Chapter 25 • Benar-benar telah pergi

464 54 21
                                    

Seminggu menjadi dua minggu dan sebulan telah berlalu tetapi Alzean dan Elzian masih bersama Willona. Sebenarnya itu bukan masalah tetapi entah kenapa rumor mulai memyebar belakangan ini bahwa si kembar menjadi sangat murung apalagi Elzian yang menjadi pendiam setiap kali ditanya, belum lagi setengah jam sebelum sekolah si kembar selesai Willona sudah selalu menunggu disana, jadi Zean bahkan tidak bisa menemuinya selama sebulan ini. Jadi setelah mendengar rumor itu Zean mengamatinya dan terlihag sikembar memasuki mobil putih dengan raut kesedihan.

Zean mengikutinya perlahan dan sampai akhirnya tiba dirumah Willona, rumahnya terlihat tenang tetapi terkesan tidak ada kehidupan. Zean berhenti di pinggir dan melihat mereka keluar dari mobil, Zean ikut keluar dan memanggil.

"Alzean, Elzian," panggil Zean sambil tersenyum. Jangan salahkan Zean yang bertindak seperti ini, dia bahkan sudah mendapatkan izin dari Kenzio beberapa hari lalu untuk menjemputnya karna Willona selalu memberi alasan dan enggan.

Alzean dan Elzian menoleh dan seketika wajahnya tersenyum dan melambai, "AYAH!!!" mereka hendak pergi menemui Zean tetapi ditahan oleh salah satu penjaga.

"Pergi, dia ayahku! Jika kamu mengganggu aku akan memberitahu ayah dan papa ku!" Ucap Elzian.

Setelah itu mereka menghampiri Zean dan memeluknya, "Ayah aku merindukanmu!"

"Ayah juga merindukanmu, ayo pulang??"

Alzean dan Elzian mengangguk dengan semangat, seolah ekspresi murungnya sudah hilang. Mereka memasuki mobil. Cuaca mendung dan rintik hujan mulai turun. Kenzio sudah reservasi tempat di atas bukit sedangkan dia menjemput si kembar untuk membawanya.

"Alzean, Elzian, bagaimana keseharianmu?" tanya Zean sambil melirik mereka di kursi penumpang.

Seketika wajah Elzian berubah murung dan hampir menangis. Alzean disampingnya bahkan hanya menunduk.

Zean merasakan bahwa mereka tidak bahagia sama sekali jadi Zean berhenti di sebuah area yang datar dan mengajak mereka untuk turun. Sebelum keluar Zean memakaikan mereka jas hujan yang selalu ada di mobil, terlihat sangat lucu dan menggemaskan!!

Mereka keluar dan Zean membawa payung, berjalan menuju pemandangan di depan mata, itu adalah area yang berdekatan dengan jurang tetapi ada pembatasnya, disana mereka bisa melihat perkotaan dan pemandangan lain.

"Ayah, aku melihat rumah! Bagus sekali," ucap Elzian sambil menunjuk.

"Semuanya terlihat kecil, "komentar Alzean.

Melihat mereka mulai menikmatinya, Zean tersenyum dan mengelus kepala mereka berdua, fokus pada pemandangan di depan, Alzean dan Elzian bahkan mulai bermain dengan rintik hujannya.

Ketika keduanya fokus, Zean tiba tiba merasakan sakit di area perutnya, itu menyakitkan dan sangat menyakitkan!

Zean melihat kebawah hanya untuk menemukan perutnya mengeluarkan banyak darah. Zean menoleh ke belakang hanya untuk melihat Willona berdiri tak jauh darinya dengan pistol yang diarahkan padanya.

"ZEAN KANANDRA!" teriaknya marah.

Zean belum sempat bereaksi dengan cepat sebelum Willona menarik pelatuknya lagi tanpa suara. Melihat itu Zean langsung melindungi kedua anaknya dan itu semakin membuat Willona marah.

Dengan susah payah Zean membawa Alzean dan Elzian ke semak-semak yang sepertinya aman. Zean tidak bisa melindungi mereka berdua, dengan susah payah mengelap darah yang keluar dari mulutnya.

"Ayah kenapa?" tanya Elzian dengan bingung.

"Zean, Zian, dengarkan ayah, jangan keluar dan tetap disini. Tutup mata dan telingamu, oke? Setelah itu tekan 1 pada panggilan darurat untuk memanggil Papamu, mengerti?" ucap Zean dan mengelap lagi darah yang terus keluar. Zean memposisikan payungnya didepan mereka agar tidak melihat dengan ponsel di tangan Alzean. Setelah itu Zean berdiri dan berbalik setelah dirasa mereka aman.

KENZE: The First And Last Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang