"Ken."
"Ada apa?"
"Kita putus."
Kenzio yang sedang mengetik di laptopnya itu langsung terhenti dan menatap Zean yang baru saja minum setelah mengatakan kalimat yang membuat Kenzio sangat terkejut.
Zean minum dengan santai bahkan setelah itu ia balik menatap Kenzio seolah perkataannya itu hal yang biasa.
"Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Kenzio dan bangkit berdiri.
"Gue bilang, kita putus."
"Aku menolak!"
"Gue gak minta pendapat atau minta persetujuan, gue cuma ngasih tau dan ngasih pernyataan, kita putus."
"Ada apa denganmu? Apa yang salah? Apa ini karna---"
"Gak ada alasan apapun, gue cuma mau putus. Gue kira cinta gue bakal terus memadat dan membuncah tetapi ternyata gue mulai bosen sama lo, bahkan selama gue kuliah gue udah ngerasa terbiasa tanpa lo, gue kira kita bakal kayak Zi Ge dan Xi tapi ternyata gue salah. Gue harap lo terima keputusan gue," ucap Zean dan langsung pergi ke kamar.
Kenzio masih berada dalam keterkejutan. Ia sadar bahwa selama Zean kuliah di Korea, dirinya jarang mengunjunginya, bukan karna malas tetapi baik Zean atau Kenzio disibukkan dengan banyaknya kegiatan apalagi Kenzio yang mengejar langsung S2 belum lagi urusan kantor, itu sangat mengahabiskan banyak waktu.
Kenzio ingin langsung menyusulnya ke kamar tetapi pintunya dikunci dari dalam dan Kenzio hanya bisa mengetuk dan meminta agar Zean membuka pintunya.
"Zean, kita bicarakan hal ini lagi. Beritahu aku jika aku melakukan kesalahan, jangan langsung mengatakan putus, jangan kekanakan Zean," ucap Kenzio dan terus berusaha mengetuk pintu.
Ada rasa marah di nada suaranya, ia tidak bisa mengetahui isi pikiran Zean saat ini. Bahkan, bukanlah sebelumnya mereka baik-baik saja?
"Zean Kanandra, tarik kembali kata-katamu. Kita selalu baik-baik saja selama hampir 8 tahun ini, lalu apa yang terjadi sekarang? Zean buka pintunya! Jangan membuatku marah! Jangan mencari alasan!"
"KANANDRA!"
"Kita bicarakan baik-baik, semua pasti ada sebab akibatnya, kumohon, buka pintunya," ucap Kenzio memohon.
Tak pernah ada dibayangan Kenzio bahwa Zean akan melontarkan kata kata tadi, bahkan jika itu terjadi, itu pasti ada alasannya dan terlebih lagi jika itu kesalahannya ia akan memperbaiki tetapi jangankan sebuah masalah, alasan dia memutuskan untuk putus pun Kenzio tidak tahu, kecuali satu hal.
Kebersamaan bersamanya selama hampir 8 tahun ini bukan seperti membalikkan telapak tangan. Zean sudah seperti hari-nya, Candu-nya, bahkan semangat-nya.
Kenzio berusaha agar Zean mau membukanya, bahkan ia terus mencoba membukanya walau itu sulit karna dikunci. Ketika Kenzio hendak pergi mengambil kunci cadangan, pintu terbuka dan Zean keluar menggunakan jaket.
Melihat Zean keluar, Kenzio hendak langsung memeluknya tetapi Zean mundur dua langkah. Ia menatap Kenzio tanpa ada raut kehilangan, bahkan Zean terlihat mantap dengan keputusannya.
"Gue yakin lo bisa tanpa gue."
"Tidak."
"Lo bisa, ken!"
"Tidak! Beritahu aku apa alasannya, apa ada yang mengganggu pikiranmu? Aku bisa memberikannya apapun padamu, kumohon jangan katakan itu lagi," ucap Kenzio sambil menggenggam tangan dingin Zean.
Didepannya ia tidak menyembunyikan raut kesedihannya, raut putus asanya bahkan raut menyedihkannya. Demi Zean, dia rela mundur dari segalanya, hidup sederhana tanpa masalah kantor atau apapun, ia bahkan sanggup hidup dipedesaan bersamanya.
"Ken, dengerin gue du---"
"Aku menolak!"
"Kenzio--"
"Aku tidak mau!"
"KEN--"
"Tid--"
"ADA ORANG LAIN YANG GUE SUKA!"
Chapter selesai. Setelah ada kesalahan di plot sebelumnya, gue mutusin buat nulis ulang dan rombak di awal chapter, padahal chapter sebelum sebelumnya udah gue buat penuh kupu-kupu, sampai jumpa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZE: The First And Last Love [END]
De Todo( a filler? ) Perjalanan Zean dan Kenzio terus berlanjut. 7 tahun berlalu dan semua telah berubah kecuali kebersamaan mereka semua. Tetapi bagaimana bisa semuanya berakhir tepat ditahun ke delapan mereka?