Catatan: agar tidak mengurangi feel pada chapter ini, ian sengaja kasih catatan di awal, tolong makanlah sesuatu ketika membaca ini, ini cukup menghibur dan menyenangkan. Walau aslinya ian juga merasa salut sama diri sendiri karna berhasil buat part yang membuat orang lebih baik tidur daripada menangis.
.
.
.
.2 tahun kemudian.
Seseorang menatap keluar jendela, disana ada danau buatan yang terawat dengan baik. Lalu matanya tertuju pada sebuah tanaman bunga Daisy. Siapa yang mengira bahwa Kenzio akan sangat menyukai bunga Daisy hanya saja setelah mengetahui bahwa Zean alergi serbuk bunga, Kenzio membuang bunga Daisy dan tidak mencoba menyimpan bunga apapun di vas bunga, bahkan Zean tidak pernah diberitahu bahwa Kenzio menyukai bunga itu.
Zean benar benar tidak mengatahui semua tentang Kenzio. Ia baru mengetahui Kenzio menyukai bunga itu 2 tahun lalu dan katanya saat mudacKenzio sangat pandai dalam merawatnya.
Kekasihnya itu selain bisa merawat bunga, ia juga pandai melukis, lukisan buatannya selalu menakjubkan dan indah. Kenzio adalah seorang perfeksionis yang ia cintai.
Zean melirik album kenangan yang dia buat sendiri, semuanya tentang Kenzio. Ternyata Zean sangat mencintainya, mungkin ini cara dia membalas dendam karna Zean sempat meninggalkannya.
Terlalu banyak kata untuk mendeskripsikan Kenzio dalam hidupnya. Kenzio adalah salah satu orang atau mungkin satu satunya orang yang sangat ia cintai. Kenzio adalah cinta pertama dan terakhirnya.
Zean berjalan keluar dan pergi ke tepi danau tempat bunga Daisy sudah tidak berbunga sebanyak itu, disampingnya ada pohon willow yang berdiri tegak. Zean duduk bersandar disana dengan album kenangan dipelukannya.
Zean tidak peduli pada alergi atau apapun. Rasa sakit dari kejadian 2 tahun lalu masih membekas di ingatannya seolah itu baru terjadi beberapa menit yang lalu dan seperti kaset rusak yang terus berputar.
Zean terbatuk beberapa kali sebelum pusing melanda dirinya. Zean tidak melakukan perawatan dengan baik, baik penyakit lamanya dan luka barunya menjadi sering kambuh dan semakin parah tetapi itu tidak membuatnya ingin berobat lagi.
Ini bukan tentang perawatan medis yang menyakitkan atau obat yang pahit, tetapi ini tentang menjalani hidup tanpa ada Kenzio di sisinya, itu menyakitkan, sangat menyakitkan.
Zean mungkin egois tetapi Zean tidak peduli, ia sudah menyelesaikan semuanya, semuanya akan baik baik saja tanpanya. Zean merasa buruk belakangan ini, hidupnya menjadi hampa dan ia selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Rasa takut dan sakitnya sudah bukan menjadi kekhawatirannya lagi karna yang ia khawatirkan hanya Alzean dan Elzian yang mungkin akan membencinya karna kehilangan kedua orang tuanya karna dirinya.
Ia tidak bisa menerima rasa benci mereka, melihat mereka membencinya seperti terlihat Kenzio yang membenci, ia tidak bisa.
Mungkinkah ini yang dirasakan Andra dan ibunya dulu?
Lagi lagi ia terbatuk, Zean menyeka bibirnya dan ada jejak darah disana. Zean sudah sakit tetapi tidak merasakan sakitnya.
"Aku merindukanmu."
Matanya menerawang jauh kedepan, "Ken, kamu benar, aku sangat mencintaimu. Aku sudah berjanji untuk tidak pergi lagi tapi kenapa kamu yang pergi dan tidak kembali lagi? Aku salah karna meninggalkanmu. Aku benar benar bersalah."
Zean batuk kembali, kali ini batuknya bahkan lebih parah, darah merembes melalui celah jarinya dan menetes mengenai album kenangan. Dadanya sakit dan nafasnya terasa tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZE: The First And Last Love [END]
De Todo( a filler? ) Perjalanan Zean dan Kenzio terus berlanjut. 7 tahun berlalu dan semua telah berubah kecuali kebersamaan mereka semua. Tetapi bagaimana bisa semuanya berakhir tepat ditahun ke delapan mereka?