bahkan sedang tidak memegang ponsel sama sekali.

Aku tengah duduk dengan telinga yang ku sumpal dengan headset yang menyatu dengan iPod putih pemberian Ayah bertahun-tahun yang lalu.

"Lo yakin akan mengakhiri pertunangan ini?" Kak Dhika melepaskan salah satu headset yang menyumpal telingaku.

Aku menoleh malas, "Kita udah bahas ini sebelumnya."

Kak Dhika yang mendengar itu pun hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Tadi Bima nelpon, katanya nomor Lo enggak aktif." Ulang Kak Dhika.

Sebenarnya Aku mendengar jelas apa yang Kak Dhika katakan sebelumnya, hanya saja Aku terlalu malas untuk menanggapinya.

"Handphone gue lowbat, lagian enggak ada yang penting juga." Balasku santai.

Setelah lulus dari SMA Aku bahkan belum mempersiapkan diri untuk ujian memasuki Universitas.

Mengenai Aku yang akan melanjutkan kuliah dimana pun Aku masih belum memiliki gambaran jelas.

"Kakak tahu kalian udah berakhir, tapi masa enggak bisa sih kalian berteman naik." Ucap Kak Dhika yang hanya ku dengar dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

"Dek! Lo dengerin kakak enggak sih?" Kak Dhika sepertinya mulai jengkel karena sejak tadi Aku hanya menanggapinya dengan santai.

"Kak gue lagi enggak mau diganggu, coba Lo balik pertanyaan Lo, gimana kalo Rinjani tiba-tiba chat Lo lagi?" Setelah mengatakan itu Aku langsung beranjak pergi meninggalkan Kak Dhika yang masih terpaku ditempatnya.

Dandelion Di Ujung Senja [COMPLETED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang