Chapter 18 • Bertemu kembali

812 75 29
                                    

Zean Kanandra

Nama itu masih menjadi nama yang sangat Kenzio rindukan selama ini, nama yang sampai kini sangat ia suka.

Lima tahun ia lalui dengan tidak mudah. Perpegang teguh pada janji Zean tentang bertahan tiga tahun tetapi justru itu menjadi lima tahun.

Kenzio selama tiga tahun ini sudah sangat menurut tetapi saat masuk tahun ke empat, Kenzio serasa dibohongi dan akhirnya mulai lepas kendali.

Di akhir tahun ketiga juga Mama-nya meninggal dunia dan itu awal mula dari pemberontakannya. Kenzio bahkan selama ini terus mengawasi Zean, salah satunya adalah menggunakan cctv yang sengaja ia pasang.

Entah Zean menyadari atau tidak tetapi selama lima tahun ini aktivitasnya sudah terekam, bahkan ketika Kenzio sangat merindukan Zean, ia akan bermalam di ruang kerjanya sampai ia merasa rindunya terbayarkan, tetapi terkadang justru bukan terpenuhi tetapi itu semakin membuatnya haus dan serakah, ingin menemui Zean, memeluknya, membawanya, menyembunyikan bahkan mengurungnya untuk diri sendiri.

Kenzio melirik ponselnya yang bergetar sedari tadi tetapi karna fitur face unlock, ponsel itu terbuka dan ia langsung disuguhkan dengan suara berisik yang sangat dikenalnya itu.

[brengsek, aku ada di perusahaanmu sekarang!]

Ruangan seketika hening, bahkan Kenzio yang tadinya hendak menyimpan kembali ponselnya langsung melihat layar, tetapi suara itu bukan berasal dari nomor Zean melainkan sekretarisnya.

Kenzio menatap Alexio yang sudah selesai dengan presentasinya, dengan mata mereka yang saling bertemu, Alexio mengangguk dan detik berikutnya
Kenzio bangkit berdiri, keluar dan pergi keruangannya.

Kenzio berharap itu dia, walau sedikit tidak yakin tetapi ia selalu menegaskan bahwa Zean benar benar datang kesini walau alasannya pasti karna ZMatch.

Kenzio sangat merindukan suara itu, merindukan wajah dan segala tentangnya tetapi ketik sampai di ruangannya, ia tidak melihat Zean, ruangan itu sunyi dan tidak ada tanda kehidupan.

Kenzio baru saja akan menelpon sekretarisnya sebelum ia sadar posisi Zean sekarang. Dia pasti ada di Departemen Zmatch. Kenzio segera pergi kesana, ia bahkan mengetuk ngetuk dinding baja yang ada di lift, agar cepat sampai di lantai tempat Dept. Zmatch berada.

ketika lift berbunyi, 'ting!' Kenzio sudah bersiap keluar, ia segera menuju ruangannya, saat pintu terbuka, Kenzio langsung memeluk sosok yang sangat dikenalnya.

"Aku sangat merindukanmu."

Kenzio menghirup wangi yang ada pada Zean, wangi yang tidak pernah berubah selama ini. Bagai kerasukan, Kenzio memeluk Zean dengan erat, seolah sedikit melonggarkannya maka ia hanya akan memeluk udara kosong.

"Ken, lepas dulu," ucap Zean sambil menunduk sedikit, menatap tangan yang memeluknua dari belakang.

Kenzio yang menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Zean menolak dengan tegas, ia semakin memeluk erat seolah mengatakan ia tidak akan melepaskannya apapun yang terjadi.

Zean menghela nafas pelan dan berucap, "bahkan kalo urat malumu sudah putus, aku masih mempunyai rasa malu."

Setelah mendengar itu Kenzio seakan mengingat sesuatu, ia ingat bahwa kekasihnya itu sangat pemalu, di detik berikutnya Kenzio mengangkat kepalanya dan menatap Sekretarisnya, dalam tatapan itu Ratia sadar bahwa mereka membutuhkan waktu berbincang empat mata.

Ratia mengangguk dan segera menyuruh mereka semua untuk pergi. Dibawah intruksi Ratia, walau enggan, anak-anak Zean tetap mengikutinya.

Mendengar pintu tertutup, Kenzio kembali menenggelamkan kepalanya di leher Zean.

KENZE: The First And Last Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang