In Another Life (Chapter Spesial)

98 19 4
                                    

Kertas dan buku-buku itu dimasukkan kedalam tas, seorang Laki-laki dengan tinggi 184 cm mengambil Blazer panjang dan kunci mobil, cuaca sudah mulai dingin apalagi dengan angin dari arah Utara.

Laki-laki itu memasuki mobil dan menjalankannya ke daerah yang cukup ramai dimana sebuah Universitas berdiri. Universitas ini memiliki Kredibilitas B, bukan Universitas unggulan tetapi masih menjadi favorit.

Sudah menjadi kebiasaan bila bukan menonton berita, ia akan selalu mendengarkan radio yang membahas berita berita terkini. Memasuki jalanan yang waktunya jam sibuk tidak membuat dirinya merasa kemacetan, dia bahkan sempat bersenandung dengan santai.

Satu jam kemudian ia sampai di Parkiran Universitas Jurusan, sebenarnya seharusnya dirinya Parkir di tempat Parkir Matematika tetapi karna tempat itu tidak begitu luas jadi harus ada yang mengalah untuk tidak parkir disana dan dirinyalah yang mengajukan untuk meminta izin parkir di wilayah lain.

Ah, menyebutnya dia atau dirinya cukup tidak sopan bukan? ini adalah seorang Dosen yang juga sedang mempersiapkan gelar Doktornya, seorang yang Genius di bidang Matematika, Zean Heino.

Seorang yang mewarisi gen genius di keluarganya. Zean keluar dari mobil dan berjalan menuju gedung fakultas. Tidak hanya satu atau dua mahasiswa yang menyapanya dengan ramah.

Sebenarnya Zean tidak mengajar, ia hanya perlu mengembalikkan beberapa buku ke perpustakaan dan sedikit mentoring pada mahasiswa yang akan mengikuti olimpiade.

"Halo, selamat pagi, Dosen Ze," sapa penjaga perpustakaan ketika melihat Zean berjalan menuju meja.

"Selamat pagi, Kepala perpus."

"Apakah kamu sudah selesai dengan bukunya?" tanya Penjaga perpustakaan ketika melihat Zean menyerahkan 5 buku kepadanya. Penjaga itu menscannya dan menyimpan disamping, di bajunya terlihat bahwa ia bernama Helion

"Iya, cukup bagus," jawab Zean sambil mengacungkan jempolnya. Mereka sudah lama saling kenal jadi tidak perlu canggung atau terlalu formal.

"Aku mendapatkan buku dari volume sebelumnya dan 3 dari series lanjutannya, aku menyimpannya untuk diberikan padamu, apakah kamu ingin mengambilnya?" tanya Helion, sebenarnya buku itu cukup sulit di dapat karna stok yang belum di produksi lagi.

"Oh kamu mendapatkannya? Berikan padaku, jika itu bukan buku milik perpustakaan, biarkan aku memilikinya secara pribadi, aku akan mengambilnya!" jawab Zean sambil menggosokkan kedua tangannya.

Helion tertawa cukup keras sebelum menutup mulutnya karna ini adalah perpustakaan. Ekspresi Zean mudah dibaca ketika menyangkut buku, bahkan seorang seperti Zean pun masih sangat menyukai komik.

Helion berjongkok dan mengambil 4 buku yang masih tersegel, dia menyerahkannya pada Zean sambil tersenyum, "tidak perlu membayar, saudaraku ternyata mendapatkannya dari tempat kerjanya dibagian editor tapi dia sudah terlalu banyak mempunyainya, istrinya memarahinya dan menyuruhku mengambilnya."

"Aku akan membelinya," ucap Zean dan merogoh sakunya.

"Bodoh, aku memberikannya padamu," jawab Helion. Usia mereka hanya berbeda 1 tahun. Helion berada di umur ke 28 nya sedangkan Zean 27 tahun.

"Menyebutmu bodoh ketika kamu adalah genius di bidangnya sebenarnya cukup memukul hati nuraniku," ucap Helion lagi sambil memegang sebelah dadanya dengan dramatis.

Zean sudah terbiasa dengan itu, ia mengambil tumpukan buku itu dan membereskannya, "iya dan kamu bisa berbangga diri dengan itu selama setahun penuh."

Helion tertawa dan menyuruh Zean untuk segera pergi karna setelah ini adalah jam sibuk. Sebelum pergi Zean bertanya, "ada apa dengan para mahasiswa disini? Akhir pekan adalah kebahagiaan, banyak yang datang kesini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KENZE: The First And Last Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang