Chapter 04 • Penolakan

792 105 13
                                    

Zean menoleh pada Laura sebentar, sekarang ia tahu kenapa dia sedikit tidak asing, matanya mirip Ghea. Entah Zean harus tertawa atau menangis karna berada disituasi ini, tetapi itu hanya kemiripan sekilas.

Anak ini, yang coba dia bela, ia tenangkan dan peluk saat menangis tadi ternyata anak dari orang yang pernah menyebarkan rumor tentangnya, dunia memang sempit dan tidak ada tempat untuk orang asing mendekat.

Zean memberikan berkas itu dan mengambil kertas cek, menuliskan 35 juta disana lalu memberikannya, sebagai bukti fisik, Zean mengambil foto mereka dan meminta agar pihaknya memberikan bukti pelunasan.

"Hutangnya lunas, jadi jangan pernah ganggu dia lagi."

"Jika tahu bahwa anak itu mempunyai pendukung, seharusnya dia bisa membayar lunas, dasar bocah nakal!" Ucapnya dan segera pergi, bagaimanapun ia takut terkena tinjunya lagi

Zean berucap, "Sekarang kamu cukup belajar yang rajin."

Laura menatap Zean dengan mata berkaca-kaca, "apakah aku sudah tidak perlu membayar uang lagi? Mereka tidak akan datang lagi?"

"Iya."

Laura memeluk Zean dengan erat, ia menangis karna merasa pundaknya tidak begitu berat lagi. Laura tidak perlu pergi menjaga peliharaan orang lain di setiap akhir pekan, tidak akan mengantarkan susu dan koran dipagi hari, tidak perlu membagikan selembaran lagi setelah pulang sekolah bahkan ia tidak perlu lagi mencuci piring di restoran setiap malam.

Tapi setelah itu Laura kembali bertanya, "tapi aku tetap harus membayar padamu?"

Zean mengelus rambutnya, "bayarannya hanya perlu kamu belajar dengan sungguh-sungguh dan bisa lulus dari universitas dengan bangga."

"Aku berjanji!"

Zean hendak pergi tetapi langkahnya tertahan ketika melihat Laura dari atas ke bawah, ia belum sempat memperhatikannya tetapi ia baru sadar pakaiannya kotor dan karna ia memakai pakaian putih pucat, jelas terlihat noda serta darah dari lututnya.

Zean langsung bertanya padanya, "kamu terjatuh?"

"Ah, aku sempat dikejar mereka, aku tidak mau mereka mengejarku sampai ke panti jadi aku memilih kabur," ucap Laura.

Zean mengerutkan keningnya, tinggal di panti asuhan? Bukankah keluarga Ghea bisa dibilang mampu?

"Karna masalah udah selesai, ayo saya anter ke panti. Udah hampir malem nanti dicariin," ucap Zean dan hendak berjalan tetapi kemejanya dipegang oleh Laura seakan tidak ingin beranjak pergi.

Zean menatap mereka yang masih disana, karna jam sudah menunjukkan waktu pulang jadi Zean mengangguk pada mereka agar mereka bisa pulang tanpa terlambat. Setelah itu Zean menatap Laura, "Ada apa?"

"Aku tidak bisa ke panti sekarang, ibu panti pasti akan menghukumku lagi karna...."

Laura tidak melanjutkan perkataannya dan itu membuat Zean menghela nafas. Untuk sementara mungkin ia akan membawanya ke apart, bagaimanapun dia masih anak kecil dan besok baru ia akan mengantarkannya.

"Kalo gitu ikutlah denganku," ucap Zean.

Laura mengangguk semangat dan mengikuti Zean.

Zean tidak tahu harus tertawa atau kesal, ia tidak menyangka bahwa ia akan melihat bahkan membantu anak dari orang yang pernah terlibat masalah dengannya, siapa yang akan mengira setelah bertahun-tahun tidak terdengar kabar kini ia mendengar kabarnya yang lebih parahnya lagi itu tentang anak dan hutangnya.

Zean membawanya ke apart, butuh waktu 30 menit untuk sampai, selama perjalanan Zean sering melirik Laura, entah kenapa ada rasa kasihan, bagaimanapun dia hanya anak kecil, diumurnya yang bahkan masih terbilang kecil ia sudah dikejar-kejar oleh rentenir dan ditinggalkan.

KENZE: The First And Last Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang