Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan Vote dan Komentar positif sebagai respon yang baik terhadap penulis.
Terimakasih.
ෆ╹ .̮ ╹ෆ
---o0o---
Part 11 : Cringed
“Ketika aku tahu itu kamu entah kenapa semua itu seolah menjadi lebih baik.” —Senjani
---o0o---
Author's POV
"Lo tahu sejak kapan?" Tanya Senjani sambil duduk di kursi kayu yang berada di halaman Rumahnya.
Saat ini Senjani sedang duduk bersama dengan Bima di depannya.
Ketika tahu kalau laki-laki itu adalah Bima tentu saja Senjani terkejut dan langsung menarik Bima untuk menjauh dari sekumpulan orang tua yang masih saja membahas mengenai hal konyol itu.
"Gue juga enggak tahu kalau ternyata cewek yang di maksud bokap gue itu Lo." Bima tidak sepenuhnya berbohong karena ia memang sejak awal tidak pernah diberitahu akan dijodohkan.
"Gue enggak mau nikah muda, masa depan gue masih panjang Kak." Jelas Senjani sambil menatap kosong ke arah beberapa pot bunga yang tumbuh subur di halaman Rumah.
Bima yang menatap Senjani pun merasakan perasaan yang sama, sejujurnya ia juga belum siap untuk menikah. Saat ini ia masih berusia 23 tahun sedangkan Senjani baru saja lulus dari SMA.
"Lo udah nolak?" Tanya Bima sambil menatap wajah polos Senjani.
Sejujurnya Bima cukup terpesona melihat wajah Senjani yang polos tanpa make-up sedikitpun. Kulitnya yang putih cukup kontras dengan Rambut cokelat kehitaman nya.
"Gue belum bilang apapun, tapi nyokap Lo bilang kalaupun gue belum siap nikah dia nyuruh kita tunangan dulu, —diluar harapan."
Bima yang mendengar itupun hanya menganggukkan kepalanya, sebenernya ia juga tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menolak perjodohan itu. Saat itu juga dia sedang tidak terikat hubungan apapun.
Perihal hubungannya dengan Grace sebenernya sudah berakhir sejak lama. Namun perempuan itu saja yang masih terus mengganggunya.
"Lo baik-baik aja kalau nerima perjodohan itu?" Tanya Bima karena sebenarnya ia juga cukup penasaran dengan apa yang ada dipikiran gadis di depannya itu.
"Selama delapan belas tahun gue hidup ini permintaan pertama Bokap gue, gue enggak punya alasan buat nolak walaupun gue mau." Balas Senjani.
"Lo kan punya hak." Ujar Bima sambil memperhatikan gadis bersurai cokelat kehitaman itu.
"Gue tahu, —sejujurnya gue keberatan banget buat nerima perjodohan ini." Senjani menenggelamkan wajahnya di atas meja kayu yang bertumpu pada kedua lengan kurusnya.
"Lo punya hak buat nolak, Lo masih muda jalan Lo masih panjang. Lo pasti enggak mau terkekang sama ikatan semacam itu di usia Lo kan?"
—benar, namun Senjani harus menolak perjodohan itu seperti apa? Otaknya tidak bisa diajak berpikir. Bahkan Ayahnya seolah terus memandangnya penuh harap agar Senjani tidak menolaknya.
"Nyatanya enggak semudah itu buat nolak mereka. Sebelum Lo datang juga gue sempet nolak sekali tapi setelah mereka bilang kalau lebih baik gue kenal dulu, terus gue bisa apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Di Ujung Senja [COMPLETED!]
Fiksi RemajaSenjani harus merasakan luka paling perih yang disebabkan oleh orang terdekatnya. Menjadi target bullying teman sekelasnya bahkan sudah menjadi sarapan sehari-hari. Hidupnya hancur sejak kedua orang tuanya memilih untuk berpisah, karena sebuah fakt...